Siang ini ada yang berbeda, biasanya Eros lebih memilih untuk makan siang di kantin atau di ruangannya menyendiri sebelum operasi siang, namun sekarang Eros berada di ruangan private sebuah restoran sushi bersama seorang wanita yang pasti akan membuat istrinya kecewa jika tahu.
Anneke Wijaya kembali menyelipkan anak rambutnya ke balik telinga sambil menatap Eros lurus-lurus.
"Makasih sudah mau datang," ucapnya dengan nada manja yang sepertinya Eros dengar hampir delapan tahun lalu. "Kok kamu tanya restoran mana sih? Padahal kamu tahu betul restoran sushi kesukaanku."
Senyum Eros terangkat setengah. "Well," adalah responnya.
"Aku sudah pesan sashimi salmon kesukaanmu, silakan," dengan tiga jari kanan, Anne mendorong piring berisi delapan irisan salmon mentah ke hadapan Eros yang memesan nasi kare siang itu.
Eros sadar betul gerakan Anne barusan untuk memperlihatkan bahwa tak ada cincin kawin di jari manis tangan kanan wanita itu.
"Saya hanya punya waktu satu jam," ucap Eros sebelum mulai menyendok nasi kare. "Jadi urgency apa yang harus kamu bicarakan langsung?"
Senyum manis yang tadi Anne pertontonkan meluntur seiring tembok yang tak kunjung Eros turunkan. Wajah Anne berubah sendu dengan sudut mata turun dan bibir yang melengkung ke bawah.
"Aku kayaknya dulu gila ninggalin kamu demi Sammy," ungkap Anne.
"Oh, ya?"
"I was wrong, dia mungkin nggak dapat warisan apa pun dari keluargaku, tapi Papa nggak mungkin biarin cucunya hidup susah karena dia menolak bekerja ataupun cucunya nggak punya sosok ayah. Dia tahu betul bahwa perceraian itu aib untuk keluarga Wijaya."
Eros sempat dengar bahwa ada keributan di keluarga Wijaya muda, tetapi memilih untuk tidak mendengarkan gosip tersebut, baginya apapun kabar Anne dan Sammy sudah tak penting.
"Saya turut berduka kalau begitu."
"Dan aku dengar kamu baru kerja di dua rumah sakit dengan gaji yang di bawah standar, kan? Gimana kalau gabung lagi ke Wijaya, Ros? I can give you more than enough."
Kali ini Eros telah menyelesaikan makan siangnya sebelum tersenyum lebar sambil mengangguk. "Wah, ini tawaran ke-22 dari rumah sakit lain, penawarannya harus tinggi sih."
"Name it,"
"The price you can't ever pay me is loyalty. Saya pernah mengabdi untuk Wijaya, percaya bahwa bisa mengurangi kelumpuhan akibat spine injury, tapi belakangan saya lihat visi dan misi kita sudah jauh berbeda."
"Rumah sakit tanpa keuntungan hanya akan mendatangkan kesialan, Ros."
"Tentu, semua bisnis pada dasarnya butuh profit dan harus diakui bekerja di rumah sakit Wijaya amat menjanjikan, tapi saya tidak bersedia menyakiti hati istri saya hanya untuk uang, pula kami sangat berkelimpahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CANIS [END] √
RomanceSEKUEL URSA Janu Averroes Mahawira, M.D, FICS Namanya terdengar cerdas, wajahnya menunjukkan kebijaksanaan, dan tutur katanya menggambarkan keluasan pengetahuan. Namun begitu jam praktiknya selesai, Eros tak lebih dari pria pemalu, kikuk, dan manut...