Tingg tongg tinggg
Suara bel Thania menggema nyaring. Rumahnya yang megah dan berpenghuni sepi itu bak seperti istana dongeng. Soal kelengkapan fasilitas jangan ditanyakan lagi. Memiliki lift serta ruangan penting bahkan mempunyai perpustakaan sendiri. Dan juga terdapat taman di dekat pancuran air.
Thania yang tengah menyisir rambutnya menoleh sekejap, merasa heran siapa tamu dijam segini. Biasanya kalau sudah pagi hari semua orang akan sibuk dengan pekerjaan mereka.
Thania menajamkan pendengarannya takut ia salah dengar. Dugaannya salah, sudah berapa kali bel itu berbunyi bersamaan dengan ketokan pintu. Thania sempat berpikiran bahwa cowok gila itu yang akan menjemputnya, tapi ia juga berpikir bahwa itu tidak akan mungkin.
Ia tidak pernah mengajak bahkan menunjukan rumahnya kepada cowok itu.
"Iya, bentar."
Thania meringis mendengar seseorang yang mengetuk pintu rumahnya dengan tidak sabaran.
"Aelah, ni orang gak sabaran banget." umpat Thania.
Pintu terbuka. Disaat itu juga Thania terkejut bukan main, cowok itu benar-benar tau keberadaan rumahnya. Bahkan Rio sudah lengkap menggunakan seragam sekolah dan kendaraan mobil di teras rumahnya.
Senyum mempesona itu menyambut Thania. Gadis itu menatap tanpa minat.
"L-lo dari mana tau rumah gue?!"
"Pagi sayang."
"Dari mana lo tau rumah gue?" tanya Thania sekali lagi.
"Balas dulu sapaan aku,"
"Ck! Pagi." ucap Thania dongkol. "Dari mana tahu?"
"Aku tau sendiri sayang." Rio tersenyum, senyum yang hanya bisa diliat oleh Thania seorang.
"Berhenti manggil gue sayang! Jijik tau gak."
Walaupun begitu, Rio sama sekali tidak menggubris dengan ucapan gadisnya. Laki-laki itu menganggap ucapannya adalah sanjungan untuknya.
"Marah terus. Gak diajak masuk ni aku-nya? Capek tau berdiri mulu." cemberut Rio.
Thania mengeritkan dahi, lantas saja Rio menerobos masuk membuat Thania kepalang panik.
"Eh-eh! Mau ngapain? Main asal masuk aja. Cari kesempatan banget mentang-mentang nih rumah sepi."
PLETAK
Thania meringis jidatnya di sentil. Cowok itu selalu membuatnya kesal. Thania menatap tajam.
"Yang cari kesempatan siapa? Kan tadi aku udah izin sama kamu."
Thania mencibir, malas untuk berdebat. Akhirnya ia mempersilakan Rio masuk dan menyuruhnya untuk duduk di sofa berukuran king miliknya. Sofa lembut itu membuat Rio merasa nyaman. Laki-laki itu menerawang gedung rumah yang menjulang tinggi. Ruang tamunya aja gede gimana ruangan lainnya seperti kamar atau dapur misalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...