Kendaraan Rio berhenti di sebuah bangunan bernuasa besar dan terlihat mewah. Thania sepertinya kenal restoran yang mereka kunjungi. Dalam sedetik, mata nya membulat. Tidak percaya jika mereka akan datang kemari.
"Ayo masuk." kata Rio setelah meletakkan tas mereka di bangku belakang.
Thania mencegat tangan Rio. Wajahnya tampak pucat.
"Kita ke tempat lain aja." ucap Thania dengan nada bergetar.
Rio menangkap wajah takut Thania. "Ada apa?"
"Aku gak mau di sini. Aku takut."
Lama Rio terdiam. Berpikir apa yang membuat Thania sebegitu takutnya untuk makan di sini.
"Tha, kita udah jauh ke sini. Bentar lagi juga mau malam. Yakin, kamu mau ke tempat lain?"
Thania terdiam. Wajahnya masih terlihat takut. Tangan Rio berlabuh di kepala Thania, mengacaknya di sana.
"Kamu tenang aja, jangan takut. Ada aku di sini." kata Rio membuat hati Thania sedikit tenang.
"Kita masuk ya?"
Rio menghela napas, akhirnya Thania mau walaupun hanya dengan anggukan kecil.
Rio keluar dari mobil. Memutari kendaraan untuk membukakan pintu bagian Thania.
"Bisa jalan?" canda Rio melihat Thania masih pucat.
Thania mendengus sinis. "Aku gak lumpuh."
Rio tertawa pelan. Melihat Thania yang mengetatkan jaket dan menatap bangunan megah di hadapannya membuat Rio bertanya-tanya apa yang membuat Thania sebegitu takutnya.
Pintu otomatis terbuka ketika keduanya mulai masuk. Yang dilihat pertama kali oleh Thania adalah bangunan megah bercat kan emas dan sebuah jam besar di pojok restoran. Tak banyak yang berubah sejak terakhir kali ia ke sini. Beberapa diantaranya adalah orang berkelas yang memakai baju formal seperti jas dan gaun mahal.
"Serius, mau makan di sini?" tanya Thania ragu.
Rio menoleh ketika berbicara dengan resepsionis dengan aksen spanyol. "Ya, serius. Kenapa kamu ragu gitu?"
Thania menggeleng singkat. Wajahnya meringis pelan. "Semua orang di sini rata-rata make pakaian formal."
"Kamu malu di jadikan pusat perhatian?" tanya Rio dengan kekehan kecil.
"Justru itu buat kamu."
"Aku gak malu. Lagian restoran ini punya paman aku."
Kedua mata Thania membulat. Apa ia salah dengar? Ingin bertanya, tapi Rio kembali sibuk berbicara dengan pelayan hingga mereka diantarkan menuju meja yang tersedia.
Thania sampai mengerutkan dahi mendengar Rio berbicara dengan aksen spanyol juga. Ditambah lagi ketika waiters itu memandanginya dan ditanggapi Rio dengan tertawa.
"Dia bilang apa?" tanya Thania ketika waiters itu pergi.
Rio tersenyum, "Dia bilang, apa kamu itu tunangan aku. Karna dia nggak pernah ngeliat aku bawa cewek ke sini."
"Trus, kamu jawab apa?"
Rio melirik. Menahan senyum malu. "Hm?"
Thania berdecak sebal. "Trus, kamu jawab apa?"
"Aku jawab aja kamu tunangan aku."
Sontak saja, Thania membulatkan mata. Pria ini asal berbicara saja. Ingatkan Thania jika ia sekarang di tempat umum. Jika tidak sudah ia pastikan akan menggeplak kepala Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...