📍 Possesive Boyfriend • 21

7.2K 442 23
                                    

"THANIA!"

Demi apa, Thania kaget bukan main. Ia langsung saja berbalik badan. Siluet seseorang berdiri tepat di ambang pintu, menatap Thania bagaikan parasit.

"Ri-Rio?"

"Apa yang kamu lakukan di sini?!"

"I-itu aku ... aku cuman--"

"Sini!" Rio berdecak lalu menarik tangan Thania kasar. Bahkan gadis itu sampai terhenyak kaget.

"Lepas!" sentak Thania ketika Rio masih menariknya menjauh.

"Kamu itu apa-apaan sih? Pake narik tangan aku?"

Sebelum menatap Thania, Rio mendesis dengan wajah mengeras. Satu telunjuk dengan perlahan berhenti di depan wajah Thania.

"Kamu itu yang kenapa?! Udah tau itu ruangan privasi kenapa masuk?" ucap Rio meredam suara bass nya.

"Ya aku ... aku gak tau." Thania menunduk. "Hati aku bilang untuk masuk ke sana. Aku tau itu salah tapi-"

"Gak sopan!" potong Rio membuang muka. Ia paling gak suka sama orang yang kepo sama urusan orang lain.

"Maaf." ucap Thania menyesal, mengusap lengannya berulang kali.

Rio menghela napas. Sekaligus membuang rasa kesalnya pada sikap pacarnya ini. Rio tak ingin siapapun yang mengetahui tentang kamar itu.

Tidak seorang pun! Terkecuali dirinya dan Bu Hani.

"Lupain. Kita ke depan aja. Gak enak sama ibu."

Setelah mengatakan itu, Rio meninggalkan Thania sendiri. Jujur, Rio takut jika ia kelewatan marah. Lebih baik ia menghindar.

"Gue salah besar ya masuk ke kamar itu? Padahal liatin poto doang." ucap Thania pada dirinya sendiri.

***

Bu Hani menyeruput secangkir teh dengan lirikan menatap Thania dan Rio bergantian. Ia merasa ada yang tak beres dengan mereka. Apa ada masalah?

Hani berdehem pelan. Bermaksud membuat tatapan itu tertuju ke arahnya.

"Kalian kok diem, tumben? Lagi kompetisi diem-dieman ya?" tanya Hani terselip sedikit candaan.

Thania menatap segan Rio yang ternyata melakukan hal sama juga. Namun berbeda dengan Thania yang diam, justru Rio yang angkat bicara.

"Maaf bu sebelumnya. Rio sama Thania mau pamit pulang, boleh? Rio udah janji sama mamanya Thania untuk pulang jangan terlalu larut malam."

"Baiklah kalo begitu. Lagian ini udah jam 10 malem juga. Kasihan mamanya pasti nungguin." balas Hani tersenyum. Rio mengangguk.

"Thania?" panggil Hani membuat gadis itu langsung mendongak.

"Lain kali ke sini lagi ya. Banyak yang mau ibu ceritain sama kamu. Kamu juga orangnya asik diajak ngobrol. Ibu rasa kita udah dekat dan semakin dekat." Senyum Hani tulus. Ia mengelus rambut salah satu anak yang duduk di pangkuannya manja.

Thania mengangguk sembari tersenyum. "Iya bu. Thania janji bakal ke sini lagi. Thania juga udah nyaman sama ibu. Saran ibu tadi juga berguna banget. Ibu udah kek mama kedua bagi Thania."

"Ibu seneng dengernya. Dan oh ya, ibu tunggu kedatangan kamu nanti."

"Yaudah, bu. Rio pamit sekarang ya." sela Rio langsung berdiri, yang diikuti Thania di sampingnya.

"Iya, hati-hati. Bawa mobil jangan ngebut. Dan jaga kesehatan juga."

Rio mengangguk. Bergerak mencium punggung tangan Hani. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kedua wanita itu terhenyak melihat Rio yang berjalan keluar sendirian. Kedua mata Hani bergerak melihat Thania yang mengulum senyum pahit.

"Kamu yang sabar ya. Rio memang gitu. Dia kalo lagi ada masalah, mendadak deh sifat pendiamnya muncul. Ntar juga pasti balik ke asalnya lagi. Tergantung mood nya gimana." sela Hani sembari mengusap bahu Thania lembut.

Thania hanya mampu mengangguk. Ia juga bingung, kenapa ia harus ikutan sedih melihat Rio tak bicara padanya. Gak seharusnya ia baper begini.

"Udah gih, Rio nungguin kamu tuh. Titip salam ya sama mama kamu. Dan jaga kesehatan, jangan sampai sakit."

Thania menyentuh telapak tangan Hani yang menyentuh pipinya hangat. "Iya makasih bu. Thania pamit dulu ya bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Ada nada tak rela melihat gadis itu pergi.

***

Thania mengernyit di dalam tidurnya. Keringat bercucuran memenuhi wajahnya. Bisa dikatakan Thania sangat panas didalam kedinginan sebuah mimpi.

Berkali-kali Thania berteriak 'kembali' didalam tidurnya. Tangannya terulur seakan ingin menggapai sesuatu. Mata yang tertutup rapat serta mulut yang tidak berhenti mengucapkan sesuatu membuat Ranti terbangun.

"Sayang? Kamu kenapa sayang?"

"Kembalilah!"

"Thania!" seru Ranti mengguncang tubuh Thania.

Dalam seperkian detik, Thania langsung terduduk. Dada nya naik turun serta sesak yang ia rasakan. Beberapa detik tatapan Thania menatap lurus sebelum ia melihat Ranti di sebelahnya dengan pandangan khawatir.

"Kamu mimpi apa sayang?"

"A-aku gak tau ma. Itu terasa nyata banget buat aku. Itu mengerikan sekaligus sedih buat aku."

Ranti bergerak memeluk tubuh Thania yang basah karna keringat. "Sttt! Kamu yang tenang ya sayang. Mama ada di sini buat kamu. Always. Jangan takut lagi, oke?"

Thania mengangguk. Selang beberapa detik pelukan terurai. Thania menyibak poninya kebelakang dengan setengah frustasi.

'Siapa wanita itu?' batin Thania.

"Jangan dipikirin. Itu hanya mimpi yang hanya singgah."

'Tapi terasa nyata banget.'

"Hmm ma. Mama bisa tidur lagi. Maaf ya aku udah buat tidur mama keganggu lagi." ucap Thania merasa tak enak.

Ranti mengulas senyum keibuan. "Gak papa sayang. Mama juga khawatir tadi. Yaudah, tenangin pikiran kamu dulu baru tidur lagi."

Ranti bergerak memberi segelas air di atas nakas. Mengelus pucuk anaknya yang lepek  dengan sayang. Tidak terasa anak ini sudah sebesar sekarang.

"Iya ma." Thania mengangguk lemas.

"Jangan lupa baca doa, sayang."

Lagi, Thania mengangguk. Setelah kepergian Ranti dan pintu tertutup, Thania mencoba mengingat wajah wanita itu. Tapi yang ada dibenaknya hanya samar-samar dari wajah cantik itu.

"Siapa dia? Kenapa udah dua kali muncul di dalam mimpi gue?"














Bersambung

Hola, gmana? Dapet feel nya?

Siapa tim yang penasaran?

Siapa tim yang nebak-nebak?

Mana tim yang teliti? (Klo yang teliti banget ya wkwk.)

Siapa tim yang mageran?😂

Udah lama gak update. Kangen nulis juga. Maaf kalo banyak typonya. Jari Kadit lupa pemanasan wkwk.

Woilah, segitu aja. Jangan lupa coment sama vote nya ya. Ditunggu guys😉



~Pontianak, 20 Desember 2020
Dita Syahi An Nisa, anaknya Pak Udin

Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang