📍 Possesive Boyfriend • 26

5.6K 357 7
                                    

Rasa silau menyerang kedua matanya begitu ia menatap ke atas. Pikirannya menerka-nerka siapa pelaku pengirim paket itu. Desisan keluar dari mulutnya, rasa pening menyerangnya tiba-tiba.

Rio bangkit dari tidurnya. Memakai sendal rumahan di dekat tempat tidur kemudian berjalan ke luar kamar. Sebisa mungkin tak menimbulkan suara namun seseorang mengejutkan Rio.

"ASTAGA!" Kedua mata Rio terbelalak. Setelahnya ia mengelus dada.

"Tante, tuh muka diapain tan sampe gosong gitu?"

Valery hampir saja menyemburkan tawanya melihat wajah panik Rio. Kalau sudah maskeran gini, ada aja gangguan dan cobaan yang membuatnya untuk tertawa.

"Sembarangan kamu, ini tante lagi maskeran charcoal. Warnanya item bukan gosong." Valery berkata dengan gigi terkatup. Takut maskernya pecah.

Rio mengangguk saja hendak melangkah lagi. Namun terhenti begitu saja begitu Valery kembali memanggilnya.

"Kamu mau kemana, Rio?"

"Ke kamar Bang Tio dulu Tan. Ngambil headshet yang Bang Tio pinjem kemaren."

Kini giliran Valery yang mengangguk. Rio tersenyum kecil berjalan ke kamar yang semestinya tak boleh ia masuki. Jika Tio tau kamarnya dimasuki oleh siapapun, dia akan marah dan tak segan-segan diinterogasi habis-habisan.

Untung saja Tio sedang ada meeting sama klien. Jadinya Rio tak perlu khawatir. Pintu terbuka, Rio berjalan pelan memasuki kamar tersebut. Banyak poster dan penghargaan di dinding kamar bernuasa abu-abu putih itu.

"Gue baru tau Tio ternyata seorang model." gumamnya.

Kedua mata Rio menjelajah memandangi penghargaan tersebut. "Dengan ini diberikan penghargaan sebagai pemenang olahraga boxing?  Weh gila." decak Rio kaget. Ia tak pernah tau kalo Tio boxing.

Rio berjengit lupa akan tujuannya kemari. Dengan cekatan, Rio meronggoh laci. Berdecak sebal karna tak menemukan petunjuk satu pun.

"Apa bukan dia kali ya? Tapi cuman dia yang pernah berhubungan sama Thania dulu." Rio berdialog sendiri.  

"Kalo bukan dia trus siapa?"

Berbagai penjuru sudah Rio jelajahi. Namun hasilnya nihil, tidak ada clue .

"Beneran bukan dia keknya." Rio berkata lirih. Sepertinya ia gagal untuk mencari pengirim misterius itu.

Marah? Pasti. Kesal? Sangat. Rio merasa dirinya buntu. Tidak tau kemana lagi untuk mendapatkan petunjuk. Tapi mustahil baginya untuk melupakan kejadian tadi. Surat dan cokelat itu bisa saja awal dari hal yang harus ia waspadai. Dirinya tak mungkin mau Thania terusik atau lebih parahnya direbut.

No! Itu tidak akan terjadi. Kalo pun bener adanya, Rio tak segan-segan akan menghabisi orang yang telah berani bermain dengannya. Ibaratkan ada pepatah, jangan menganggap remeh suatu hal yang terlihat kecil. Ya, dirinya memang terlihat santai dan masa bodoh, tapi menyangkut hal tentang Thania atau orang terdekatnya, siap-siap saja.

Helaan napas keluar. Rio bangkit dengan perasaan kosong. Namun saat tatapannya beralih disudut lantai dekat tempat tidur, Rio melihat remukan kertas.

Tangan Rio beralih mengambil kertas tersebut. Rio megernyit, mencium aroma parfum yang menguar dari kertas tersebut. Karna rasa penasaran, Rio membuka kertas tersebut yang ternyata ada tulisan tangan yang tak begitu panjang namun Rio tau apa maknanya.

Surat cinta.

Rio membeku. Bau parfum, secarik kertas, pernyataan cinta, berhubungan dengan apa yang ia cari. Mata Rio menajam membaca tulisan tersebut.

Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang