HACHI - DEBUNK

1.4K 59 19
                                    

Dreihan menggulir ponselnya dari artikel satu ke artikel lainnya di mesin pencarian. Matanya sedikit nyeri, ketika harus membaca fokus setiap informasi yang tertera. Bukan tanpa sebab. Sudah tersebar berita virus corona yang dinyatakan positif terjangkit oleh dua orang WNI.

Bukan karena ia merasa takut akan virus itu. Hanya saja, dari ciri-ciri yang ia rasa, ada beberapa yang sesuai dengan isi artikel. Minus sesak napas.

Dreihan menggeleng cepat. Menepis segala pikiran negatifnya. Ia hanya minum obat demam yang telah disediakannya di kotak obat-obatan.

"Snowy ... kamu nggak hampa tanpa aku? Udah sore, chat apalagi vc dari kamu nggak ada." Setiap perpindahan artikel, Dreihan menanti adanya pesan dari kekasihnya--Lessie Violory.

Dihembuskan napas beratnya. Menggapai selimut yang sengaja ditendangnya. Melampiaskan penantian konyol itu. Bisa saja, ia mengirim chat pada kekasihnya. Minta dijenguk sepulang sekolah. Tapi sialnya, Violory bahkan seperti tak sedetikpun mencemaskannya.

"Aku sengaja nggak kasih kabar. Harus selalu aku yang hubungi kamu duluan?"

Dalam apartemen itu, Dreihan hanya menyisakan dirinya seorang. Hanya seorang, tanpa saudara atau orangtuanya. Sunyi. Tubuhnya yang lemah itu seolah menyuarakan hatinya. Sudah tak berdaya, dengan tidak tahu diri menanti yang belum tentu memprioritaskan dirinya.

"Gue nggak akan mau sakit lama." Dipaksanya makan bubur yang dibelinya secara online. Lalu meminum obat. Memberi jeda pada tubuhnya untuk duduk sejenak. Lagi, hanya berbaringlah posisi paling sempurna. "Snowy pasti sedih kalo gue kelamaan nggak masuk sekolah. Asia kan kalo makan di kantin waktu istirahat tergantung mood."

"Terus, snowy makan di kantin sama siapa?" Efek minum obat mulai terasa. Rasa kantuknya memberi suara akhir sebelum kembali terlelap. "Snowy bukan tipe cewek yang dengan mudah diajak makan bareng semeja sama yang lain. Apalagi ... sama cowok-cowok nakal di sekolah.

⚡⚡⚡

Dalam keadaan setengah sadar, Violory dirangkul oleh seorang laki-laki yang merupakan ketua geng motor balap liar--Rav. Menolak digendong, ia melangkah pelan tanpa protes lagi.

"Cukup sampe sini aja, Rav." Matanya sangat berat. Efek tak biasa terjaga hingga jam dua malam. Rasa kantuk berat teringin segera mencapai kasurnya. "Daddy pasang cctv di mana-mana."

Rav enggan melepas rangkulan itu. "Gue harus selalu pastiin kalo perempuan yang terakhir sama gue sebelum terlelap," Dimasukannya password, karena keadaan gadis itu tidak memungkinkan untuk fokus. "Aman dan nyaman."

Violory sampai ke kasurnya dengan cepat. Ia tak butuh waktu untuk melepas sepatu. Rav melakukannya. Seolah dirancang untuk membantu gadis itu segera istirahat.

"Daddy ... selimutin."

Violory mulai meracau. Rav bertahan di sana. Duduk di jarak aman dari berbaringnya gadis itu. Padahal selimut sudah ditariknya sejak tadi. Lalu, bantal guling didekap erat. Apalagi?

"Daddy ...."

Rav tidak mengalihkan pandang sejak tadi. Yang ada dipikirannya, kenapa Violory hanya menyebut daddy-nya? Memang mommy-nya kenapa? Ah, mungkin lebih dekat dengan daddy-nya.

Sebelah tangan gadis itu terangkat. "Mau peluk!"

Rav hampir saja terjengkang dari posisi duduknya. Beneran boleh dipeluk? diamatinya sekitar. Tidak ada cctv di kamar ini.

"Biby ... kamu beneran minta dipeluk?" Pertanyaan bodoh. Yang ditanya saja sudah memejam sejak setengah jam yang lalu.

Satu langkah akhir menuju gadis itu, kakinya tertahan. Berbalik arah. Menutup pintu kamar itu. Kemudian keluar dari apartemen. Ia harus cepat pergi. Violory bukanlah gadis sembarangan. Sebagai lelaki yang sangat menghargai perempuan, Rav tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang perempuan, meski bukan miliknya.

LORY✅[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang