21 || Northern Gate of Sun - Cancer

15.6K 2K 409
                                    

Selamat membaca dan jangan lupa komen dan vote-nya, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca dan jangan lupa komen dan vote-nya, ya!

•••

Merupakan sebuah pencapaian besar RSTI di tahun keduanya semenjak beroperasi menjadi tempat rujukan banyak pasien yang bermasalah dengan tulang mulai dari operasi ringan pengangkatan lutut hingga kasus berat kanker tulang.

Bermodal reputasi tersebut, RSTI membuka Trauma Center dengan tiga level keparahan secara resmi dua bulan lalu dan sudah pasti bisa ditebak, jam kerja on call akan semakin panjang.

Baru selesai poli dan mengisi materi hari ini untuk dokter residen, Eros yang sudah bersiap pulang diminta melihat pasien rujukan dari RSUD setempat yang angkat tangan kasus padahal pasien belum diperiksa menyeluruh.

Di ranjang perawatan terdapat seorang pria akhir tiga puluhan, atau awal empat puluhan, yang tengah mengerang namun tak mampu berbuat banyak. Tubuh serta bajunya dipenuhi debu kelabu, kulitnya terbakar matahari, dan urat-uratnya terlihat di bawah kulit, tipe tangan yang disukai oleh perawat.

Ia melihat hasil x-ray dari bagian radiologi dan langsung menipiskan bibirnya.

"Saya cek kakinya dulu ya," Eros mencubit keras kaki pasien yang tak mendapat respon. Ia mengangguk pada Odisa untuk mencatat seluruh hasil sebelum menyingkir ke arah wali yang mengantar pasiennya.

"Tulang belakang Bapak Ridwan bagian toraks, di bagian punggung atas, itu mengalami remuk dan bergeser, saya sarankan untuk operasi korektif secepatnya agar saraf masih bisa diperbaiki."

Wali pasien merupakan tiga orang pria yang sama lusuhnya dan jari-jari yang kotor dan kasar. "Kalau operasi berapa biayanya, Dok?" tanya pria yang paling pendek.

"Bapak nggak perlu pikirin biaya, nanti diurus oleh administrasi pakai klaim perusahaan ya, cukup laporkan kecelakaan kerja ke bos dan melengkapi data yang diperlukan."

Mereka saling berpandangan sebelum berdehem. "Tapi bos kita nggak mau biayain operasi, katanya bukan salah mereka. Kalau biar cepat dioperasi, harus bayar berapa dulu, Dok?"

"Kita patungan aja untuk DP-nya, Dok."

Ah, Eros benci manusia gagal evolusi.

•••

Ini sudah tiga puluh menit semenjak Eros berjanji akan bersiap-siap malah duduk tak berpindah posisi di atas ranjang dengan ponsel di tangan dan kerutan di antara alis. Dipelototi nampaknya tak berpengaruh banyak bagi Eros yang tengah fokus, jadi Ursa memutuskan untuk duduk di samping suaminya dan mengintip ke layer ponsel penyebab Eros enggan beranjak.

"Felicia siapa, Mas?" tanya Ursa.

"Hm?"

"Ya udah kalau emang nggak boleh dateng ke reunian, nggak usah paksa aku kirim surel konfirmasi kemarin terus sekarang udah mepet waktunya malah asyik WA-an sama Felicia," ulang Ursa ketika tidak melihat keniatan Eros untuk bersiap juga.

CANIS [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang