NI JU NI - WILY

167 19 30
                                    

Siap? Hahaha

⚡⚡⚡

Cuaca dingin membuat tidur Dreihan begitu nyenyak. Dia menarik selimut demi menghalau dingin. Semakin didekapnya guling milik Violory.

"Snowy ... kamu udah pulang, kan?" gumamnya sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling. Pantas saja gadisnya nyaman berlama-lama di sini. Dia saja yang baru sekali menginap, ingin memiliki kamar ini.

"Aku tidur lagi ya." Dreihan memejamkan matanya pelan. Masih pukul 06.10, mungkin saja Violory akan kembali beberapa jam lagi. "Kalo pulang, bangunin aku."

Sedikit lagi, mata itu akan terpejam nyaman. Denting notifikasi dari ponsel mengejutkan. Dirabanya kasur, mengira-ngira keberadaan ponsel. Dreihan berdecak kesal. Masih pagi, siapa yang mengganggu?

Kamu di mana, Drei?

Di rumah teman.

Cepat pulang.

Siangan ya, Ma.

Shareloc, Mama jemput.

Setelah membaca pesan akhir, Dreihan tak lagi berniat melanjutkan tidurnya. Bahaya kalau sampai mamanya itu tau semalam dia menginap di mana. Cap nakal sudah pasti disematkan pada nama belakangnya.

Tanpa merapikan kasur, laki-laki itu beranjak untuk mencuci wajahnya. Melirik sejenak sikat gigi milik Snowy. Sudah lama dia tidak saling suap ketika makan bersama. Tanpa menanti detik lainnya, sikat gigi itu diberi pasta gigi.

"Hehe. Maafin aku ya. Pasti kamu ngambek kalo tau sikat giginya dipake."

Usai sikat gigi, Dreihan meraih roti berselai kacang serta teh hangat. Sudah seperti apartemen miliknya sendiri. Pakai ini dan itu, tak lagi segan.

"Kalo kita berjodoh, apartemen aku aja yang disewain ke orang lain," Dreihan terkekeh pelan. Imajinasinya terlalu tinggi. Semakin Violory membuatnya tak ingin kehilangan, semakin dirinya ingin memaksakan diri jadi yang terpantas. "Kita tinggal di apartemen ini aja. Nggak masalah didominasi warna lilac."

⚡⚡⚡

Dreihan berhasil menghubungi Violory melalui ponselnya. Namun, hanya bertahan beberapa menit hingga layarnya kembali gelap. Sial! Dia lupa kalau daya baterainya tersisa 19% lagi. Ada satu ponsel lainnya yang memiliki daya 95%. Maka dihubunginya Violory dengan ponsel satunya.

"Snowy ... ini aku. Ponselku yang satunya pingsan." Dreihan menatap lekat wajah sendu gadis itu. Background yang ditampilkan seperti dalam toilet. "Kamu lagi di mana?"

"Oh, aku lagi di mall."

"Aku ke sana ya?" Dreihan tak diberi kesempatan menerima senyum kekasihnya. Tatapan gadis itu hanya datar. Seolah menyimpan rasa sedih dan takut.

Di seberang sana Violory menghitung dalam hati. Bagaimana caranya memberitahu Dreihan tentang apa yang sudah dilakukan Rav malam itu. Berulangkali Violory menyembunyikan kedua tangannya yang saling bertautan.

"Aku mau lihat tangan kamu."

Bukan tanpa alasan. Laki-laki itu tau tanda kebingungan Violory adalah kedua tangan yang saling bertautan.

Sebelum Violory mengangkat kedua tangannya, Dreihan memberi jeda ingin mengambil minuman. Dan disaat itulah satu notifikasi di ponsel Dreihan muncul. Mencipta getaran hebat dalam diri gadis itu. Benarkah yang baru saja dibacanya?

LORY✅[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang