☺☺☺
Dreihan melangkahkan kakinya memasuki Galetta cafe, langkah awalnya disambut iringan biola dari Violory. Gadis itu memainkan irama sedih. Laki-laki itu dibuat tak berkutik. Ketika denting itu usai, semua memberi apresiasi berupa tepuk tangan. Terkecuali ... Dreihan.
Dia hanya menatap Violory sambil tersenyum kecil.
Violory menyadari kekasihnya detik ini berada di dalam cafe. Langkah cepat gadis itu diiring derai air mata. Dreihan menahan Violory, kemudian menyuarakan lembut kalimat, "Tissue pribadi kamu ketinggalan." Tissue ternyaman itu milik Dreihan. Tangannya yang menyentuh langsung pipi basah gadisnya. Lebih dari sekedar tissue yang biasa terdapat di luar sana.
Acuh tak acuh akan tindakan yang kekasihnya lakukan, Violory masuk ke ruang owner. Duduk di kursi owner, kemudian memutarnya.
Diikuti Dreihan yang menundukkan kepala. Mengikis jaraknya. Meraih kepala gadis itu lalu ditenggelamkan ke tubuhnya. "Maaf. Aku minta maaf. Aku nggak larang kamu kemanapun kamu mau. Aku mau temanin kamu."
Violory terisak dalam tangisnya. Dreihan paham mode di masa periode yang menghancurkan suasana. Gadisnya bahkan hanya mencengkram kedua lengan kursi. Setajam apapun Violory berkata, ketika Dreihan melihat gadisnya menangis, akan selalu terlihat seperti gadis kecil yang tidak berdosa.
Dreihan melepas usapannya di puncak kepala Violory. Menyatukan kedua telapak tangan membentuk tepukkan. Violory mengangkat pandangan buramnya. "Maaf lagi. Aku nggak tepuk tangan buat kamu. Lagian kenapa kalo kamu selesai main biola langsung berubah jadi bidadari?" Senyum sayang Dreihan tidak menular. Seolah manusia konyol yang berupaya menaruh asa bahwa sedetik kemudian gadis itu mengubah raut wajahnya menjadi semanis kedua lesung pipinya.
Violory tidak menjawab. Dia tidak ingin suara dan gerakkannya terekam cctv di ruang owner mommynya ini.
"Mau digendong?" Dreihan telah siap merendahkan posisi tubuhnya. Violory balas dengan menggeleng pelan."Mau apa?"
Violory kembali menggeleng.
Siapapun tolong katakan pada Dreihan, kalau gadis itu terus bertingkah seperti balita, tinggalkan saja secepatnya!
Violory mengembalikan kunci motor Dreihan, ketika laki-laki itu menyerahkan satu telapak tangannya. Dreihan ingin Violory membalas uluran tangan darinya. Bukan kunci motor.
Tanpa duga kunci motor itu dibuang Dreihan ke sembarang arah.
"Snowyku,"
Akhirnya, Violory menubruk pandangannya pada iris Dreihan.
"Kalo aku pesan minuman di sini, bayar nggak?"
Violory membuang pandangannya. Enak saja!
"Kamu ownernya, kan?"
"Bukan. Mommy."
Dreihan mengepung kedua rambut mickey mouse kekasihnya dengan kedua tangannya. Gemas akhirnya gadis itu berbicara lagi. "Asyik! Udah nggak ngambek lagi."
Kesal dengan kalimat garing itu, Violory mendorong tubuh Dreihan keluar dari ruang itu. Normalnya, Dreihan tidak mungkin bisa didorong semudah itu. Tapi karna rasa sayangnya pada snowy, disiksa pun tak apa. Asal pelakunya Violory.
Pelayan lain menatap sinis pada Dreihan. Mereka menganggap Violory yang berwajah sendu itu pasti ulah laki-laki ini.
"Mas, americano coffee-nya satu." Saat akan membayar, Dreihan mengeluarkan kartu identitas yang tertera status, kekasihnya Violory.
"Mas, nggak bisa jalur pacar. Bisa kena PHK saya. Beli kuota aja sebulan sekali, yang paketnya nggak habis satu minggu. Kalo dipecat hari ini, hp saya bisa dijual."
Dreihan melihat Violory menghampirinya. Pasti mau bilang, gratisin aja. Pacar saya.
"Blueberry milk." Tanpa melirik kekasihnya sedetikpun, Violory menjauhkan kakinya dari area bar. Seolah Dreihan hanya pelanggan biasa.
"Gimana? Anak owner saya beneran pacar kamu? Kenapa dia kayak nggak kenal?"
Pelayan itu ketika drama Violory dan Dreihan terjadi tengah berada di toilet.
Jauh dari pertanyaan yang didengarnya, Dreihan menyerukan tanya, "Mas pernah pacaran sama cewek nggak?"
Pelayan itu tersinggung. Ekspresinya yang sejak awal telah dibuat kesal, kian merutuk pertanyaan itu. "Ya pernahlah. Saya kan cowok."
"Tau masa periode cewek?"
"Kalo saya, hobinya mutusin cewek di masa periodenya."
"Ck." Dreihan akhirnya menaruh uang berlebih.
"Eh, yang katanya pacar anak owner, kalo ceweknya itu dia, jangan diputusin! Rugi ke lo. Pesan kopi aja mau bayar pake jalur pacar."
Dreihan membalikkan tubuhnya. "Masnya cepet bawain pesanan pacar saya. Mau di PHK?"
Menukar raut setengah ingin berteriak pada Dreihan, pelayan itu mengulas senyum ramahnya. Oh, lebih kepada segan. Sadar siapa yang ditemuinya.
"Mbak Lory?" Ditaruhnya pesanan itu di atas meja.
Violory mendelik kesal. Sejak kapan dirinya menjadi mbak-mbak?
"Mas yang tadi pacarnya? Kok didiemin? Mana minta gratis."
"Cctv di sini monitornya ada di kamar mommy." Violory berupaya membuang jauh pikirannya dari kekasihnya yang tak tahu diri itu. Sudah mencipta kesal, dengan tidak tau malunya minta gratis? Hahaha, Galaxius Radega akan menjahit cepat mulut Lexano Dreihan jika tau akan hal ini.
"Mbak, putusin aja kalo mintanya bayarin."
"Mommy selalu cek setiap hari." Bukan ingin memanasi, Violory memohon hentikan membahas tentang laki-laki itu. Setidaknya, hingga suasana hatinya tenang.
"Datang ke sini aja pake nebeng. Ya kali."
Semakin kesal, Violory bertahan menatap pelayan itu.
"Hehe. Maaf, Mbak."
Sialan! Sombong banget! Kalo aja bukan karna cantik, cerdas, tajir, dan berbakat, nggak mungkin punya pacar.
"Kayak nggak ada cacatnya. Eh, ada. Mulutnya robek. Harus dijahit yang bener."
🎻
🎻
🎻
Mulai part Ju go, kita mulai permainan yang sesungguhnya☺
Sampai jumpa di tahun 2021💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...