Thania bersungut kesal, melihat kedekatan mamanya dan Rio yang secara mendadak. Dirinya benar-benar di acuhkan oleh kedua manusia itu. Ia menyesal telah meminta bantuan Rio untuk mengantarnya pulang, itupun karena terpaksa.
Thania sudah meminta bantuan kepada teman-temannya agar pulang bareng tetapi jawabannya selalu saja sama, sibuk dengan sejuta alasan. Apa segitu sibuknya hingga membantu dirinya pun gak bisa.
Ini sangat kebetulan. Semua kawannya menolak permintaan Thania dengan nada raut wajah sama, takut. Thania curiga jika ada yang menghasut di pikiran teman-temannya. Dan pelakunya tak lain adalah Rio. Ya, pasti Rio dalang di balik ini semua.
Jadi, daripada ia tak bisa pulang, naik angkot pun ia tak tau gimana caranya. Mau gak mau ia menelpon Rio untuk pulang bareng. Itupun karna terpaksa. Tentu saja pria itu menerimanya dengan senang hati dan datang lebih cepat dari perkiraan Thania. Katanya sih tadi dia kebetulan lewat.
Thania mendesah tajam melihat mamanya tertawa garing bersama Rio. Thania bertopang dagu melihat keduanya. Bosan.
"Ada-ada aja kamu, Rio. Jadi malu tante." Wanita itu menutup wajahnya dengan tangan. Thania mendelik kegelian.
"Saya gak boong loh tan. Tante memang cantik kok kayak masih belasan tahun. Kalo dibandingin malah kalah sama anaknya yang di sana itu." sindir Rio hanya melirik. Sengaja untuk memanas-manasi Thania.
Thania melotot menyeramkan, Rio malah terkekeh. Menurutnya ekspresi Thania sangat menghibur. Rio Kembali tersenyum ke Ranti. Di dalam hati Rio sudah bersorak kegirangan, apa ia akan mendapatkan restu dari Ranti jika sudah terlihat akrab seperti ini?
Ini akan mempermudahnya.
Rio melirik wajah Thania yang semakin bete tak karuan.
"Ma ... udah! Kapan dia pulangnya kalau gini. Lo mau pulang kan?! Yaudah sekarang aja"
Ranti menggeram, mencubit lengan Thania membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Mama!" protes Thania dengan nada mendesis. Giginya mengatup rapat. "Aduh, sakit." keluhnya meringis.
"Gak boleh gitu sama tamu. Sopan sedikit, mama gak ada ngajarin kamu begini."
Thania mengerucutkan bibirnya, melotot tanpa suara ke arah Rio, seolah-olah berkata; Apa lo! Puas liat gue diginiin. Ia semakin mengumpat ketika melihat senyum kemenangan yang terukir di bibir Rio.
"Maaf ya Rio. Thania memang suka gitu anaknya," adu Ranti merasa bersalah.
Rio hanya tersenyum dan mengangguk. "Gak papa tante. Rio juga mau pergi, ada urusan yang penting setelah ini."
"Tuh kan, bener. Dia mau pulang daritadi, malah mama cegat." sambar Thania lalu mendapatkan pelototan mata Ranti. Thania menghela napas kasar lagi. Tatapan Ranti kembali fokus ke wajah tampan sendu itu.
"Buru-buru banget sih. Padahal tante masih banyak yang mau di omongin sama kamu. Soalnya kamu anaknya asik sih." Rio tertawa pelan mendengar perkataan Ranti.
"Kalau tante masih muda udah kepincut kali hati tante ke kamu." goda Ranti. Thania meringis geli serta memutar bola matanya malas.
'Ingat umur mah!' Batin Thania
Rio mendengus geli. Terdengar lucu juga, apa itu terdengar seperti godaan? Andai saja, godaan itu terlontar dari mulut Thania. Ia akan lebih menanggapinya.
"Sebenarnya belum sih tan. Soalnya saya belum ngelepas rindu disini." Thania memasang wajah ingin muntah, Rio terkekeh melihatnya. Ia kembali menatap Ranti yang sepertinya bingung. "Apalagi anak tante dengan saya ada hubungan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfic[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...