Sebagai guru, pernahkah baper saat mengajar di kelas? Baper karena siswa tidak memperhatikaan saat Anda menjelaskan. Baper karena ada siswa yang belajar sambil tiduran. Baper karena ada siswa yang raut wajahnya menjengkelkan. Dan segudang kondisi kelas yang membuat hilang mood mengajar.
Tak jarang guru baper atau terbawa perasaan sehingga emosi dan marah-marah di kelas. Kondisi ini bisa menimpa tiap guru kapan saja. Baper tidak seharusnya menimpa seorang guru saat mengajar di kelas. Sebagai guru sudah sepatutnya mampu menguasai kelas, apa pun situasinya.
Kenali Karakter
Dengan kata lain ketrampilan mengelola kelas harus dimiliki oleh seorang guru. Kemampuan guru dalam menyiapkan bahan ajar tidak cukup untuk mengelola kelas. Ada faktor "x" yang kadang tanpa diduga terjadi di kelas, yakni perilaku siswa. Perilaku yang mengakibatkan guru baper.
Untuk menghindari baper pada diri seorang guru, diantaranya adalah kenali karakter anak didik. Sangat penting seorang guru mengenali karakter anak didiknya. Dengan mengenali karakter mereka, guru akan lebih mudah memetakan perilaku mereka. Guru pun tak mudah tersinggung dengan sikap anak didiknya yang kurang memperhatikan pelajaran.
Lalu bagaimana mengatasi baper saat mengajar di kelas? Sebagai langkah awal, seorang guru dapat mengenali karakter anak didiknya. Alfin (2014) menyatakan setiap siswa dan kelompok kelas memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda, sehingga perlakuan yang sama terhadap semua siswa dan kelompok kelas justru akan mengakibatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran.
Siswa di kelas itu heterogen karakter dan kemampuannya. Jadi, berbeda pula menyikapi setiap pola tingkah laku mereka.
Di dalam kelas guru tidak boleh beranggapan semua siswa itu memiliki karakter yang sama. Apabila beranggapan demikian, akan ada hak sebagian anak yang hilang. Sedangkan salah satu kewajiban guru adalah melayani anak didiknya tanpa pandang bulu.
Ada beberapa manfaat mengenali karakter anak didik. Manfaat bagi peserta didik, mereka akan mendapatkan haknya yaitu pelayanan terbaik dari guru. Mereka juga akan mendapatkan perlakuan yang adil tanpa diskriminatif. Anak didik pun akan merasakan bimbingan dari guru secara maksimal dan optimal.
Manfaat bagi guru dalam mengenali karakter yaitu dapat melakukan pemetaan keadaan anak didik di kelas. Seorang guru bisa lebih mengenali bakat, kesukaan, hobi, dan kebiasaan siswanya.
Dengan melakukan hal itu terhadap anak didik, guru akan lebih mudah mengembangkan dan menyalurkan potensi diri mereka. Guru pun bisa menekan potensi negatif yang dimiliki anak didiknya.
Kenali Cara Belajar Anak Didik
Cara lain agar guru tak mudah baper adalah mengenali cara belajar anak didik di kelas. Saat masuk kelas tentunya seorang guru dihadapkan oleh berbagai macam tingkah mereka. Itulah yang namanya ekspresi atau cara mengungkapkan saat menerima pembelajaran di kelas.
Jadi, ekspresi tanda salah satu cara belajar mereka. Cara belajar anak didik berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena berbeda, sikap seorang guru juga harus disesuikan. Namun jangan sampai bersikap diskriminatif.
Pastinya seorang guru memiliki pengalaman yang cukup mengernyitkan dahinya saat mengajar. Sebagai contoh ada anak didik tampak bersikap tidak memedulikan saat guru menjelaskan pelajaran. Ada lagi murid yang selalu menyahuti saat guru menjelaskan pelajaran. Bisa jadi sikap itu merupakan caranya belajar.
