JU KYU - TACENDA

201 17 14
                                    

Rumah bukan lagi tujuan Violory pulang setelah tau apa yang dilihatnya. Langkahnya diiringi kepala yang tertunduk. Agar tak satu pun manusia mengetahui betapa menyedihkannya kondisi gadis itu.

Langkah gadis itu terhenti. Kepalanya terangkat sempurna. Aroma parfum maskulin menggelitik indra penciumannya. Bukan karena dia tertarik akan aroma parfum itu. Namun, seseorang dihadapannya yang merentangkan kedua lengan. Tau bahwa itu satu-satunya hal yang Violory butuhkan.

"Drei." Violory melingkarkan lengannya begitu erat. Posisinya yang berada di dekat Galetta cafe sempat mencuri perhatian pengunjung lain. Dreihan membawa gadis itu bergeser menuju sisi mobilnya yang terparkir. Ingin membuka pintu mobil, agar tak ada satupun yang memerhatikan keduanya, dering ponsel menginterupsi lebih dulu.

 Ingin membuka pintu mobil, agar tak ada satupun yang memerhatikan keduanya, dering ponsel menginterupsi lebih dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu lengan Dreihan terlepas. Reaksi cepat Violory begitu mengejutkan. Semakin mengeratkan lingkaran lengannya di tubuh laki-laki itu. Tak menyisihkan lagi jarak sesentipun.

"Bentar ya, aku baca pesan dulu."

Violory menarik lengan Dreihan yang terlepas. Memintanya balas dekapan.

"Sayang ... nggak sampe 5 menit."

Siapa yang lagi peluk kamu? Sepertinya dia sedang benar-benar butuh kamu. Temani dia. Lalu temui mama dan gadis kesayanganmu satu ini.

Dreihan melihat mamanya baru saja masuk ke mobil di seberang Galetta cafe. Ingin sekali menghampiri lalu mendekap mamanya. Nanti. Gadisnya sedang bersedih.

Entah apa yang terjadi, snowy-nya tak bersuara apapun kecuali isakan tangis. Tangis ketakutan. Tangis yang sempat Dreihan redam dengan dekapan dan obat penenang di apartemen gadisnya.

"Mau pulang?"

"Nggak!" sentak Violory memukul lengan kekasihnya begitu kuat.

"Mau ke mana? Kamu rapi banget. Mandi pagi di hari libur, kan?"

Violory tidak menjawab. Karena dia belum mandi. Posisinya yang terlalu menempel, apa tercium aroma tidak sedap oleh Dreihan?

"Aku belum mandi dari pagi."

Dreihan ingin tertawa, tetapi urung ketika gadisnya kembali menangis. Dibukanya pintu mobil bagian belakang. Di dalam keduanya tak henti saling berdekapan.

Sebenarnya tanpa Violory beritahu bahwa dirinya belum mandi, Dreihan telah lebih dulu mencium aroma orang bangun tidur. Menggosok gigi, membasuh wajah, dan mengganti pakaian baru dibubuhi aroma parfum saja tidak cukup. Ketika laki-laki itu tak sengaja menjatuhkan dagunya di bahu gadis itu. Aroma khas tercium. Berupaya menahan senyum dan tawa gemas. Tentu saja tak mungkin membahas hal ini lebih lanjut.

"Wangi banget." Tanpa sadar Dreihan berucap pelan. Posisi bibirnya yang berada dekat telinga Violory seolah tengah membisikkan.

"Kamu ngehina aku?" Dekapan itu terlepas. Apa sebenarnya Dreihan minta dilepas?

Dreihan lagi dan lagi menahan tawanya. Mana pernah dia menghina kekasihnya sendiri? Semarah apapun dirinya.

Dan Violory itu kekasih pertamanya, sudah pasti.

⚡⚡⚡

"Siapa dia, Dreihan?" Suara wanita mengalihkan perhatian Dreihan yang kini menjadikan lengannya sebagai bantal Violory di dalam apartemennya.

"Mama?"

Ya, Dreihan sempat mengirim password apartemen kepada sang mama. Hanya saja dia tak tahu kapan tepatnya kedatangan wanita kesayangannya itu.

Wanita itu mendekat. Mengamati wajah tenang Violory. Kemudian menyingkirkan rambut yang menutup sebagian wajah Violory. Dahi wanita itu berkerut kuat. Memikirkan pernah bertemu di mana gadis ini?

"Kenapa, Ma?" Suara Dreihan mengejutkannya. "Aku belum kenalin dia ke Mama."

"Apa dia memiliki hubungan dengan Galaxius Radega?"

Dreihan mendapati ekspresi mamanya yang berbeda. Lelah dan terkejut menjadi satu.

"Dia anaknya Galaxius Radega?"

Dreihan terang-teranagan mendekap tubuh Violory dihadapan mamanya ketika gadis itu akan mengubah posisi tidurnya menjadi kepala di atas paha Dreihan. Berupaya menahan gadis itu agar tak lepas dari peluknya.

Apa mamanya akan marah berani berdekapan di sini? Tidak! Mamanya telah lama tinggal di benua Eropa. Dan hal seperti ini bukan lagi masalah.

"Bukan."

Detik itu pula Dreihan mendapati ekspresi mamanya yang berubah tanpa dapat dimengerti.

"Gadis kesayangan kamu udah nunggu Mama di parkiran. Kamu mau ikut sebentar aja?"

Diliriknya sejenak bagaimana Violory yang masih tertidur pulas.

"Aku--"

"Oke." Wanita itu mengembuskan napas kasar. "Sepertinya kedatangan Mama ke Indonesia di waktu yang kurang tepat."

"Ma ...."

Wanita itu menoleh sebelum hilang di balik pintu. "Gadis itu cantik" Melirik Violory dengan dahi berkerut. "Tapi, nggak akan bisa jadi milik kamu selamanya."

Kenapa mama ngomong gitu?

Ini kali pertama Dreihan mempertemukan mamanya dengan Violory.

Lalu, siapa itu Galaxius Radega? Dia tidak tahu siapa nama daddy-nya Violory. Gadis itu hanya pernah mengatakan bahwa nama daddy-nya Gaga. Sedangkan nama mommy-nya Lelet.

Lelet? Lambat, maksudnya?

Ah, Dreihan yakin, mamanya tak pernah benar-benar mengenal Galexia Violory. Ini pasti pertemuan pertama.

🎻

🎻

🎻

Gadis kecilnya Gaga yang lagi mencari daddy-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis kecilnya Gaga yang lagi mencari daddy-nya.

"Daddy udah pulang belum ya?"

Kalau belum ketemu juga, dicari ke semua ruangan.

👶

Banyak hal yang belum terungkap.

Apa yang paling ingin kalian tau dari LORY, yang membuat kalian bertahan membaca sampai part ini?

LORY✅[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang