Thania tersenyum ke anak laki-laki yang kini tiduran di pahanya. Thania mengusap lembut kepala Iyo hingga tak sadar Iyo mulai memejamkan mata. Gadis itu bahkan tidak bisa menebak jika Iyo sedang tertidur atau hanya sekedar memejamkan mata.
Thania juga bersenandung kecil, menyanyikan lagu anak-anak yang Iyo pinta. Dan Thania dengan senang hati menyanyikannya. Anak itu yang memintanya untuk ke kamar dan ingin mengobrol sesuatu katanya, hanya berdua.
"Hem kak!" panggil Iyo setelah lama menutup matanya.
Thania berhenti mengelus kepalanya, lalu bergumam. "Hmm?"
Iyo mengerlingkan matanya ke atas, terlihat berpikir.
"Apa ada yang mau Iyo tanyakan ke kakak?"
Iyo langsung menoleh cepat dengan mulut terbuka. Ia menatap Thania tidak percaya. "Kok kakak tau?"
"Kakak bisa baca pikiran Iyo" Thania menjawil hidung Iyo gemas. Melihat wajah takjub Iyo yang kedua kalinya membuat Thania tertawa pelan, "Dapat terbaca dari ekspresi Iyo" lanjutnya.
"Yaudah deh, mau tanya apa? Kakak siap dengerin" Iyo mengangguk antusias. Telapak tangan kecilnya meremas tangan Thania membuat ia menoleh ke arah tangannya lalu tersenyum menatap Iyo yang juga menatapnya hangat.
"Kakak sering gak ngerasain kasih sayang ibu?"
Thania tersenyum semangat. Lalu mengangguk menjawab pertanyaan Iyo, "Sering, setiap hari malah."
"Kasih sayang ibu itu seperti apa?" Tanya nya lagi masih mempertahankan ekspresi.
"Kasih sayang itu tidak bisa dilihat dalam bentuk apapun. Tapi sosok kasih sayang itu selalu ada untuk kita." Jelas Thania menepuk pelan tangan kecil Iyo. Iyo mengangguk paham. Thania menunduk menatap wajah Iyo yang masih berbaring di pahanya, "Emangnya kenapa Iyo nanya gitu?"
"Nggak" Thania mengernyit mendengar perkataan Iyo yang terdengar imut.
"Ada apa? Iyo bisa cer--"
"Kakak beruntung" Iyo memotong perkataan Thania. Ia tersenyum hangat.
"Ma-maksud Iyo?" Tanya Thania mulai gugup. Kadang ia merasa bingung berada di dekat Iyo. Dia masih kecil tetapi kadang pemikiran bahkan pengucapannya seperti bukan ditujukan untuk anak seumuran dia
"Ya..kakak beruntung. Iyo tidak seperti apa yang diceritakan kakak" dapat Thania lihat anak itu tersenyum getir.
"I-Iyo ka--"
"Iyo tidak pernah merasakannya" potongnya lagi. Kali ini ia menutup wajahnya dengan telapak tangan kecilnya.
Thania terdiam beribu bahasa. Ia ingin memberi Iyo kehangatan dan kekuatan, namun tangan Thania terhenti di udara ketika melihat tangan Iyo menurun dan kembali memperlihatkan wajahnya. Iyo tersenyum.
Senyum itu mengingatkanku pada seseorang, kenapa senyum itu selalu diperlihatkan kedua orang ini. Senyum menyimpan perih, batin Thania membeku menatap Iyo.
"Kakak kenapa?" Tanya Iyo melihat pandangan Thania yang lurus.
Mario yang mengerti alasan perempuan itu diam, kembali menanyakan hal yang sejak dulu mengganjal di hatinya. Ia dari dulu ingin menanyakan-nya tapi tak ada seorang pun yang pas di hatinya dan pilihannya tetap akan menanyakan hal ini kepada Thania. Perempuan yang baru dia kenal sejak beberapa jam yang lalu.
"Kak, punya ibu itu gimana sih rasanya?" Tanya Iyo membuat mata Thania yang terpandang lurus langsung membelok.
"Sebelumnya Iyo gak pernah merasakan punya ibu. Kata teman-teman Iyo, punya ibu kandung pasti ada kasih sayang lebih dari apapun. Iyo gak tau kasih sayang ibu itu gimana" Rio menggeleng dengan logat anak kecilnya yang menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...