⚠Bacanya pelan-pelan aja ya, Sayang-sayangku. Sambil nunggu extra part (3), jangan langsung scroll ke bawah. Budayakan baca dari atas. Nggak enak, kan, kalo kena spoiler? Huhuhu nggaklah.⚠
💙
Sepuluh bulan setelah insiden kecelakaan, Violory tak kunjung sadar.
"Selamat pagi, sayangnya Daddy." Satu ciuman sayang mendarat di dahi kesayangannya itu.
Galaxius Radega selalu hadir berpakaian rapi, wangi, dan bersemangat ketika menjenguk Violory. Meski setelah dari ruang itu dirinya kembali pada bagaimana kenyataan hari-harinya terasa kosong. Sering melamun dan berakhir sulit tidur. Barang-barang di apartemen tak ada satu pun yang benar diletakkan di tempatnya. Sekali tanpa sengaja jatuh, dibiarkan begitu saja.
"Selamat pagi juga, Daddy."
Radega menoleh malas. Suara itu berasal dari tante kalung hitam. Ya, secara bergantian, mereka yang menyayangi anaknya meluangkan waktu demi menjaga dan memastikan gadis itu masih berada dalam dimensi ini.
"Jangan jadiin anak gue candaan dalam situasi ini."
"Kakak ... mommy-nya harus tau keadaan Lory. Mau sampai kapan disembunyiin, seolah Lory lagi ngambek berat?"
"Stop!" Radega mendekat dan membisikkan, "Jangan keras-keras! Dia bisa aja dengar."
"Lagipula, wanita itu sedang beristirahat dalam ketenangan." Tante tersenyum pahit. Masalah eksternal terus saja membuat isi kepalanya hampir meledak.
"Senang ya, yang pulang dari Dubai," lanjutnya selangkah mendekati pintu dan akan keluar dari ruang itu.
Tatapan sayang Radega yang berawal fokus mengusap pelipis anaknya, berubah tajam. Kalimat yang didengarnya begitu mengusik. "Jangan berbicara yang aneh-aneh! Anak gue bisa dengar."
⚡⚡⚡
Matahari yang mulai berpindah ke arah barat, mengingatkan Radega kalau sejak tadi dirinya lupa makan siang. Sial. Tidak seharusnya menyiksa diri. Kalau tiba-tiba Violory bangun dan mendapati postur daddy-nya berubah drastis, apa air mata sebagai balasan? Tidak. Tidak boleh terjadi.
"Daddy keluar sebentar ya, Sayang." Kalau ada dahi yang ingin diciumnya berulangkali, hanya Violory-lah pemilik dahi itu. Gadisnya selalu wangi sama seperti saat pertama kali terlahir ke dunia ini. Sorot sendu itu hanya bertahan selama melangkah keluar, lalu berubah kesal setelah sosok lain hadir di dekatnya.
"Untuk apa kamu datang ke sini?"
"Ketemu anakku," balasnya berusaha menularkan senyum.
"Anak?" Radega tertawa meremehkan. Langkah wanita itu terhenti, kalimat yang didengar telah terteka sebelum menginjakkan kaki di rumah sakit. "Udah nggak tahan lagi buat nunjukin diri di depan Lory? Sampai rela datang ke negara ini?"
Tanpa berbalik badan, ditekannya satu kalimat. "Aku sayang Lory sejak dia terlahir ke dunia ini."
"Oh, sejak lahir?"
"Iya. Dia anakku juga."
Radega tertawa atas jawaban itu. Dibiarkannya seseorang itu melihat Violory. Tentu dengan dirinya yang memastikan Violory masih bernapas. Siapa pun yang datang menjenguk, harus diwaspadai. Jangan sampai kecerobohannya memperparah luka di tubuh sang anak.
Wanita itu keluar dengan mata bengkak di balik kacamata putihnya. Pandangannya terangkat, sadar Radega masih memperhatikan dirinya.
"KELAR KAN, KANGEN-KANGENANNYA? PERGI! JANGAN PERNAH TEMUI LORY LAGI!"
Namun, wanita itu hanya menatap nanar. Bisa-bisanya sosok seorang ayah yang tau anaknya disayangi dengan tulus, berupaya menyingkirkan siapa pun yang berani mengambil atensi Violory.
"Kalau begitu, Lory yang akan datang kepadaku. Sebagaimana ketika aku sakit," Sorotnya berubah menantang. "Dia selalu mengatakan sayang padaku."
"Itu karna dia masih remaja."
"Sekarang pun, kalau dia tau kedatanganku, kamu yang akan dimarahi balik."
"Percaya diri, ya? Sampai sekarang ada yang mau nikahi kamu?" Penampilan wanita itu terlalu formal bila disandingkan dengan tujuannya. Ah, mungkin ada acara penting sebelumnya. Ada cincin di jari tengah tersemat. "Nggak mungkin! Setelah apa yang kamu lakukan pada anakku selama ini, pria normal mana yang menginginkan wanita sepertimu?"
Wanita itu tersenyum penuh arti. Sama sekali tak tersinggung atas kalimat-kalimat yang semestinya telah siap menyatakan bahwa dia tak diinginkan oleh siapa pun. Tidak sadarkah, Radega? Sekian tahun yang lalu, dirinya dijadikan salah satu alur cinta.
"Galaxius Radega, mantan kesayanganku ...," Dirapikannya sejenak rambut berantakan Radega. Sorot matanya sengaja berhenti di kedua bola mata yang telah lama dirindukannya. "Kapan mau ngajak aku kencan lagi?"
Radega cepat-cepat memutus pandangan itu. Ditepisnya kasar tangan yang bukan hanya merapikan rambutnya, tetapi juga mengusapnya terlalu lembut.
Sial. Jangan sampai gue jatuh hati lagi dengan wanita nggak waras ini.
Belum cukup memanaskan perasaan, wanita yang kini mengumpulkan satu gulungan rambut terurai cokelat alaminya itu memberikan kedipan usil. Sebagaimana Radega pernah memberikan kedipan itu padanya ketika remaja.
Radega terkejut dan memandang kepergiannya dengan seruan, "KHINANZ!"
Khinanz ... tertawa atas reaksi itu. Sekali playboy, selamanya playboy. Ah, bagaimana jika suatu hari dia yang menggantikan sepenuhnya posisi Vreletta?
🎻
🎻
🎻
Cieee daddy-nya Lory ketemu mantan😂 kalo aja Lory sadar, pasti senang banget dan auto kepoin gimana masa lalu daddy dan tante Khinanz.
"Anakku? Anakmu?" Haha
Sana sini ngaku Lory itu anaknya. Belum semua nih yang ngaku Lory anaknya. Masih ada si X😆
Gaga be like : "Kasihan ya. Pengen punya balita secantik bidadari, tapi nggak kesampaian. Anak gue diakui terus."
Kalo anak Gaga itu cowok, belum tentu dimanja kayak Lory. Bisa jadi malah seringnya cuek aja. Soalnya emang Gaga nggak suka kalo ada yang berani-beraninya mau ngalahin kegantengannya.
Waktu tau kalo anaknya perempuan, dia janji buat nggak sekalipun berlaku kasar. Penantian panjang ... setelah melihat bidadari berkepang satu sejak kecil yang mulai berubah dewasa, digantikan oleh Galexia Violory.
Namanya aja mirip. Galaxius Radega. Galexia Violory.
💙
Next? Extra Part (3)
KAMU SEDANG MEMBACA
LORY✅[COMPLETED]
Teen Fiction⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan membaca Querencia terlebih dahulu, sebelum membaca story ini] Beberapa Part di Private. Follow Auth...