Update lagi guyyss😆
⚡⚡⚡
Rav melangkah pelan agar tak mencipta bising. Diputarnya knop pintu kamar yang tak dikunci. Senyumnya terukir bahagia. Tanpa aba, dia mendaratkan bibirnya di dahi Violory.
Violory yang belum sepenuhnya terlelap, terkejut akan sentuhan di dahinya. Matanya yang sudah hampir terpejam sempurna, dipaksa membuka lebar. "Rav? Ngapain jam ...," pukul 01.30 membuat gadis itu kian terkejut. Selarut ini, "... segini di sini?"
"Aku cuma benerin selimut kamu." Laki-laki itu menarik selimut hingga sebatas leher. "Maafin aku ya, ngebangunin kamu. Lanjut lagi tidurnya." Kemudian ditepuknya bantal itu. Ya, Violory menggeser kepalanya hingga tak benar berada di atas bantal.
Rav, apa yang tadi dia lakukan?
Apa karena Violory sudah tiga hari di sini, Rav menganggapnya murahan?
Rav mendekat ketika Violory memberi reaksi ketakutan. Tubuh gadis itu dibungkus oleh selimutnya. "Jangan mendekat!" Dia menunduk dalam.
Drei, aku takut.
"Aku nggak ada niat buruk."
"DIAM DI SITU!" Violory berteriak waspada. Sudah tiga hari dia absen dengan alasan sakit.
Rav mendekati tanpa peduli teriakan Violory. Suaranya lirih, tetapi sanggup membuat gadis itu meneteskan air mata. Tiga hari ini, dia seperti gadis murahan yang selingkuh dari kekasihnya. Ponselnya sengaja dinonaktifkan. Menutup akses siapapun untuk menghubunginya.
Maafin aku, Drei.
Violory menjerit tertahan. Apa yang dilewatinya malam ini menambah penyesalannya setelah tau dirinya terlahir dari kedua orangtua yang berkhianat.
Kamu pasti akan benci aku mulai malam ini.
Rav sama sekali tak ingin menyingkir. Tangisan Violory yang jelas menginterupsi niatnya, dibiarkan. Ada yang salah dari apa yang dilakukannya?
Drei, seandainya seseorang yang melakukan hal ini kepadaku adalah kamu, Pegangan Violory lepas dari dekapannya seorang. Takut. Dia butuh kekasihnya itu detik ini. Bahkan pertama kali kamu mau menyentuh tanganku, kamu minta izin dulu.
"Huhuhu."
Rav terpaku pada suara yang tak henti memohon agar jangan menyentuh lebih jauh. Apa yang salah?
"Maafin aku, kalo kamu kaget dan takut. Tapi, aku benar-benar sayang kamu." Rav merapikan selimut gadis itu yang sempat dibukanya tadi.
Tanpa menatap gadis itu lagi, Rav menutup pintu. Keluar dan tak ingin bertindak lebih. Cukup. Cap fuckboy telah lama disandangnya. Hanya karena dia lebih jago bela diri, menjadi ketua geng yang sangat disegani, dan mudah melakukan apapun yang diinginkan.
Pandangan mereka salah. Ada dua hal yang sulit dimilikinya. Kehadiran kedua orangtua dan memiliki Violory tanpa menyentuh, lalu dibenci seumur hidup.
Ponsel yang sengaja dimatikan Violory selama tiga hari, seperti malapetaka beruntun.
"Drei ...." Cepat-cepat Violory mengunci pintu kamar itu. Didorongnya meja demi menahan pintu agar tak mudah didobrak. Tubuhnya luruh ke lantai. Mendekap dirinya seorang diri kembali. Seharusnya dia tau, jika seorang laki-laki benar-benar baik, takkan mudah menerimanya tinggal di sini.
Dreihan ... bahkan tak mengizinkannya.
Rav ... apakah sudah berniat menyentuhnya malam ini?
"Drei, maafin aku." Kalimat itu diulangnya tanpa menyeka air mata. "Aku harus jawab apa, kalo kamu tau apa yang udah Rav lakukan ke aku malam ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...