"Tha ... ada yang nyariin lo." teriak Gheya sehabis dari luar.
"Gak usah pake teriak juga kalik, elah." celutuk Arya di pojokkan.
Gheya menatap Thania dengan kerutan dahi. Ingin sekali mencakar wajahnya hingga tak terbentuk. Wajah oon itu semakin dalam, Thania menarik paksa earphone Gheya.
Baru saja Gheya ingin memberi tahu, tiba-tiba saja Rio melewatinya dengan cepat. Thania memperhatikan cowok itu kian mendekat ke arahnya.
"Ke kantin."
"Males."
"Kenapa? Masih mikirin masalah mading itu?"
Thania diam. Raut wajah Thania mudah terbaca di netra Rio.
"Jangan dipikirin, udah aku selesain masalahnya. Kamu ke kantin trus makan sama aku, biar perut kamu gak kosong."
Kali ini Thania mengangguk, menuruti permintaan Rio. Rio tersenyum, gadis ini kian menurutinya jika ada alasan yang logis. Keduanya berjalan, mendekati pintu keluar kelas.
"Trus gue gimana?"
Dua sejoli itu menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya dengan wajah malas.
"Lo gak perlu pergi ke kantin bareng kita. Cukup lo pacaran sama bangku dan meja aja udah cukup."
Thania terkikik keluar kelas. Gheya menggeram dengan ejekan sahabatnya. Thania juga meninggalkan Rio yang masih mematung di ambang pintu, kaget melihat reaksi gadisnya. Gheya tersenyum jahil.
"Babang, mau nemenin dedek pacaran ya. Sini mendekat." Gadis oon itu melambaikan tangannya mendekat, Rio bergidik ngeri.
"Jijik!" umpat Rio ogahan. Lalu keluar kelas.
"Kok pada ngatain gue sih? Gini amat yak hidup gue."
"Sama dong." celutuk seseorang. Ia menyibak buku yang menutupi wajahnya dan bangkit dari tidurnya di pojokkan kelas.
"Arya?"
Cowok itu tersenyum manis. "Mau nemenin gue makan? Gue ada beli nasi bungkus."
"Satu bagi dua?"
"Nggak lah. Aku beli dua."
Gheya mengangguk mau. Hal itu membuat Arya tersenyum jahil.
"Kalo lo mau, satu sendok berdua juga gak papa."
Seketika Gheya tersedak ludahnya sendiri. Dalam sedetik, sebuah sepatu sudah melayang mengenai Arya.
Miris.
***
"Jalannya jangan kecepatan. Sejajar sama aku."
"Kenapa emang? Terserah gue dong, kaki gue maunya cepetan." ketus Thania.
"Kalo pacaran itu jalannya sejajar bukan berjejer."
"Gue kan bukan prioritas lo. Sama, lo juga bukan prioritas gue."
"Tapi, kamu milik aku." Rio menarik pergelangan tangan Thania. Gadis itu terhenyak, hampir terjengkang ke belakang kalau saja ia tak menyeimbangkan tubuhnya.
"Gue hampir jatuh gara-gara lo." desis Thania memukul dada Rio
"Tapi nggak kan? Tenang, ada aku yang nangkap kalau kamu jatuh."
Thania mendesis, kalimat itu lagi. Ia benci kata-kata semacam gombal. Gadis itu merapikan bajunya yang sempat berantakan lalu berjalan kembali.
Namun baru dua langkah, kelima jarinya terpaut di jari seseorang. Thania mencoba melepaskan gengamannya tapi malah semakin mengerat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...