8 || Ras Algethi - Hercules

18.2K 2.4K 318
                                    

Semenjak Subuh, April sudah diberi tahu bahwa bos mereka akan datang hari ini, rencana untuk ikut Mbak Azwa ke kantor perpajakan pun urung dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semenjak Subuh, April sudah diberi tahu bahwa bos mereka akan datang hari ini, rencana untuk ikut Mbak Azwa ke kantor perpajakan pun urung dilaksanakan.

Ia berdandan lebih rapi, mengenakan blouse merah semangka termahal yang pernah ia beli dan rok selutut berwarna merah muda, rambut panjangnya dikepang belanda rapi. Mbak Azwa bilang, bos mereka akan mengomentari penampilan karyawan baru, terutama bagian yang sering bersinggungan dengan klien.

Pukul sebelas April sudah menghitung bahwa ini adalah kedua puluh tujuh kali ia melirik lobi depan, bersiap untuk menyambut bosnya tapi belum juga nampak.

Ketika jam menunjukkan pukul sebelas siang, barulah mobil Lexus hitam memasuki pelataran parkir, menjadi mobil termewah di antara Avanza lainnya.

April memperhatikan, bosnya keluar dari mobil sambil mengibaskan rambutnya yang berwarna ungu agak kelabu di balik warna cokelatnya, kaki jenjangnya dibalut celana kulot cokelat kopi, tak lupa sepatu pump dengan heels lima senti sewarna celana, blouse satin hijau zaitun membuat kesan tegas di wajah yang sudah terlihat dingin, dan kesukaan April tiap kali melihat bosnya, riasan.

Entah bagaimana bosnya terlihat anggun hanya dengan sentuhan warna gelap di bibir, mengabaikan riasan yang sebenarnya tipis, saking tipisnya April bisa melihat rona merah akibat tersengat matahari walau hanya sepersekian detik.

Sapaan 'pagi, Bu' dari satpam yang akhirnya menyadarkan April dari lamunan. Ia berdehem, merapikan roknya lagi dan memasang wajah paling manis.

"Pagi, Bu," sapa April.

"Pagi."

"Hari ini Mbak Azwa bayar pajak, Bu," umumnya sambil membuntuti masuk ke ruang kerja Ursa.

"Oke."

Satu hal yang April catat sebagai hal penting ketika bos datang, tanyakan terlebih dahulu sebelum membuat kopi.

"Ibu mau saya buatin kopi?"

Ursa menarik pandangannya dari ponsel, menimbang, kemudian mengangguk.

"Boleh, yang kayak biasa."

"Baik, Bu."

Segera April menghubungi pantry, meminta kopi untuk Ibu Ursa. Sejauh pengetahuan April, hal ini sering dilakukan lantaran bos mereka menjalani pengobatan yang mengharuskannya meminum obat setiap hari.

Ia membuka catatannya, Mbak Azwa bilang ia harus melaporkan pesan masuk di surel. Tak lama Suwardi, orang pantry, muncul dari lift sambil membawa nampan berisi cangkir kopi. "Saya bantu, Pak," tawar April sambil membukakan pintu ruangan Ursa dan ikut masuk.

"Silakan, Bu," ucap Suwardi sebelum izin pamit dan meninggalkan April berdua saja dengan Ursa.

Barulah Ursa menyingkirkan ponselnya semenjak memasuki gedung, menyesap pelan kopinya, memastikan takaran kopi dan susunya sama persis seperti yang Mbak Azwa perintahkan kemudian mengangguk.

CANIS [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang