JU ROKU - INIMICAL

420 36 15
                                    

Hei, hei, hei ... aku kembali lagi🌚

⚡⚡⚡

Petir menggelegar melatari ketakutan yang Violory rasakan. Isi chat itu. Dua kata, sanggup menggetarkan ketenangannya. Baru saja memberi perayaan dari surat yang tanpa duga ditemukan. Ketika akan pergi bersama Rav, tentu dengan tatapan tak lepas Dreihan yang setia menjaganya dari kejauhan.

Pukul 05.00 Violory takkan berani pulang ke rumahnya. Sudah pasti Vreletta akan marah besar bila tahu semalaman dia pergi ke arena balap liar.

Violory melepas kedua sepatunya pelan. Bibirnya bergetar kuat. Bendungan air mata siap melangkahi pipinya. Kepala yang berat, akibat dari tidak tidur semalaman, melengkapi kekacauan sepagi ini.

Tangannya berusaha menggapai apapun sebagai penopang langkahnya. Lemah. Tubuhnya luruh ke lantai.

Hentakan kaki seseorang memaksa Violory mendongakkan kepalanya. "Drei?" Dreihan mempercepat langkahnya. Didekapnya tubuh gadis itu. "Aku takut, Drei. Aku takut." Cengkeraman Violory di jaket Dreihan terasa kuat.

Ketika di arena balap liar, Dreihan mengikuti kemanapun gadisnya melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika di arena balap liar, Dreihan mengikuti kemanapun gadisnya melangkah. Ada perasaan tidak nyaman, saat dia mendapati raut wajah Violory yang berubah panik setelah membaca chat di ponsel.

"Kamu aman denganku, Sayang." Violory semakin ketakutan. Dilepasnya dekapan Dreihan. Dia menatap mata kekasihnya sekian detik. Mencari ketenangan. Kosong. Tak ada apa pun yang dapat Violory tangkap. Fokus Violory hilang. Meski, Dreihan menatapnya lembut.

"Aku ... benar ada di dekat kamu ya, Drei?"

Dreihan memejamkan matanya sejenak. Gadisnya ... hilang lagi?

"Iya. Kamu ada digenggamanku." Diusapnya pelan seluruh jemari Violory. "Aku nggak akan pergi kemana-mana. Aku di sini. Di dekat kamu."

"Iya? Kemarin kamu pergi?"

Dreihan kali ini mengusap wajahnya. Tenang. Pilihannya adalah membuat gadisnya terlelap tenang.

"Aku ambil minum dulu ya?"

Violory menggeleng cepat. Diikatnya lengan jaket ke pergelangan tangan Dreihan.
"Ayo, ikut."

Violory menggeleng lagi. Dreihan harus cepat memberi gadisnya minum dan ... obat tidur.

Dengan Violory yang masih mengikat jaketnya di tangan Dreihan, laki-laki itu meraih botol obat tidur. Violory menurut hingga reaksi obat itu terasa di tubuhnya.

"Maafin aku ya, Snowy sayang. Kamu harus istirahat. Semalaman kamu nggak tidur." Dreihan mengusap setitik air mata yang meloloskan diri. Tangannya tak henti mengusap pipi gadis itu.

 Tangannya tak henti mengusap pipi gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada rasa takut berlebih. Snowy-nya tak boleh hilang lagi.

"Ngapain lo di apartemen adik gue?"

Dreihan tersentak. Dijaganya Violory agar tak diambil paksa.

"Keluar!"

"Gue berhak di sini." Dreihan mengulang apa yang Violory lakukan tadi. Mengikat ujung jaketnya ke pergelangan tangan gadis itu.

"Ngapain lo iket adik gue? Obsesi sayang yang nggak sampai, huh?"

Dreihan memastikan siapa laki-laki ini. "Lory ... anak tunggal."

"Hahahaha." Suara tawa menyahut dari sosok lain yang bersandar di pintu.

"Keputusan tepat gue pulang. Adik gue mau diculik."

Dreihan menghalangi pergerakkan sosok yang akan mengangkat Violory.

"Lo kan, yang mau culik snowy?"

"Apa? Snow--"

Dreihan cepat-cepat menutup akses seseorang itu yang kian dekat dengan Violory.

"Hahahaha." Lagi, seseorang di pintu tertawa.

"Dia baru tidur?" Seseorang itu menemukan botol obat yang belum tersimpan. "Lo kasih obat tidur? Sialan!"

"Khieno!"

Hampir saja. Kendali Khieno terlepas.

Dreihan mengerutkan dahinya. Nama itu ada di kontak Violory. Tapi, Violory tak pernah memberitahu kalau Khieno adalah kakaknya.

"Minggir!" Violory kini berada di gendongan Khieno. "Tempat adik gue di rumah. Bukan di sini!"

"Ini apartemen Lor--"

"Heh! Kayak cewek ya lo!" Sindir seseorang yang kini melepas dirinya dari menyandar di pintu.

"Blue, tendang dia dari tempat ini!" Khieno menyelidik penampilan Dreihan. Laki-laki yang sempat ditemuinya berada di galeri foto adik kesayangannya.

"Hahaha. Yakin lo? Kasihan banget nih bocah! Obsesi sama Dede Loi, tapi nggak terbalas."

Dreihan bergeming. Semestinya dia bergerak. Siapa tau, ini hanya akal-akalan dua penculik ini. Maka diikutinya mobil itu. Sampai di teras rumah Violory, tante berkalung hitam menyenggol Khieno dengan sengaja, kemudian berdecak, "Cepat bawa Lory! Nggak ada alasan baru sampai, capek, dan lambat!"

"Iya, Tante."

"Halo, Tante?"

"Oh, iya." Tante berkalung hitam menepuk puncak kepala Blue. "Jaga Lory baik-baik ya, gantengku."

"Lah? Langsung direstuin nih?"

Tidak menjawab, Tante memutar tubuhnya. Baru menyadari kalau ada laki-laki lain yang tengah berdiri kaku.

"Mana paketnya?"

"Paket?"

"Kamu kurir, kan?"

"Iya. Tugas saya membawa snowy kemanapun dia mau."

"Security! Ada orang gila!"

Dreihan ditarik paksa. Violory telah aman hingga ke dalam rumahnya. Meski, Dreihan yang telah lama menjalin kasih dengan Violory ... terlihat asing di sana.

"Cukup Rav aja, kan, yang harus gue jauhin dari snowy? Nggak termasuk dua laki-laki tadi?" Dreihan menarik rambutnya kuat. Ponsel yang berdenting menarik atensinya.

Mama akan pulang kapanpun, sesuai permintaan kamu, sayang.

Dreihan menggeleng pelan.

Drei rindu Mama. Sekarang.

🎻

🎻

🎻

Emangnya Khieno kakaknya Lory?

Lory punya kakak? Masa? Hahahaha

Semoga LORY bisa tamat tahun ini yaa😙






LORY✅[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang