2 || The Eagle - Altair

28K 3K 302
                                    

Ortopedi pada dasarnya bukan bagian yang mendesak, bahkan cenderung diabaikan lantaran kebanyakan patah tulang bisa ditangani dokter umum ataupun bedah umum, belum lagi peran tukang urut yang menjadi primadona para penderita patah tulang, tak hera...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ortopedi pada dasarnya bukan bagian yang mendesak, bahkan cenderung diabaikan lantaran kebanyakan patah tulang bisa ditangani dokter umum ataupun bedah umum, belum lagi peran tukang urut yang menjadi primadona para penderita patah tulang, tak heran mengapa dokter ortopedi di Indonesia masih terbilang kurang dibandingkan Singapura ataupun Malaysia.

Tidak bisa disalahkan masyarakatnya juga sebenarnya, peminat jurusan ortopedi di kedokteran juga kalah dengan dokter kulit lantaran saat program pendidikan profesi kebanyakan calon-calon dokter salah memilih rumah sakit hingga kurang pengalaman dan pengetahuan pada bagian ortopedi.

Pernah Eros bertemu dokter residen saat masih di Wijaya yang menceritakan rumah sakit yang dipilihnya untuk stase bedah ortopedi hanya memiliki dua pasien selama empat minggu, tidak ada menarik-menariknya saat itu yang ada bosan setengah mati.

Padahal ada banyak penyakit tulang yang tidak bisa sembuh jika hanya sekedar diurut tanpa tahu letak permasalah di bawah kulit seperti apa.

"Untung sekarang udah ada RSTI ya, Dok," ucap Farris sambil merapikan laporannya, "di Wijaya juga katanya udah nggak sebagus waktu Dokter yang mimpin ortopedi, yang aktif ngejelasin ke pasien justru perawatnya, bukan dokternya."

Setelah mengirim pesan pada Ursa, Eros meraih pulpen barunya hadiah ulang tahun dari Ursa dengan ukiran nama Eros di badan, ia memutarnya sebentar, memperhatikan pulpen yang hanya dirinya yang punya di seluruh dunia. Pulpen istimewa.

"Makanya kamu belajar yang benar, Ris, biar bisa ajarin adik-adik almamatermu yang benar. Kalau ortopedi banyak peminatnya, jam jaga kamu nggak ngalahin jam jaga satpam kompleks, kan?" canda Eros sambil melangkah keluar dari ruang pertemuan pagi itu.

"Makanya, Dokter juga jangan pelit kasih ilmunya." Hanya Farris yang berani membalikan kalimat Eros, residen lain tak ada yang berani.

Mata Eros terbuka lebar saat melintasi ruang tunggu poli tulang belakang yang penuh dengan pasien pagi itu. Seingat Eros, ia hanya mengambil cuti selama dua minggu, bukan dua tahun, dan pasiennya sudah sebanyak ini di pagi hari pertama setelah liburan.

Suster Dahlia, yang memilih mundur dan ikut ke mana Eros bekerja begitu mendengar Eros kembali ke Indonesia, tersenyum lebar setengah mengejek sebelum ikut masuk ke ruang pemeriksaan.

"Ciye, pengantin baru seger banget mukanya, padahal biasanya kusut kayak benang layangan," ejek Suster Dahlia.

"Dapet salam dari Ursa," jawab Eros sambil berjalan ke arah kursi dan memasukkan password di komputer, "kata Ursa, 'suami saya jangan digodain' begitu."

"Ih, atut akuh." Puas meledek dokter yang telah ia ikuti selama tujuh tahun belakangan, Suster Dahlia menyebutkan nama pasien pertama serta nomor berkasnya. "Dia udah berapa kali tanya apa Dokter udah buka praktik belum semenjak seminggu lalu."

"Oke, suruh masuk."

Di berkas yang sudah dimasukkan dua minggu lalu, Eros membaca profil pasiennya. Namanya Vianca, umurnya baru sepuluh tahun, dilihat dari rontgen tulang belakang Vianca mengalami skoliosis namun sudut kemiringannya kurang dari empat puluh derajat dan ibu dari pasien mendesak untuk segera dioperasi. Dokter yang menangani, Dokter Ilham, menolak untuk operasi.

CANIS [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang