GO - PRESAGE

3.3K 176 65
                                    

Sebelum baca, klik⭐ dulu ya ...😍
Ramein juga sama komentar dari kalian.

⚡⚡⚡

16 tahun yang lalu ...

Radega menyugar rambutnya berulangkali dengan sorot sendu. Tangannya telah terkait pada knop pintu ruang bersalin Vreletta. Beberapa menit yang lalu, ia berkunjung pada sosok baru yang sanggup meloloskan kristal bening dari ujung mata. Setelah sekian lama, ia tak merasa sepilu ini.

"Gaga."

Pria itu tersentak mendengar nada suara penuh harap sosok dibelakangnya. Memutar arah dengan raut yang dibuat setenang mungkin, berupaya kuat akan kenyataan ini. "Aku baik-baik aja, daddy."

"Letta udah tahu tentang--"

Dengan cepat Radega menepis jarak dengan daddy-nya. Berbisik pelan, agar hanya keduanya saja yang tahu. "Biar aku sendiri yang jelasin sama Letlet. Aku mohon buat yang lainnya nggak nampilin ekspresi seburuk aku seperti saat ini di depan Letlet."

Setelah bersuara meyakinkan, Radega masuk ke dalam ruangan Vreletta. Wanita yang tak lagi sepolos beberapa tahun lalu. Wanita yang tak lagi semanja beberapa tahun yang lalu. Dan wanita yang telah melewati masa-masa kehamilan pertama di usia yang masih sangat muda. Ya, hari ini tepat wanita kesayangannya itu melahirkan. Meski, dalam kondisi yang lemah. Sempat pingsan setelah mengosongkan isi perut, tempat berkembangnya anak pertama dari Galaxius Radega dan Marche Vreletta.

"Sayang...." Radega meraih kursi terdekat, kemudian duduk dengan sorot tenang.

Vreletta masih terpejam lelah. Tenaganya benar-benar dikuras sejak melahirkan tadi. Sialnya, ia hanya bisa mendengarkan tangisan bayi beberapa detik hingga berakhir tak sadarkan diri.

"Jangan paksa buka mata kamu, kalo masih terlalu lemah." Pria itu mengusap dahi istrinya. Berlama di sana. Menghangatkan hati sang pemilik raga. Agar apa pun kalimat yang terlontar dari bibirnya, sanggup diredupkan sedikit dari kenyataan yang harus dihadapi. "Aku sayang banget sama kamu. Makasih buat hari ini. Hari yang selama beberapa bulan ini selalu kita tunggu," bisiknya tepat di sisi telinga kanan Vreletta.

Hening menguasai ruangan tersebut. Membiarkan jeda meraih sedikit helaan napas dari raga keduanya.

"Gaga," suara Vreletta terdengar lirih. Ia masih lemah. Sedikit menyadarkan Radega yang mengangkat kepalanya sembari memamerkan senyum hangat. "Kamu... bawa anak kita, kan?"

Tak bersuara. Radega memilih mengatup bibirnya kuat. Helaan napasnya berhembus mengipasi wajah pucat wanitanya. Diciumnya lembut dahi Vreletta.

"Dia--"

"Mana? Tadi dia nangis, Gaga. Pasti dia kangen sama aku dan... kamu." Tak sabar, Vreletta menggerakkan kepalanya ke segala sisi. Mencari keberadaan sosok yang mengubah statusnya hari ini.

"Let... dengerin aku, ya."

Vreletta menangkap nada sendu dari kalimat itu. Dikembalikannya fokus pandangan pada Radega. Sorot matanya yang nampak lemah dan lelah mengurai berbagai tanya. Terlebih ada hal aneh dari kedatangan suaminya seorang diri.

Di mana kesayangannya itu? Yang jelas akan lebih Vreletta sayang dari menyayangi Galaxius Radega.

"Gaga... anak kita cewek atau cowok? Ah, dia pasti ganteng kan kayak kamu? Atau... cantik banget kayak aku? Mommy-nya." Terdengar begitu semangat. Karena keduanya sepakat tak ingin mengetahui jenis kelamin calon anaknya semasa kehamilan. Teringin diberi kejutan. Karenanya, perlengkapan bayi menjadi serba biru.

"Maafin aku. Maafin aku, Letlet. Maaf." Radega meloloskan air matanya yang mengalir deras. Setelah mati-matian ia tahan agar tak lagi lolos dihadapan Vreletta. Kalah. Ia kalah akan nada semangat wanitanya.

"Maksud kamu apa? Maaf untuk apa?" Vreletta yang mudah terharu, menangis diikuti gelengan kuat. "Dia ada kan? Atau... jangan bilang, dia kamu kasih ke mantan kamu?"

"Di mana Gaga? Di mana dia? Aku sayang banget sama dia." Semakin terisak tangis, Vreletta berupaya mengubah posisi berbaringnya. Baru saja ingin duduk, Radega menahan bahunya.

"Dia, ada. Dia ada, sayang." Radega menunduk sejenak, menenangkan dirinya yang masih tak terima dengan statusnya kini. "Tapi--"

Tangan Vreletta dengan cepat meraih tubuh Radega di sisinya. Ia ingin didekap sehangat mungkin. Dengan sekali bisikkan dari suaminya, serta kembali mengurai air mata.

"Maaf."

Sekali lagi, Radega memohon maaf.

Sekali lagi, Radega memohon maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎻

🎻

🎻

Dari part sebelumnya gue baca, komentar isinya pada sayang banget sama Lory. Padahal Lory itu kan anak ...

Hehe😜

Lory anak siapa ya?

Sampai jumpa lagi di part selanjutnya👋

Salam, dari Lory kesayangan kalian👀



LORY✅[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang