"Kak, sidang cerai Daddy dan Mommy berjalan lancar," ucap Violory pelan sembari menutup botol minuman violetnya. "Daddy dan Mommy udah resmi berpisah."
Suara di seberang terdengar seperti baru bangun tidur. Ya, Khieno yang hari ini mengambil cuti baru saja terbangun dari tidur siangnya.
Balasan Khieno hanya berupa gumaman pelan.
Violory tersenyum samar. Untuk kesehatan batin Mommy, untuk kebebasan Daddy yang memilih wanitanya, dan untuk dirinya sendiri yang akan pergi bersama paman kesayangan yang juga memiliki perusahaan di Inggris.
Ada perdebatan besar setelah malam itu.
Meski dirinya berusaha abai, nyatanya hati dan indra pendengarannya terlalu gatal jika tak memastikan sendiri apa yang terjadi.
Di ruang pribadi itu ... daddy kembali berbicara kasar pada sang mommy. Melontarkan berbagai tanya, seperti ... apa jika berpisah, ada yang mau menikah dengan mommy?
Mommy hanya diam. Berusaha menahan lolosan air mata.
Lalu Radega melanjutkan kalimat, "Tidak akan ada lagi yang menginginkan wanita sepertimu, selain aku. Tidak akan pernah!"
Seolah mommy tak layak dipilih oleh siapapun.
Sakit. Violory tidak tau bagaimana rasanya dihancurkan oleh seseorang yang menemaninya sejak kecil hingga memilihnya sebagai teman hidup.
"Sudah seharusnya. Bahkan sejak lama." Khieno tidak sadar, kalimatnya langsung mengirim adiknya pada dimensi abu-abu. Dimensi yang membingungkan. Dimensi yang mengerikan. Dan dimensi yang mengatakan bahwa inilah yang disebut kehancuran.
Hidup ini begitu mudah membuatnya tertawa, kemudian menangis sekeras-kerasnya hingga lelah dan berakhir tidur.
Sayangnya, patah hati tak mudah terobati. Selalu butuh ruang tersendiri yang bernama lain jarak dan ketenangan.
Ya, semoga dengan mengambil jarak aman dari kedua orangtuanya terlebih dulu, perasaannya sedikit meringan.
Ya, semoga dengan mencari ketenangan di negara lain tanpa ada kedua orangtuanya terlebih dulu, segala bentuk rasa kecewa dan takut disakiti lagi di kemudian hari akan terasa tak lagi memberatkan.
Galexia Violory membuang napas kasarnya. Tiket penerbangan di telapak tangan kirinya telah siap. Uncle Dreons menyiapkan segalanya untuk apa-apa yang dirinya butuhkan di negara itu.
Sekilas ingatan tentang kalimat yang daddy-nya katakan pada Dreons terlintas, "Lo harus jaga balita gue 1×24 jam."
Ketika itu Dreons tertawa meremehkan. "Gue menang. Akhirnya Lory ikut gue."
Meski tampak kesal dan tak rela, atas seizin grandpa dan grandma, Dreons diperbolehkan menjaga dan bertanggungjawab atas apapun yang terjadi pada gadis itu suatu hari nanti.
⚡⚡⚡
Hampir setahun setelah acara wisuda masa putih abu-abunya, Violory melanjutkan hidup tanpa karir dan pendidikan. Dia tengah butuh ketenangan. Pasca status kedua orangtuanya yang dinyatakan resmi berpisah, tak semudah itu diterimanya.
Hari-hari ketika hanya ada daddy, mommy, dan dirinya di bawah atap yang sama, seperti halnya mustahil.
Kalaupun ingin bertemu, salah satunya harus mengalah. Memberi hari pada Violory. Kemudian hari berikutnya digantikan lagi.
Drei pergi ke Thailand. Gue nggak tau buat urusan apa.
Ponsel violet milik Violory, detik ini berada dalam genggaman Dreons. Pesan singkat dari Asia dihapusnya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...