7 || Arcturus - Boötes

20.8K 2.5K 291
                                    

Yang sering absen komen, hayuk sekali ini absen dulu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang sering absen komen, hayuk sekali ini absen dulu!

••••

Seperti halnya para remaja yang memiliki tempat nongkrong favoritnya atau party goers yang punya kelab malam langganan, pebisnis pun punya restoran terbaik untuk melakukan diskusi bahkan menandatangani kontrak bisnis besar, The Caduceus.

Letak restoran dengan tiga bintang Michelin tersebut berada di hotel The Asian Glory, hotel yang memang jarang dikunjungi selain oleh pebisnis kalangan atas.

Ursa Epiphania Kawindra salah satunya, siang itu ia mengenakan celana berpotongan lurus berwarna putih dipadukan dengan tank top putih yang dilapisi blazer putih, rambut cokelatnya menutupi rambut ungu sedikit kelabu di bawahnya, dan ia duduk satu meja dengan orang kepercayaannya, Mbak Azwa.

"Kadukeus tuh bukannya lambang kedokteran, ya?" tanya Mbak Azwa sambil menuang mojito ke gelasnya. "Yang dua ular ngelilit batang bersayap itu?" Azwa merujuk pada patung Herme di ujung aula yang dipahat dari batu putih dan helaian kain yang menutupi kemaluan sedang memegang tongkat yang disebutkan tadi.

Ursa mengelap ujung bibirnya terlebih dahulu dari saus steik. "Pertama, tongkat lambang kedokteran itu namanya tongkat asklepios dan itu bahkan bukan ular, tapi cacing, sekali lagi ini kata Eros. Dan yang itu," Ursa menunjuk patung yang sama dengan dagunya, "kadukeus itu tongkat Herme, bukan Herme tas, ya."

"Apa hubungannya sama restoran?"

Ursa menggedikkan bahunya. "Nggak ada, mungkin emang yang buat ini restoran mengkhususkan restorannya buat bisnis, Herme dewa perdagangan," ia menyesep mojito di gelasnya dan melanjutkan, "dan dewa penipuan."

"Bisnis memang soal tipu menipu, kan? Dan kita menghaluskan istilah itu dengan kata 'strategi'."

Setuju dan tak setuju karena sebagian bisnis menghalalkan cara kotor untuk tetap hidup sementara sebagian lagi tak peduli jika harus puasa Daud agar bisnisnya terhindar dari tipu-menipu.

"Siapa sih yang punya ini restoran?" untuk urusan pebisnis, Mbak Azwa ahlinya. Orang kepercayaan Ursa dan Inang Ursula itu memang kebih uodate dunia bisnis ketimbang dunia selebriti.

"Ini punya Pak Osadi, sama kayak The Betelgeus dan vila yang kemarin lo nikah di Bali, itu punya Pak Osadi juga."

Mereka pernah bertemu, sepertinya, satu kali saat penghargaan enterpreneur dua tahun lalu, yang Ursa ingat cara bertutur katanya sangat halus, senyumnya antara malu-malu dan bangga, dan yang paling Ursa kenali adalah di antara pria seumurnya, Osadi terlihat lebih tampan, tapi tidak lebih tampan dari suaminya, tentu saja. "Yang agak pendek?"

"Iya, tapi ganteng, anaknya juga ganteng, tapi pendek juga."

Mereka terdiam ketika pelayan membawakan hidangan penutup, Ursa memesan chocolate mousse sorbet dengan daun dill dan ketimun yang segar untuk menghilangkan aroma daging dari mulutnya, sementara Mbak Azwa memilih pana cotta dengan selai prem damson dan roti fingerlady rasa lavender lengkap dengan hiasan kelopak mawar di atasnya.

CANIS [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang