SEKUEL URSA
Janu Averroes Mahawira, M.D, FICS
Namanya terdengar cerdas, wajahnya menunjukkan kebijaksanaan, dan tutur katanya menggambarkan keluasan pengetahuan. Namun begitu jam praktiknya selesai, Eros tak lebih dari pria pemalu, kikuk, dan manut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yay, makasih yang udah nunggu sebulan. Mohon komen dan votenya yang banyak ya biar Ursa dan Eros makin semangat!
••••
Bangun tanpa Eros di sampingnya adalah hal yang biasa, pagi tadi mereka sampai ke rumah tepat saat azan Subuh, setelahnya Eros bersiap ke kantor dan Ursa yang sudah mandi dan mengganti bajunya dengan sebuah kaus kebesaran memilih kembali tidur.
Sayangnya tidurnya terganggu dengan keinginan besar untuk buang air kecil, jadi di pukul 6.30 pagi Ursa bangkit dan buru-buru ke kamar kecil sebelum sadar tanggal berapa hari ini.
Maka, inisiatif ia meraih sebuah benda panjang tipis, melakukan sesuai instruksi di balik kemasannya lalu menunggu sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Sayangnya, tanda merah di sana hanya satu garis yang muncul. Maka, dimasukkannya benda tersebut ke dalam tong sampah, bercampur dengan tisu bekas pakai serta alat-alat lainnya yang tak diperlukan. Entah sudah berapa banyak benda tersebut yang ia buang tanpa sepengetahuan suaminya.
Saat hendak kembali ke mimpinya, Ursa mencium aroma masakan dari lantai satu.
"Is?" panggil Ursa dari ujung tangga lantai dua. Tak kunjung mendapat jawaban, Ursa turun ke dapur, melihat Iis tengah mengangkat jamur shitake sebanyak lima buah ke atas piring dari kukusan besar kemudian menyiramnya dengan saus kecokelatan. "Kan saya bilang nggak usah masak buat saya kalau pagi," ungkapnya sambil menyandarkan pinggul ke meja marmer.
"Ngapunten, Bu, Bapak yang minta dibuatin sarapan untuk Ibu dan Bapak," jawab Iis sambil menunjukkan jempolnya ke arah halaman belakang.
Mengikuti petunjuk ibu jari Iis menunjuk, Ursa melongok ke halaman belakang tempat seorang pria tengah sibuk berbincang pelan dengan seseorang di seberang telepon.
"Mas?"
Eros berbalik, Ursa perhatikan rambut suaminya sedikit lebih panjang dari biasanya dan rambut halus mulai terlihat di sekitar dagu juga bawah hidung. "Bu, nanti aku telepon balik ya," tutup Eros.
"Kok masih di rumah?"
"Iya," Eros merangkul pinggul Ursa dan menyembunyikan hidungnya di balik rambut Ursa yang sedikit berantakan. "Iis bilang kamu jarang sarapan di rumah, katanya nggak berselera, jadi aku undur masukku buat nemenin kamu sarapan dulu baru berangkat."
•••
Secara ekonomi perbedaan pasien-pasiennya di Siti Walidah dan RSTI sangat terasa kontras, bukan Eros mempermasalahkan bayarannya, tetapi penerimaan pasangan saat pasangannya diharuskan istirahat yang membuat Eros sering sekali meredam kemarahannya sebagai manusia biasa.
Hari ini seorang ibu rumah tangga datang ditemani suaminya yang mengenakan sergama cokelat dengan rambut berpotongan rapi, usianya mungkin sama seperti Eros, 35 tahun, namun sang istri terlihat lebih tua dengan kulit kusam dan sedikit pucat.