Thania mendadak fokus ke buku di depannya. Menyalin catatan yang di berikan guru tadi. Sekarang waktunya istirahat tetapi Thania luangkan waktunya untuk menyalin catatan. Teladan memang, tak heran juga Thania di cap murid yang rajin dan pintar.
Gheya datang dengan Arya di belakangnya. Aneh emang, kedua orang itu tumbenan akur. Biasanya seharian udah kek kucing dan tikus aja. Walau tak jarang mereka cekcok mulut. Gheya duduk di sebelah Thania dengan tangan yang memegang teh kotak. Gheya sangat antusias menyeruput minuman itu sampai tak sadar isinya sudah habis. Thania meringis mendengar suara berisik dari sedotan itu.
"Berisik"
Gheya terkekeh, "Buangin!" Suruhnya.
Thania mengangkat pulpen dan mendaratkannya di kepala Gheya. "Buang aja sendiri. Gue disuruh." cebik Thania kesal.
Gheya melihat Arya melewatinya, "Eh Arya, buangin dong"
Arya memandang sinis, "Punya kaki?"
"Punya" Gheya mengangguk polos. "Udah ah nih, buang!"
"Buang sendiri sana." Arya mengkode dagu nya menunjuk tong sampah.
"Kan mumpung lo berdiri juga. Ya sekalian lah"
"Buang!" Kata Arya dingin. Gheya mendengus beranjak membuang kotak kemasan itu.
Arya beralih menatap Thania. Ia mendaratkan pantatnya di kursi seberang. "Kalau sudah selesai, taroh aja di bawah laci."
"Iya." gumam Thania tanpa menoleh. Rasa pegal di tangan membuat Thania berhenti sejenak. Tulisannya juga tidak serapi dari awal kalimat yang ia tulis.
"Uh capek banget. Copot jari gue." Menyandarkan punggungnya di kursi. Thania mengibaskan tangannya yang terasa sangat sakit.
"Masih banyak?" Arya menatap Thania yang tengah merenggangkan kepalanya itu.
Gadis itu menggeleng. "Dikit lagi, Rya."
Mulai, mata Gheya mendelik dengan tak suka. Hilang mood sudah pasti Arya yang menjadi sasaran amukan Gheya.
"Ehh napa lo disini. Sono ke bangku lo sendiri, jangan di sini. Ganggu pemandangan tau gak" cetus Gheya memulai. Ia kembali duduk di sebelah Thania.
"Lo dateng-dateng udah ngamuk ke gue aja lo" kata Arya merasa terusik. "PMS lo?"
"Iya PMS. Gara-gara lo" ketus Gheya melotot.
"Jangan mulai!" bukan Arya yang menyahut tetapi Thania. Cewek itu capek mendengar keduanya cekcok.
"Tau" kata Arya kesal. "Dia duluan yang mulai" kode Arya dengan dagu.
Gheya melotot, menggulung lengan baju sampai batas siku . "Wah ngajak ribut nih anak." Gheya bersidekap dengan berkacak pinggang, "Nggak puas sepatu lo kemaren gue tancepin paku? Atau mau lagi yang lebih sadis?"
Arya bergidik ngeri. Benar-benar mengerikan gadis seperti ini di kehidupan nyata.
"Gila jadi cewek galak amat. Gue nebak pasti lo belum punya cowok"
Gheya nyengir. "Alah..lo kagak ada cewek aja belagu..."
"Gue sah kan kalian besok baru tau rasa. Tiap hari adu mulut terus. Pusing gue denger nya." Omel Thania melebarkan tangannya, mendorong Gheya agar ia bisa keluar dari tempat duduknya. Tapi tidak bisa, Gheya menahannya.
"Sue lo Tha nikahin gue sama ekor kuda. Yang ada gue makan omongan dia mulu tiap hari" ucap Arya ogahan.
"Yeeee...yang mau nikah sama lo siapa juga. Gue juga kagak mau. Najis banget. Kalau gue nikah sama lo yang ada ntar anak gue kek pintu, bahunya lebar dan mempunyai sisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...