NI JU NANA - COMELY

180 15 4
                                    

BOCIL DILARANG MAMPIR

⚡⚡⚡

Bidadari.

Satu kata yang menerangkan betapa cantiknya Galexia Violory tanpa riasan make up, hanya berwajah khas orang dalam masa pemulihan, lalu mengenakan pakaian tidur di pagi hari.

"Cantik banget kamu." Kalimat pertama yang Dreihan ucapkan setelah belasan menit bungkam menatap wajah datar kekasihnya. Keduanya duduk berhadapan di teras rumah. Sengaja, laki-laki itu menarik kursi berbatas satu meja kemudian berada di depan. Menghalangi pandangan gadisnya menuju gerbang utama.

Mau berhadapan, bersebelahan, atau via telepon pun tidak peduli. Violory hanya akan diam. Tak sudi menatap balik sosok itu.

Lexano Dreihan. Budak cinta paling tidak tahu malu di era ini.

"Boleh cium kamu?" Cepat-cepat Dreihan menutup rapat bibirnya. Sialan! Hanya karena gadisnya terlihat menggemaskan, bibirnya yang jadi tidak tahu diri ini melayangkan satu permintaan bodoh. "Maksudnya, genggam tangan kamu."

Tangan Dreihan yang akan meraih tangan di depannya terhenti ketika sadar gerakan cepat Violory yang menyembunyikan tangannya di balik badan.

"Aku bawa susu blueberry." Di meja itu tentu Violory tau sejak aromanya tercium sempurna. "Mau?"

Hening. Apa sesulit itu bersuara?

"Mana yang masih sakit, Snowy?" Dreihan kini merunduk dekat Violory. Meneliti dari ujung kepala ke ujung kaki. Beberapa bekas cacar masih tertera di wajah. Sementara di tangan dan kaki hanya ada sedikit lagi. "Transfer aja ke aku penyakitnya. Aku aja yang sakit, jangan kamu. Ayo, sayang ... bagian mana yang masih sakit?"

Terserah! Kalau misi sayangnya ini terekam CCTV seperti hari lalu.

Terserah! Kalau tatapan cemas beradu takut kehilangan ini dipantau oleh manusia lainnya.

Terserah! Dreihan tidak peduli apapun itu. Dia hanya ingin gadisnya kembali bersuara. Menularkan senyum kedua lesung pipinya, lalu bersikap dingin yang diartikan dalam mode manja oleh dirinya.

Beberapa menit kemudian, setitik air mata meluncur.

"Yang ini?" Kini jemari pengantar ketenangan itu menyentuh kedua pipi Violory. Mengusap pelan bersama tatapan sayangnya. "Aku kangen banget sama kamu, Snowy-ku." Kedua tangan yang bersembunyi itu telah berpindah pada tubuh Dreihan.

Isakan adalah suara yang pertama kali terdengar.

"Maafin aku, ya. Nggak jenguk kamu selama sakit."

Ikatan kasih keduanya bukan berjalan bulanan. Tahunan. Sekadar tahu sama-sama belum pernah mengalami cacar, tentu gadis itu tak apa bila tak dijenguk.

"Rasanya baru kemarin kamu tidur di bahuku. Rasanya baru kemarin kamu bilang nggak mau jauh dari aku. Dan rasanya baru kemarin kita saling mengenal," bisik Dreihan sembari mengusap lembut rambut panjang itu.

Ada suara klakson mobil mengusik.

"Woy! Teras rumah bukan arena kencan dadakan!"

Blue keluar dari mobil yang dikendarai Khieno. Tak sudi menatap Dreihan yang jelas-jelas telah mendekap adiknya, Khieno melangkah cepat menuju Violory. Menyelipkan satu tangannya di tengkuk gadis itu, lalu satunya lagi di bawah lipatan lutut. Ya, tak sudi segala-galanya dengan interaksi kedua insan yang saling merindu, Khieno menggendong menuju kamar serba violet milik Violory.

LORY✅[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang