Kita mulai yang panas-panas🔥
Apa dari part awal udah panas?! Hahaha
⚡⚡⚡
Violory mengendap-ngendap masuk ke ruang pribadi daddy-nya. Pakaian yang telah basah menyeluruh akibat kekesalannya pada Dreihan, dilampiaskan dengan membasahi tubuhnya di bawah shower.
"Ada sesuatu yang pengen gue pastiin di ruang pribadi." Dia yakin, tak ada CCTV menyorot tepat pada arah ruang yang pintunya tertutup rak di perpustakaan keluarga.
Dilemparnya satu persatu kertas usang. Seperti telah lama tak dibersihkan atau ... memang tak lagi disentuh?
Padahal ada beberapa map yang sepertinya penting.
"Lory!"
Suara itu. Violory mengunci dirinya dari dalam. Biar saja wanita bodoh itu mencarinya ke segala sisi ruangan. Yang pasti, takkan ditemuinya di ruang ini.
Ketika balita, Violory sempat berlari dengan teman mainnya hingga sampai pada pintu ruang ini. Namun, Vreletta cepat meraih tubuhnya. Lalu berkata, di ruang ini nggak ada mainan Dede Loi. Main di ruang lain aja ya?
Violory pikir, benar adanya. Karena tak pernah sekalipun dia dibawa ke ruang ini oleh kedua orangtuanya. Meski, sesekali dia tak sengaja melihat kedua orangtuanya pergi ke ruang ini. Hingga dirinya terlelap ditempat persembunyian, kedua orangtua Violory tak kunjung kembali.
Terkejut akan suara hempasan benda keras, Violory semasa balita terbangun dari tidurnya.
Yang dilihatnya hanyalah ... Vreletta melangkah seorang diri. Sesekali punggung tangannya mengusap daerah mata dan pipi. Kepala yang tertunduk dan tatapan kosong. Sementara Radega, tak kunjung mengikuti kekasih halalnya itu. Violory menanti, perutnya yang mudah lapar dan mudah kenyang itu berbunyi. Kalah. Dia keluar dari persembunyian. Ketika akan berdiri, Radega keluar dari ruang itu dengan wajah pucat, lelah, dan frustrasi.
"Yang gue cemasin sampai sekarang, kenapa Daddy bisa berubah hanya karna dari ruang ini." Violory menghentikan aksi melempar map. Tangannya terhenti pada map yang terselip. Lalu dibukanya pelan. "Surat gugatan cerai?"
Sontak nama yang tercantum, mencipta letupan bahagia di hati gadis itu. Dia ingin berterima kasih pada dirinya sendiri. Tanpa harus menghancurkan komunikasi hangat kedua orangtuanya, bukti nyata di tangannya ini sebagai peringatan awal.
Tak peduli dia akan menjadi keluarga broken home sekalipun, tujuannya adalah ...
"Asyik! Harus dirayain nih!"
"Gimana kalo sama--"
Cepat-cepat dia rapikan kembali map itu ke tempatnya. Tanpa memastikan letaknya seperti semula. Yang terpenting, tidak meninggalkan jejak.
⚡⚡⚡
Violory membiarkan Asia ditarik oleh salah satu teman seangkatannya. Meski terlihat menyeramkan, sosok yang memaksa Asia ikut dengan seseorang itu bukanlah kapasitas Violory. Senyum bahagianya tertera. Apalagi ketika Rav melambaikan tangan ke arahnya. Baru akan melangkahkan kakinya, suara sumbang seseorang menginterupsi.
"Oh, jadi marah karna merasa aku yang menghakimi kamu atau karna udah dapat yang baru?" Dreihan berada di arena balap liar ini bukan tanpa sebab. Dia diberitahu oleh Asia bahwa ada yang aneh dengan Violory.
"Terserah yang mana, yang mau kamu jadikan alasan." Violory tak langsung melangkahkan kakinya. Sekilas dia menyadari, raut kecewa dibalik tatapan Dreihan. Jelas, kini telah pukul 01.00 dini hari. Tak pernah sekalipun, Dreihan mengajaknya pergi selarut ini.
"Kenapa harus Rav?"
"Kalo Qhey?"
"Jawab pertanyaanku."
"Pertanyaanku jauh lebih dulu dari kamu. Lama, Drei. Nggak pernah kamu jawab." Sial! Harusnya dia tak memberitahu Asia tentang kepergiannya malam ini. Benarkan? Pasti Asia yang memberi info kepergiannya pada laki-laki yang tak pernah mau memaki seburuk apa pun sikapnya.
"Cemburu? Kamu cemburu sama Qhey?" Dreihan mengusap matanya yang mulai mengantuk. Dia lupa, seharusnya kalau ingin memastikan gadisnya benar pergi ke arena ini atau tidak, minum kopi terlebih dahulu. "Apa kamu nggak bisa bedain perhatian mana yang berlebihan dari aku? Buat kamu, Snowy."
"Oh, gitu ya?" Akhirnya, tertawa hina.
Violory pergi menuju keberadaan Rav. Melewati Dreihan tanpa meliriknya sedetikpun. Sedangkan Asia sengaja mencuri dengar sedari tadi. Dia baru sadar, permintaan Violory untuk menemaninya menyaksikan balap liar hanyalah demi Rav. Tapi, ada yang mengganggu pikiran Asia.
"Apa itu cemburu? Jatuh hati aja nggak pernah."
Jauh dari arena balap liar itu, seseorang beberapa menit sekali memastikan chat-nya sudah dibalas atau tidak. Tapi, yang ada hanyalah ceklis satu. Sang penerima pesan tengah berbahagia atas berita yang tanpa duga diketahuinya lebih dulu.
Dede Loi?
🎻
🎻
🎻
Banyak hal yang belum terjawab. Semoga sampe ending terjawab semuanya😝
Sampai jumpa di part 16💟
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...