Tidak ada pikirian sedikit pun di benak ini untuk menjadi seorang guru. Tak ada pula bercita-cita demikian. Jujur dalam menjalani hidup, saya mengalir begitu saja. Namun, hari itu menjadi awal dimana saya menjalani profesi guru sampai sekarang.
Suatu hari seorang kawan yang menjadi kepala madrasah di sebuah yayasan meminta saya untuk mengajar.
"Bang bisa ngajar gak di madrasah saya?", tanyanya pada saya.
"Hah, ngajar? gak salah neh? ngajar apa?", tanya saya bertubi-tubi cukup kaget. "Iya, ngajar TIK, kebetulan guru sebelumnya berhalangan tetap", jelasnya.
"Oh iya kalau begitu insyaallah", saya mengiyakan tawarannya setelah sejenak berpikir. Setelah sepakat kawan tadi meminta saya datang pada hari senin depan.
Sempat bimbang dan ragu, antara mengiyakan atau menolak ajakan tersebut. Jika menolak, sama saja saya membuang kesempatan. Jika menerima, berapa sih penghasilan seorang guru honor? Apalagi mengajar hanya beberapa jam pelajaran. Apa bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilan sebagai guru? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu menjejali pikiran di kepala.
Saya coba buang jauh-jauh pikiran tersebut. Apalagi sudah sempat mengiyakan tawaran itu. Tak enak hati jika menolaknya. Di tambah sudah cukup lama menganggur dan hanya di rumah saja akibat risign dari pekerjaan sebelumnya.
Saya minta pendapat istri bagaimana baiknya jika saya mengajar? "Ngajar pelajaran apa bang?", tanyanya pada saya. "TIK say", jawab saya. "Oh pelajaran TIK, bagus itu bang, ambil aja", jawabnya sambil menyemangati. "Apalagi abang kan dulu kerjanya gak jauh-jauh dari komputer", tambahnya lagi. "Oh iya, TIK itukan pelajaran komputer", kata saya setelah teringat penjelasan sang kawan.
Makin mantap hati ini akhirnya setelah mendengar pandangan sang istri tercinta yang berprofesi sebagai guru, bahkan berstatus pegawai negeri. Informasi seputar guru dan pendidikan sudah barang tentu cukup menguasai. Saran dan masukan istri itulah yang membuat saya termotivasi terjun ke dunia pendidikan.
Dunia pendidikan yang dimaksud adalah dunia mengajar secara formal di sekolah atau madrasah. Dunia mengajar formal inilah yang menjadi dunia baru bagi saya. Kalau secara non formal, alhamdulillah punya bekal saat menjadi senior organisasi sekolah di SMA dan mengajar iqro di TPA. Paling tidak, pengalaman itulah yang menjadi bekal saya terjun mengajar di sekolah nanti.
Pengalaman itu saya anggap sebagai nostalgia yang bersemi kembali. Tinggal ditambah sedikit sentuhan dan diasah kembali, pikir saya demikian. Namanya juga nostalgia, indah nian jika diingat apalagi bisa kembali ke masa itu. Mengingat masa-masa itulah yang membuat saya mantap untuk menjalani tawaran mengajar.
Tak peduli lagi berapa penghasilan sebagai guru. Saya pikir, jalani saja dulu masalah hasil urusan nanti. Tak ada salahnya mencoba hal baru untuk suatu kebaikan. Demikian saran seorang kawan. Iya, menjadi guru adalah sebuah kebaikan katanya. Mengajarkan kebaikan kepada siswa akan membawa pahala jariah yang terus mengalir walau kita sudah tak di dunia lagi. Itulah kata-kata motivasi yang membangkitkan semangat saya.
Tidak mau grogi dan salah saat pertama mengajar nanti, saya harus menyiapkan beberapa hal. Beberapa buku saya pinjam dari kawan sebagai bahan bacaan. Diantaranya adalah buku seputar pendidikan dan buku mata pelajaran TIK. Saya berpikir menguasai materi pelajaran merupakan salah satu yang harus dilakukan sebelum memulai aktivitas mengajar. Demikian menurut salah satu referensi yang saya baca.
Saya berharap pada hari pertama nanti tak ada kendala berarti yang menerpa saat menghadapi siswa berseragam sekolah di dalam kelas. Kesan pertama itu pasti sangat berarti, selanjutnya akan sangat menentukan. Jadi, jangan sampai gagal pada kesan pertama di hadapan mereka. Perilaku mereka yang kadang tak terduga bisa saja membuat saya grogi mengajar nanti. Kemungkinan itulah yang harus saya antisipasi agar kekhawatiran tak terjadi. Apalagi saya mendengar jika anak-anak usia mereka masih sulit diatur jika sedang belajar di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru di Antara Putih Biru
No FicciónKumpulan tulisan seputar sekolah, guru, dan proses belajar mengajar