Kita bisa menulis dan membaca karena siapa?
kita jadi tahu beraneka bidang ilmu dari siapa?
Kita jadi pintar dibimbing pa guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guruBegitulah lirik sebuah lagu yang berjudul jasamu guru. Lagu yang menggambarkan jasa guru mengajarkan menulis, membaca, dan ilmu. Berkat jasa guru kita jadi pintar dan pandai.
Membaca dan menulis merupakan aktivitas harian setiap manusia. Dengan membaca tentunya seseorang mendapatkan berita, informasi maupun ilmu. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan segala ide, gagasan, ilmu, curahan hati dan sebagainya. Maka membaca dan menulis bisa dikatakan sebuah kebutuhan setiap individu agar dirinya dapat memperoleh dan menyebarkan informasi yang dibutuhkan. Bisa dibayangkan hidup di zaman serba digital dan online saat ini, bila kita tidak bisa membaca, maka bisa ketinggalan informasi dan berita terlebih ilmu.
Hanya saja jumlah penduduk di Indonesia yang buta huruf masih cukup tinggi. berdasarkan data Badan Pusat Statistik(BPS) survei sosial market ekonomi nasional 2018, terdapat 1,93 persen atau 3.290.490 orang yang masih buta aksara usia 15-59 tahun. Buta huruf atau buta aksara sangat terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Karena hal itulah berbagai pihak gencar mensosialisasikan pentingnya pemberantasan buta aksara di dunia khususnya negara seperti Indonesia.
Sadar akan aksara atau huruf adalah dasar pengetahuan bagi setiap individu. Untuk dapat meningkatkan kualitas dirinya, membaca adalah kuncinya. Pada akhirnya akan meninggikan intelektualitas seseorang. Terlebih saat ini kita telah memasuki era informasi yang begitu cepat, setiap detik dan menitnya informasi dan pengetahuan selalu berkembang.
Fenomena globalisasi ini merupakan dampak dari masyarakat yang menerapkan teknologi tinggi didalam kehidupannya sehari-hari yang pada akhirnya menyebabkan menggiring manusia pada pola interaksi yang sangat cepat.
Keadaan seperti ini menuntut terciptanya individu-individu yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Kemudian setelah itu harus berperan aktif didalamnya baik sebagai pelaku pemberantas buta aksara maupun sebagai orang yang aktif dalam dunia membaca dan menulis. Untuk itu, kita harus sadar bahwa pemberantasan buta huruf merupakan tanggung jawab bersama.
Dengan demikian, usaha dalam mengentaskan kemungkinan buta huruf sebenarnya dapat dilakukan sejak dini yaitu dengan sekolah. Di sekolah, anak-anak dapat belajar untuk membaca agar nantinya jumlah penderita buta huruf dapat ditekan semaksimal mungkin.
Salah satu unsur masyarakat yang harus mengambil peran dalam pemberantasan buta aksara adalah guru atau pendidik. Guru sebagai pendidik memiliki beban dan tanggung jawab berat dalam mengentaskan buta aksara di tengah masyarakat. Tidak salah memang guru sebagai pendidik menjadi ujung tombak keberhasilan suatu negara dalam membebaskan rakyatnya dari buta aksara. Karena gurulah yang mengajarkan anak didiknya membaca dan menulis di sekolah ataupun pada lembaga-lembaga pendidikan non formal.
Dalam hal ini guru sekolah dasar dan ibtidaiyah tentunya sebagai pemeran pertama di tengah masyarakat dalam mengajarkan dasar-dasar pengenalan aksara dan huruf kepada murid-muridnya di sekolah. Guru sekolah dasar-ibtidaiyah dinilai memiliki peranan penting dan diperlukan oleh pemerintah dalam pencanangan pemberantasan buta huruf di negara ini.
Semoga saja, Indonesia sebagai bangsa yang besar, dengan segala hambatannya mampu menekan angka buta aksara sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Tidak ada lagi penduduknya yang tidak bisa membaca dan menulis. Dengan demikian cita-cita sebagai bangsa yang cerdas dapat dicapai. Maka, jangan dilupakan jasa guru, semuanya bisa karena guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru di Antara Putih Biru
Non-FictionKumpulan tulisan seputar sekolah, guru, dan proses belajar mengajar