Guru yang cepat beradaptasi pasti bisa menghadapi berbagai macam cara belajar anak didiknya di kelas. Biasanya tiap siswa memiliki cara yang paling mudah untuk belajar dalam menyerap pelajaran. Sehingga sangat penting guru mengetahui cara atau gaya belajar anak didiknya. Jika mengetahui hal itu dapat membantu guru mengoptimalkan potensi anak didiknya
Ada beberapa cara atau gaya belajar anak didik yang harus dipahami seorang guru. Menurut De Porter (2000), ada tiga jenis gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, siswa auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar dan siswa kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.
Anak didik yang memiliki gaya belajar visual lebih mengandalkan penglihatan dan dibandingkan pendengaran. Mereka lebih suka melihat benda-benda saat belajar di dalam kelas. Mereka juga suka memperhatikan ekspresi muka dan bahasa tubuh guru yang sedang menjelaskan pelajaran.
Guru akan mudah mendapatkan perhatian mereka apabila belajar dengan menampilkan gambar, peragaan, dan pemutaran video sebagai media pembelajaran.
Sebaliknya anak didik dengan gaya belajar audio lebih mengandalkan pendengarannya. Mereka lebih suka mendengarkan dibandingkan melihat. Di sisi lain mereka juga lebih suka berbicara dengan orang yang berada didekatnya.
Saat belajar mereka cocok apabila belajar menggunakan metode ceramah, diskusi, atau debat. Mereka senang dibacakan cerita saat belajar di kelas dan mendengarkan musik.
Guru yang menghadapi anak didik dengan gaya belajar audio jangan sampai baper jika mereka suka mengobrol dengan teman sekelasnya. Salurkan karakteristiknya dengan menjadikan juru bicara saat belajar metode diskusi. Pada waktu tertentu, guru bisa menggunakan metode bernyanyi, dan mendongeng pada mereka.
Selain visual dan audio, ada gaya belajar kinestetik. Anak didik dengan gaya belajar seperti ini mengandalkan aktivitas fisik secara langsung. Mereka suka belajar yang menggunakan aktivitas fisik dan menyukai praktik ketimbang teori. Pembelajaran yang cocok bagi mereka antara lain bermain peran, kunjungan wisata, dan menari.
Seorang guru perlu sabar menghadapi anak didik dengan gaya belajar kinestetik. Mengapa? Karena mereka lambat dalam berbicara. Merasa gelisah jika dalam keadaan diam dan tidak bisa duduk tenang. Mereka juga suka melakukan sesuatu sembari mengerjakan hal lain. Namun mereka memiliki kelebihan dalam hal kreativitas seperti kerajinan tangan dan berkebun.
Dengan mengetahui gaya belajar, guru tidak mudah baper menghadapi anak didiknya saat mengajar di kelas. Bahkan guru akan lebih mudah menentukan metode dan media mengajar. Disinilah kreativitas guru dituntut dalam mengajar. Sehingga perbedaan gaya belajar di antara anak didik tidak lagi menjadi masalah.
Perlu diingat bahwa sejumlah metode mengajar yang ada, semuanya menunjukkan hasil yang baik dan positif bagi peserta didik. Namun, pada kenyataanya tidak ada satu metode yang lebih baik dari metode yang lain. Jika satu metode mengajar yang diterapkan tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, guru dapat memilih metode yang lain sebagai alternatif.
Demikian sedikitnya dua cara agar guru tak mudah baper saat mengajar. Dengan mengenal mengenal karakter dan cara atau gaya belajar, guru tak tak salah menilai tingkah pola mereka. Hal tersebut akan menunjang proses belajar mengajar di kelas.
Walaupun pada praktiknya untuk mengetahui keduanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Guru perlu melakukan pengamatan yang intensif untuk mengetahui karakter dan gaya belajar anak didiknya. Salah satu caranya adalah dengan mengamati setiap melakukan berbagai metode mengajar. Selanjutnya kelompokkan siswa yang memiliki kecenderungan karakter dan gaya belajarnya.
Perlu ketelatenan dalam melakukan hal tersebut tapi hasilnya sangat besar bagi keberlangsungan mengajar kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru di Antara Putih Biru
Non-FictionKumpulan tulisan seputar sekolah, guru, dan proses belajar mengajar