Disarankan membaca KISSABLE terlebih dahulu, sebelum membaca story ini!
Membaca story ini tanpa membaca KISSABLE terlebih dahulu, mengakibatkan ... kebingungan jangka panjang! why? ini sequelnya Kisabble 💋
Kalo nggak bisa baca partnya, follow dulu authornya.
Yappsss selamat memulai dengan prolog dari Lory!
⚡⚡⚡
Seolah pemandangan di luar jendela lebih menarik dari hal apa pun, gadis berlesung pipi dengan piyama tidur bermotif kelinci hanya memfokuskan diri pada titik di luar sana. Suara rintik hujan, perlahan mengirimnya akan ingatan kuat. Hanya bertahan beberapa saat, ketika suara berat dari jarak beberapa meter tertangkap indera pendengarannya.
"Lory sayang ... sampai kapan kamu mau tinggal di apartemen ini?"
Langkah-langkah pelan pemilik suara itu mulai terasa dekat. Terlebih tanpa duga, gadis itu mengaitkan jemarinya. Mengartikan perasaannya mendengar pertanyaan tanpa kira itu.
Radega memicing aneh akan diamnya Violory. Terlebih hadirnya di sisi gadis itu, serupa halnya hantu miliaran pesona--tanpa arti.
"Daddy lagi bicara sama kamu, sayang ...." jemari pria itu mulai mengusap hangat helaian rambut terurai gadis kesayangannya.
Sejenak, Violory menoleh pada pria itu. Titik pasti akan salah satu hal menyadarkannya.
"Dad, please!" gadis berlesung pipi itu memejam kuat. "Aku mau sendiri. Di tempat ini!"
Kemudian tatapan tidak setuju lebih menolak kuat. Sebagai daddy, apakah tenang menyertai tiap detiknya? Ketika gadis kesayangannya memilih di apartemen sendiri. Tentu, rasa cemas lebih mendominasi pilihan itu.
"Kamu nggak kangen, mommy?"
Violory tersenyum miris. Tanpa ada niat menjawab, kini dirinya kembali pada rintik hujan di luar sana. Berharap fokusnya pada pemandangan di luar sana, meringankan desiran aneh detik ini.
"Lesung pipi kamu mana sayang?" kini jari-jari pria miliaran pesona itu menekan-nekan ringan pipi Violory. "Kamu punya dua lesung pipi! Gadis paling cantik dan kesayangan daddy selamanya!"
Hal ringan. Bahkan terdengar tanpa arti lebih. Gadis itu tersenyum singkat menerima pujian kecil dari pria kesayangannya. Lagi, usapan itu bernilai kehangatan. Selalu, memori dari rindunya.
"Daddy," ujar Violory dengan ekspresi datarnya lagi.
Radega mengusap puncak kepala anaknya terlebih dahulu penuh hangat. Lalu, jawaban pasti tertera untuk gadis itu. "Iya, gadis kesayangan daddy."
"Sini ...,"
Tanpa menanti detik lain, pria miliaran pesona itu mendekatkan diri pada Violory. Mendengarkan penuh tenang dari uraian kata mengaitkan kalimat pasti. Hanya beberapa saat, gadisnya itu memilih mengulur jarak kembali.
"Jadi, daddy nggak boleh nginap di sini?" pertanyaan itu meminta persetujuan pasti.
Bibir Violory mengerut lucu. Matanya memohon pasti agar segera dipenuhi. Lalu, detik harapnya menjawab penuh tenang.
"Iya, daddy pulang sekarang!" Radega menghelas napas sejenak. Diusapnya lagi helaian rambut panjang terurai Violory. "Kalo ada apa-apa, cepat hubungi daddy, mommy atau Khi--"
Gadis itu menyela cepat, "Iya, dad!"
Selain menuruti keinginan wanita kesayangannya, siapa lagi yang mesti dituruti oleh Radega? Jawaban pasti! Gadis cantik dengan lesung pipi sempurna sebagai jawabannya.
Mengulur janji itu menyesakkan. Terlebih ini berkaitan dengan kesayangan. Sekali lagi, kesayangannyalah sebagai penerima janji itu.
Pria itu mencium dahi Violory sejenak. Kemudian mendekap erat demi penyaluran kehangatan diiringi tulus nyata. Dari kasih sayang terbaik dalam masa penuh alur ini.
Hangat dan tenang!
Senyum lesung pipi sempurna tertera jelas. Meski raga milik pria kesayangannya telah jauh dari jarak pandangnya.
Jemari gadis itu saling berkaitan kembali. Dia melangkah pelan menuju kamar bernuansa violet. Memulai dengan sedikit berjongkok, mencari sesuatu yang disimpannya rapi dari yang lain.
Hanya seorang, mengetahui hal itu. Dia yang dalam iringan kejutan, membawa kehangatan tanpa uluran waktu. Dia yang kini kian menyalurkan rindu tak berpeluh. Walau, detik sekalipun mengurai jarak.
Telah hampir dari lima belas menit, jari-jari lentik itu tak kunjung menemukan penenang batinnya. Suara halilintar menyadarkannya akan sendiri di kamar bernuansa violet.
Bersamaan dengan itu, hempasan kasar pintu terdengar jelas. Menciptakan cemas berlebih bagi dia yang menemukan pemandangan tak baru, namun serupa menyesakkannya. Gadis itu memeluk erat lutut dengan rambut panjang menutup wajahnya menyeluruh.
"Snowy!" laki-laki dengan jaket levisnya meraih tubuh gadis itu dalam rengkuhan hangatnya.
Bukan hanya suara halilintar di sana yang mengejutkan, melainkan bibir dan jemari gadis itu yang menjadi pusat perhatian Dreihan. Bahkan, laki-laki itu kian menenggelamkan kepala Violory dalam dekapan terhangatnya.
"Aku nggak mau!" histeris Violory dengan suara menggema jelas beiring lolosan air mata.
"Ini aku, Drei!" laki-laki itu menepuk-nepuk ringan pipi Violory. Matanya menahan kuat agar tidak sedetikpun lepas dari tatapan saling mengunci. "Snowy ... aku di sini!"
Masih dengan air mata berulang tanpa henti, Violory mengumpulkan kesadarannya. Mata laki-laki itu perlahan menenangkannya. Nama yang tertangkap indera pendengaran, kian menghangatkan rasa dari jiwa dan raganya kini.
Tanpa sungkan, Violory membalas erat dekapan Dreihan. Menyalurkan rasa anehnya ini demi ketenangan begitu nyata.
"Drei," ucapan itu serupa halnya mengaitkan segalanya yang dimulai dari detik ini.
🎻
🎻
🎻
Yaayyy akhirnya nih prolognya Lory bertelur juga!
Masih belum bisa move on dari Gaga, omg 😭
Gaga masih di sini kok! *tunjuk letak hati gue
Lanjut tidak? Jangan! langsung ending aja!
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...