📍 Possesive Boyfriend • 9

24.4K 1.2K 37
                                    

Lagu klasik terputar di mobil Rio. Sengaja menjadikan musik untuk menemani keduanya yang di landa kecanggungan. Walau Rio sudah beberapa kali mengatakan kalau gadis ini adalah miliknya, dia tetap merasa canggung kalau sudah berduaan begini.

Memang, rasa canggung itu tidak ia perlihatkan dengan ekspresi. Tapi ia akan terlihat diam dan masa bodoh. Tapi jauh di lubuk hatinya ia sangat nervous. Ditambah sedari tadi Thania juga masa bodoh dengan diamnya.

Rio berdecak sebelum tubuhnya bergerak maju, memutar volume musik supaya mengecil. Rio menatap Thania yang mulai menggerakkan kepala, menghadapnya.

"Kita ke toko kue dulu, aku harus ngambil pe--"

"Iya, langsung aja. Jangan pake basa-basi."

Rio diam, tak bisa mengungkapkan rasa kecewanya. Sifat Thania makin hari kian dingin padanya. Rio mengangguk singkat tanpa ingin memperpanjang masalah, karna ia tau cewek gak suka jika perkataannya di bantah.

Benar? Para ciwi ciwi.

****

Setelah selesai dari toko kue, Rio kembali melanjutkan perjalanannya. Thania dibuat kaget dengan kedatangan Rio yang membawa banyak bungkusan kue. Terhitung, di jok belakang mungkin ada 15 bungkus plastik putih berisikan kue berbeda beda jenis dan warna.

Yang menjadi pertanyaan, untuk apa kue sebanyak itu?

Thania melirik Rio yang tengah fokus menyetir, pria berahang kokoh itu sama sekali tak mengeluarkan suara sedikit pun. Tak seperti biasanya. Thania menautkan alisnya, ingin bertanya tapi rasa gengsi itu terus saja menghantuinya.

"Hem ... Rio?" panggil Thania pelan setelah memberanikan diri.

"Ya?" jawab cowok itu dingin.

Thania tak mempercayai jawaban Rio yang kelewat dingin. Dahi Thania mengerut, apa cowok itu sedang marah?

Rio tak tenang di posisinya, ia tau cewek itu terus saja menatapnya dari samping. Rio bergumam, harus menahan diri untuk tetap bersikap dingin. Ia ingin menguji Thania dengan sikap yang selalu Thania berikan kepadanya, dingin.

"Kita mau kemana?"

"Lo diam dan liat aja nanti. Itu urusan gue yang nyetir,"

Fix, ada yang salah sama Rio. Dari perkataannya aja manggil dengan sebutan lo-gue, ini pertama kalinya Rio memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

Thania berdecak lidah. "Ada apa sih?" gumam Thania berbicara sendiri.

Keadaan kembali hening. Tak ada yang membuka obrolan satu sama lain. Keduanya juga sama-sama canggung untuk memulai pembicaraan. Thania memilih diam daripada ia diberi kejutan lagi dengan ucapan Rio. Berbeda dengan Rio yang justru terlihat menunggu untuk Thania membuka obrolan lagi. Keduanya sama-sama mempunyai pemikiran yang berbeda.

"Kapan kamu bisa ngebuka hati kamu buat aku?" tanya Rio tiba-tiba membuat pandangan Thania terkunci padanya.

Thania menatap Rio yang sekali-kali juga menatapnya. Sejujurnya, ia juga tidak tahu kapan bisa menerima Rio di hatinya. Seperti ada yang tertahankan, mengingat dirinya masih ada satu nama yang tertinggal di dalam hatinya.

Meski itu meninggalkan bekas luka.

"Aku udah usahain yang terbaik buat kamu. Aku udah senyum, perhatian sama kamu. Aku dingin sama orang lain, tapi ntah kenapa ketika di dekat kamu aku gak bisa bersikap dingin, malahan sifat konyol sering aku tunjukkan sama kamu."

Ada jeda yang Rio sematkan. Ia menarik napas sebelum melanjutkan, "Awalnya, aku mengira hanya aku saja yang berjuang disini, tapi perlahan keraguan itu menjadi kebenaran. Tapi itu cuman opini aku. Sekarang aku tanya, apa benar hanya aku saja yang berjuang sendiri di sini?" tanya Rio seperti menuntut meminta jawaban dan penjelasan.

Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang