Holaa Ketemu lagi akhirnya wkwk. Setelah beberapa bulan gak ketemu. Ada yang kangen?
Sebelum baca Kadit mau kasih challenge ke para readers semua nih. Dan ini berlaku buat chapter selanjutnya bahkan sampai tamat loh ya.
Challenge nya yaitu: Jangan komentar next/lanjut tapi coba komentari isi ceritanya hehehe. Sejujurnya, komentar next/lanjut agak sedikit buat mood aku down dan semangat nulisnya langsung hilang. Bukan gak suka tapi kadit pengen yang lebih kerasa beda gitu🤗 percaya deh pasti semua penulis pengennya gitu bukan?!
Boleh? Makasih😁
****
"Maaf, aku gak bisa kak."
Gilang mengerutkan dahi pertanda bingung. Belum pernah seorang gadis menolak ajakan nya mentah-mentah seperti ini.
Setelah banyak membicarakan topik lain. Gilang berinisiatif untuk mengantarkan Thania pulang. Ia merasa sudah sedikit nyaman dengan gadis itu. Tanpa ragu ia meminta izin tapi diluar nalarnya. Permintaannya di tolak oleh gadis ini.
"Kenapa?" Dari beribu kata terputar di otaknya. Hanya itu yang dapat terucap.
"Udah ada orang sebelum kakak. Dia duluan yang ngajakin aku pulang." Setidaknya itu masuk akal untuk sebuah alasan. Walau merasa tidak nyaman pada Gilang tapi disisi lain ia tak mungkin munafik.
"Rio, bukan?" tanya Gilang membuat Thania hanya diam. Gilang mengangguk sesaat.
"Oke kalau itu kemauan lo, gue nggak maksa." Thania lantas mengangguk lega.
Gilang mengirup teh es dihadapannya untuk terakhir kali sebelum ia beranjak. Menggeser mangkok yang isinya sudah habis. "Tapi lain kali bisa kan?"
"Huh?" Thania gelagapan. Melihat Gilang yang juga ikutan bingung, Thania mengangguk ngerti. "I-Iya kak. Sebelumnya maaf ya kak."
"For what? "
"Nolak ajakan kakak yang ini."
Gilang mengangguk kecil dengan seulas senyuman tipis "Iya gak papa."
Gilang mengangkat tangan kirinya. Jam tangan yang melingkar itu membuat pandangannya melirik beberapa detik kemudian jatuh kembali ke wajah cantik Thania.
"Oh iya lo nggak masuk? Mau bareng atau masih mau disini?"
"Nggak. Gue disini aja dulu."
"Yaudah gue duluan ya kalau gitu. Bye." Gilang berdiri sebelum membalikkan tubuh. Thania bernapas lega.
"Tha!" panggil nya lagi. Belum juga sedetik.
"Akh iya kak kenapa?" Thania kaget.
"Lain kali kita bisa ketemu lagi kan?"
"Ah bisa kok kak." Thania tersenyum kikuk. Gilang mengangguk sesaat. "Oke, see you." Lalu mengedipkan sebelah matanya membuat Thania blushing.
Thania memperhatikan punggung Gilang yang sudah menjauh. Cowok yang pernah mengisi hatinya, sejujurnya Thania masih ada rasa berharap tapi ntah kenapa seperti ada yang menahannya. Seperti ada tembok besar yang menghalaunya.
****
Sebelum pertemuan yang terasa memanaskan mata itu, tepatnya di seberang kantin seseorang menahan gejolak amarah. Dia tak bisa diam saja, namun kalau saja dirinya tidak dicegat sudah dipastikan ia akan menahan interaksi kedua orang itu. Ya, itu Rio.
"Sialan." umpat Rio masih panas. Kepalan tangannya masih mendominasi ketidaksukaan dirinya.
BRAKK
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfic[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...