"Lepas!" bentaknya, menghempaskan tangannya di udara.
"Kenapa sih lo suka banget main tarik anak orang! Mana tadi gue nanya bukannya dijawab."
Thania dibawa Rio menuju ke parkiran. Rio tidak memperdulikan teriakan bahkan pukulan Thania agar melepaskan genggaman tangannya. Ia bersikukuh membawa Thania-nya menuju ke parkiran agar pulang bersamanya.
"Yang mana?"
Thania meremas rambutnya frustasi. Ngomong dengan pria ini harus sangat perlu ekstra bersabar. Thania kembali menatap wajah tampan Rio.
"Apa alasan lo datang ke kelas gue?"
"Karena kamu pacar aku. Aku gak mau kamu naik angkot apalagi pulang sama cowok lain." jelas Rio seenak jidat.
Thania maju satu langkah, menunjuk dan mendorong bahu Rio berulang kali. Napasnya menyapu pelan wajah Rio karena memang jarak mereka yang sejengkal.
"Kok jadi lo yang ngatur-ngatur gue?"
Rio menghela berat. "Panggilnya aku-kamu jangan lo-gue!"
"Kenapa emang?"
"Gak, cuman terdengar lebih formal untuk orang pacaran."
"Denger!" Thania menundukkan kepalanya beberapa saat. Mengumpulkan energi untuk berbicara kepada kepala batu satu ini.
"Pertama-,"
"Kamu demen banget ngitung?" kekeh Rio tertawa kecil. Tawa yang hanya ditujukan kepada seseorang yang spesial. Thania terpana beberapa detik setelahnya ia menggeleng.
"Dengerin dulu apa yang gue bilang!" kesal Thania menggertakan giginya.
"Aku-kamu." ralat Rio berkata dingin.
"Oke-oke." bentak Thania tak sabar.
Thania menghela napas, menatap manik mata Rio. "Apa boleh sekarang gue, ma-maksudnya aku. Apa boleh aku cerita sekarang?" pinta Thania sedikit melembut.
Rio berdehem pelan.
"Pertama, aku bukan pacar kamu. Asal lo tahu, itu cuman kebetulan. Kedua, jangan ngusik hidup aku. Ketiga, balik lagi keawal laksanain yang kedua." Thania bersidekap.
"Udah?"
Thania menautkan alisnya,sedikit mengangkat kepalanya. "Apanya?"
"Ceritanya."
Thania melongo tak percaya. Rio sudah berjalan mendahuinya, mengambil motor ninja miliknya yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri. Thania memancarkan percikan api karena perkataannya hanya dianggap angin. Thania merutuki pria itu.
Motor Rio berhenti tepat disebelah Thania. Cowok itu menoleh seraya tersenyum hangat.
"Naik." suruhnya dengan menyodorkan helm berwarna putih yang ia dapat dari sohibnya kepada Thania tapi gak kunjung disambut oleh gadis itu.
"Pakai!"
Thania melirik tajam ke Rio tanpa berniat mengambil bahkan melangkahkan kakinya menaiki motor milik Rio.
Rio menghela napas berat, terpaksa ia kembali turun dari motornya. Tangannya bergerak memasangkan helm, merapikan anak rambut gadis itu yang sedikit mencuat keluar. Rio sedikit menekukan kakinya, mensejajarkan tinggi badannya dengan Thania lalu mengaitkan tali helm gadis itu.
Awalnya Thania kaget dengan perlakuan Rio yang tiba-tiba. Tapi buru-buru Thania tetap akan memasang wajah kesal berlapis beton miliknya.
Tangan besar milik Rio menuntunnya untuk lebih mendekat ke arah motornya. Menyuruh gadis itu menaiki boncengan di belakang. Setelah Rio menaiki kembali motor, Rio menarik tangan Thania untuk segera menaiki motornya. Mau tak mau Thania naik dengan perasaan yang masih kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...