Mempertimbangkan kekeraskepalaan Ursa akan peraturan yang tak bisa dilonggarkan sedikitpun hingga di hari terakhir mereka mendiami apartemen belum juga mendapatkan ART yang cocok, Ursa mengusulkan untuk tidak usah menggunakan jasa ART sekalian, biar seluruhnya Ursa urus sendiri.
Tentu saja, usulan tersebut mendapat penolakan tegas dari Averroes.
"Enggak akan aku izinin," ucapnya sambil menginjak rem perlahan saat melintasi perempatan Pondok Indah.
"Aku tinggal sendiri selama tujuh tahun nggak pakai ART buat urus apartemenku, bisalah segitu aja."
"Cha, apartemen kamu itu cuma satu per empat dari total bangunan rumah, belum lagi halaman depan, halaman belakang, studio kamu, jangan ngada-ngada deh," bantah Eros. "Ambil aja kandidat terbaik, jajarkan, lalu evaluasi, dan putuskan, mudah, Cha."
"Enggak semudah itu, ya," debat menjadi keseharian mereka belakangan ini. "Cari ART itu sekrusial cari jodoh. Mereka itu yang tahu keadaan rumah sampai hubungan pernikahan kita, lihat kita setiap hari dan bisa aja kita digosipin ke keluarganya, iya kan? Aku nggak mau ya foto kita lagi melakukan olahraga malam di kamar tersebar di Internet."
Eros mengembuskan napasnya berat. Pekerjaan ART erat kaitannya dengan kerahasiaan, mereka pun paham jika membocorkan rahasia majikan akan menyulitkan karier mereka ke depannya, tetapi Ursa takkan terima penjelasan tersebut, jadi Eros membawa tangan Ursa ke bibirnya kemudian diletakkan di pangkuannya.
"Ursa, imunitas dan mobilitas kamu memang jauh lebih baik dari kemarin dulu, tetapi nggak berarti kamu bisa seenaknya melakukan pekerjaan berat," Eros menoleh, menatap istrinya yang tak memberikan ekspresi apa pun. "Aku berterima kasih banget kamu mau bantuin pekerjaan rumah, aku merasa bersyukur bahkan semudah melihat kamu di sampingku sewaktu bangun tidur, just let me take care of you, Cha,"
Lama mereka terdiam dengan tangan Ursa yang masih berada di atas paha Eros. Mobil mereka melaju pelan di antara deretan mobil lain di daerah Cinere menuju arah Sawangan yang selalu macet setiap akhir pekan.
Sebagai permintaan maaf karena tak mengundang seluruh keluarga besar ke pernikahan Eros dan Ursa, ibu dan ayah Eros mengadakan acara makan siang bersama keluarga besar dan kolega di kediaman orangtua Eros di Sawangan.
Untuk menunjukkan bahwa mereka pengantin baru, Eros dan Ursa mengenakan pakaian yang sama. Bawahan jins biru dan atasan kemeja biru navy bermotif daun hiasan tropis, perbedaannya hanya satu, kemeja Ursa diikat di bagian batas celana jins.
Ketika mereka sampai di klaster Bali, mobil-mobil sudah berjejer rapi di pinggir jalan dan gerbang rumah keluarga Mahawira yang biasanya tertutup rapat kali ini dibuka lebar.
"Parkir di dalam aja, Pak, sudah saya sediakan tempat," ucap satpam rumah ibunya menunjuk pada satu jalur menuju rubanah.
Sesaat sebelum turun dari mobil, saat Eros sedang membuka sabuk pengaman Ursa, istrinya berkata, "Aku nggak ingin Ibu ngerasa anak lelakinya yang dibesarkan sebaik mungkin justru nggak keurus setelah menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
CANIS [END] √
RomanceSEKUEL URSA Janu Averroes Mahawira, M.D, FICS Namanya terdengar cerdas, wajahnya menunjukkan kebijaksanaan, dan tutur katanya menggambarkan keluasan pengetahuan. Namun begitu jam praktiknya selesai, Eros tak lebih dari pria pemalu, kikuk, dan manut...