"THANIAAAAAAAA!"
Thania refleks memijit pelipisnya, kenapa mendadak ia sakit kepala bukan sakit tangan. Thania menoleh singkat ke pintu lalu memejamkan mata. Sedangkan Gheya baru saja berada di samping ranjang dengan raut wajah khawatirnya, beralih memandang cowok yang sedari tadi berada disamping Thania. Siapa lagi kalau bukan Rio.
"Kak Rio kenapa bisa di sini?" tanya Gheya menunjuk kebingungan.
Alih-alih dijawab, Rio malah mengacuhkannya. Laki-laki itu bertanya kepada Thania dengan nada khawatirnya.
"Siapa orang aneh ini?"
Rio menunjuk dalam diam ke arah Gheya tapi malangnya tertangkap basah oleh si empu.
"Maaf?" jawab Gheya mendelik tidak terima.
"Apa urusan lo? Kenapa jadi ngurusin gue sih?" ketus Thania kepada Rio. Sifat lamanya kembari berulah, keras kepala.
Rio menghela napas, ternyata Thania belum bisa menerima dirinya sebagai pacarnya. Ia akan selalu bersabar membuat gadis itu tak bisa melupakannya.
Rio mengacak pelan rambut Thania.
"Karna kamu pacar aku. Salah kalau aku care sama pacar aku sendiri? Kagak kan?" Nadanya melembut membuat siapa pun yang mendengarnya akan luluh dengan suara beratnya.
Thania terdiam, pasalnya ia tidak tau pasti apa hubungannya dengan Rio. Intinya, awal bermula mereka mengenal karena kesalahan Thania sendiri yang terlalu ceroboh.
Jangan salah paham, Thania tidak akan mudah tertipu daya dengan tampangnya Rio. Dia tidak akan menerima Rio sebagai pacarnya. Garis bawahi itu, pernyataan Thania di dalam hatinya.
"Yaudah, kalau gitu aku masuk kelas dulu."
Rio menyudahi, mengusap pucuk kepala Thania dengan lembut seraya tersenyum, beralih menatap datar ke arah Gheya.
"Jagain Thania, sedikit lecet lo tau sendiri resikonya." ancam Rio bersungguh-sungguh.
Berhasil, kalimat yang dikatakan Rio membuat Gheya menelan salivanya kasar. Ntah mengapa ia terpengaruh dengan ancaman cowok itu. Rio sangat menyeramkan, batin Gheya.
Gheya mengangguk segan, ia merasa risih di tatap seperti itu. Rio mulai beranjak meninggalkan mereka.
"Ma-makasih." teriak Thania gugup, ketika Rio sudah diambang pintu.
Mau tidak mau Rio membalikkan badannya menatap gadis yang baru resmi menjadi pacarnya. Cowok itu tersenyum lalu mengangguk kecil bahkan hampir tidak terlihat. Barulah cowok itu berjalan keluar hingga hilang dari pandangan.
"Lo kenapa sih, Tha? Kenapa bisa sakit gini? Tangan lo kenapa? Siapa yang berani ngebuat tangan lo seperti ini? Bilang sama gue! Gue--"
Tangan mungil milik Thania mengusap kasar wajah Gheya, membuat Gheya mendelik tajam. Selalu saja ngegas.
"Ghey, jangan ngebut ngomongnya. Gue gak apa-apa. Tangan gue hmm, itu anu ...."
"Hmm, itu anu ani atu, apa sih gak ngerti gue."
"Gara-gara cowok sok famous itu." tunjuk Thania menggunakan dagu.
Gheya berpikir, ia baru ingat jika Rio menarik Thania ketika di kantin. Tapi ngomong-ngomong soal kantin ia kepikiran di mana Arya dan dirinya makan bersama di meja kantin.
Gheya mendapat kabar ketika Thania mengirimkan pesan bahwa dia di UKS. Dengan langkah cepat ia beranjak ke UKS meninggalkan Arya yang masih melahap makanannya. Arya teriak, mau tidak mau ia juga mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]
Fiksi Penggemar[SELESAI REVISI] Cerita yang penuh teka-teki membuat para readers bukan saja menikmati kisah percintaan, namun juga membuat kalian untuk menerka alur yang terjadi. Bayangkan gimana cowok yang terkenal akan kedinginannya dan sifat ketusnya mencinta...