London Heathrow International Airport.
Empat tahun setelah resmi menjadi alumni sekolah menengah atas.
Langkah Dreihan tergesa-gesa meninggalkan tempat itu hingga tanpa sadar passport-nya terjatuh.
Pikirannya semakin tak karuan ketika berpijak di lantai rumah sakit.
"KENAPA LO BARU BILANG?" sentak Dreihan, dan untuk pertama kalinya gadis bertopi kupluk kuning menatap ngeri. Dia bahkan mundur perlahan.
"GUE UDAH COBA BERITAHU LO DARI TIGA BULAN YANG LALU!"
Tanpa aba, laki-laki itu masuk dalam ruang IGD, sekujur tubuhnya melemah. Dihelanya napas perlahan. Mengumpulkan energi positif agar kedatangannya tak mencipta kepedihan.
Dreihan menarik tangan seseorang yang berbaring di sana dengan pelan. Tangan dingin yang telah beberapa tahun tak digenggamnya.
Snowy.
Baru saja akan menyuarakan rasa rindunya, seseorang memunculkan diri. Memberi sinyal, Tolong, jangan bertindak seenaknya di sini.
"Keluar! Gue mau nebus kesalahan."
"Ck. Awas kabur lagi!"
Apa perasaan gadis itu saja, Dreihan berubah jadi sensitif?
"Gue nggak kabur, sialan! Lo nggak akan ngerti situasinya."
"Lo bisa temui dia, hanya selama gue yang bertugas menjaganya. Setelah itu ...," Gadis itu mengangkat kedua tangannya seperti akan ditembak. "Iya, sepuas lo, deh! Tapi kalo gue bilang pergi, ya pergi."
Dreihan tidak peduli, sudah berapa lama dia menyesal atas hari itu.
Di sisi tubuh Dreihan, sosok perempuan berpiyama ungu yang kakinya tak menapak, memandang datar ke arah raga lemah itu lalu kembali pada raut penuh khawatir Dreihan. Ada senyum samar tertera. Sayang, Dreihan takkan mengetahui keberadaannya.
"Aku selama ini tinggal di Thailand." Dreihan tau, meloloskan air mata dalam detik ini adalah tanda ada hati yang sangat merindu. Kemudian diciumnya punggung tangan itu dengan lembut. Tak membiarkan gerakannya mencipta bising dan luka. "Kamu nggak pernah ganti password sosial media. Maaf. Sesekali aku buka akun kamu."
"Tapi, nggak dipake aneh-aneh."
Kedatangan Dreihan ke Inggris tanpa sepengetahuan sang mama. Tentu mamanya tengah bersenang-senang dengan pria itu di Dubai. Apalagi kalau bukan honeymoon. Mama dan pria pilihannya sudah seperti sepasang yang belum memiliki buah hati.
"Setelah kamu sehat, ayo ikut aku tinggal di Thailand."
"Dia sekolah di Inggris. Jangan berharap bisa membawa kabur kesayangan gue, Lexano Dreihan."
Dreihan tau siapa pemilik suara itu. Dia hanya malas dan takut jika dirinya terpisah lagi.
"Lepas!" Laki-laki itu meneliti penampilan Dreihan yang jelas seperti orang yang baru saja melakukan perjalanan jauh, lalu datang menjenguk. "Gue nggak bisa kasar dengan tangan kesayangan gue yang lagi lemah."
Dreihan tak melepas. Dia mengusap punggung tangan itu dengan ibu jarinya.
"Lo pernah dengar, kalo dia bilang sayang buat lo?" Tanpa menatap balik, Dreihan menantang pengakuan status terlampau aneh. Baru sehari putus, sudah jadian.
Rav menyeringai lebar. Kalau saja, bukan tengah di ruang seperti ini, dia siap merusak mulut Dreihan. "Pertanyaan nggak berkualitas. Sepasang yang memiliki hubungan spesial, bukan lagi hanya tentang bilang sayang."
"Seandainya ... dia bisa ngomong, lo yang akan diminta pergi dari sini."
"Gue?" Rav tertawa sinis. "Lo, bukan siapa-siapa."
💙
Swimmy sayang Snowy😔
💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...