Up lagi, kangen author?
Menunggu?
Enak gak menunggu?
Semakin banyak vote dan coment, semakin cepat update😄
****
Thania menghela pelan, melempar sling bag ke segala arah. Matanya terlihat membengkak karena menangis. Thania dengan cepat ke kamar agar tidak dicurigai oleh siapapun termasuk mamanya. Cukup para maid yang menanyakan kondisinya dan di balas senyuman Thania.
Thania mengeluarkan handphonenya lalu men-charger benda yang sudah benar-benar mati itu. Thania mengulas senyum, Rio kecil sempat bermain game di hp nya tadi. Dan anak laki-laki itu menunjukkan raut wajah cemberutnya ketika layar handphone berubah gelap. Akh, anak itu terlihat sangat menggemaskan di mata Thania.
Setelah baterainya terisi 10%, Thania meng-on kan kembali handphonenya. Dentingan bunyi dari benda itu tak ada hentinya, siapa lagi kalau bukan Rio pelakunya.
90 panggilan tak terjawab, 40 pesan WA masuk
Thania mendesah kasar, membuka satu persatu sms yang masuk. Rata-rata pesan itu berisi tentang menanyakan kabar dirinya. Padahal baru setengah jam yang lalu Rio mengantarkan dirinya.
Thania men-lock sreen handphonenya, malas untuk sekedar membalas pesan Rio. Besok juga bisa ketemu dengan laki-laki itu, pikirnya.
Thania berjalan menuju cermin besar yang memantulkan seluruh tubuhnya. Thania mendekat ke arah kaca dan menyentuh pantulan dirinya di kaca lalu beralih menyentuh matanya yang masih terlihat sedikit membengkak. Bayangan dari mana Thania tiba-tiba teringat sesuatu, ia masih merasakan kehangatan pelukan Rio.
"Selama ini apa gue jahat gak ngebalas perasaan Rio? Dia selalu ada buat gue tapi gue gak ada buat dia." Thania menyentuh dadanya yang berdetak normal.
"Apa untuk sekarang gue harus ngebuka hati?" Thania menatap dirinya yang lain di cermin, ia seolah-olah berbicara ke arah benda itu.
"Tapi gue masih trauma, masa lalu gue bakal terulang lagi.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar. Thania buru-buru berlari tanpa suara dan langsung menarik selimut diatas ranjangnya. Dengan gerakan cepat ia memejamkan mata, berpura-pura terlelap.
Bunyi decitan pintu terdengar, Ranti menyembulkan kepalanya. Melihat anak semata wayangnya yang sudah terlelap. Ranti mendekati Thania, duduk di pinggiran ranjang berukuran big size.
Ranti mengusap puncuk kepala Thania lembut. "Tha..Thania"
Namun, tak ada jawaban dari gadis itu. Gadis itu hanya mengerang sebagai jawaban sembari menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Di balik selimut, Thania membuka matanya. Membuka pendengaran dengan jelas, apa mamanya masih didekatnya.
"Thania bangun dulu"
Thania lagi-lagi mengerang pelan, gerakannya gelisah percis seperti orang tidur.
"Thania capek mah" aku Thania membuat suara serak.
Tak ada sahutan dari Ranti. Justru Thania semakin menajamkan pendengarannya.
"Ada seseorang di bawah. Katanya mau ketemu kamu" lirih Ranti dengan nada sedih.
Thania mengerutkan dahi, pikirnya pasti hanya Rio yang mencarinya. Thania lebih baik diam tak menjawab agar tak dicurigai mamanya jika ia sedang berpura-pura. Thania merasakan pergerakan dari samping, mamanya perlahan bangkit dan berjalan menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...