𝐉𝐚𝐬𝐦𝐢𝐧𝐞 𝟐𝟒

367 45 46
                                    

🌺ꦽꦼ̷•ˑ˒ Flower ⃡⃝💐────────────ꓸ᭄



  "Hati-hati!"
  "Udah, udah gak papa kok."

San tengah membantu Wooyoung turun dari mobil. Sudah 2 hari sejak Tn.Jeong, ayah Wooyoung ditetapkan hukuman atas kesalahannya.

Awalnya, ia akan diberikan hukuman mati, mengingat kekerasan pada anak bukanlah hal sepele. Namun, Wooyoung sendiri tak terima dengan hukuman tersebut. Alhasil, hukuman yang ditetapkan padanya kini adalah tahanan seumur hidup. Memang tak ringan, tapi setidaknya Wooyoung masih bisa menemui ayahnya.

Seperti saat ini. Wooyoung bermaksud menemui ayahnya di penjara, diantar oleh San, Hongjoong, serta Yeosang.

  "San sama Yeosang tunggu di luar dulu aja ya. Biar Hyung antar Wooyoung masuk," ucap Hongjoong.

Meski enggan, San mengangguk patuh. Ia ingin menemani Wooyoung masuk, tapi sudahlah. Lagipula Hongjoong bersamanya. Tak akan ada hal buruk yang terjadi selama ada Hongjoong di sana.

  "Ayo!"

Hongjoong merangkul pelan bahu Wooyoung, memapahnya ringan takut-takut Wooyoung terjatuh mengingat kakinya belum sembuh betul.

  "Kau yakin Tn.Jeong tak akan marah, Yong?" tanya Hongjoong.
  "Wooyoung yakin kok Hyung. Mungkin emang gak bakal sepenuhnya langsung berubah. Tapi, makin lama papa pasti sadar sama kesalahannya."

Hongjoong tersenyum mendengar jawaban Wooyoung barusan. Mereka terus berjalan, lalu meminta izin pada penjaga disana, dan menunggu Tn.Jeong mendatangi mereka.

Wooyoung memberikan senyum senangnya saat Tn.jeong duduk di depannya. Tepatnya, di ruangan yang berbeda dengannya, dengan sebuah kaca tebal sebagai penghalang mereka. Dapat dilihatnya wajah lelah ayahnya tersebut

  "Papa.."

Tn.Jeong tersenyum kaku. "Young, papa minta maaf. Papa sering kasar padamu. Papa tak bisa menjadi ayah yang baik bagimu. Papa tau, selama ini kamu sering tertekan karena papa. Papa terlalu mengedepankan ego papa sampai melupakan akan kewajiban papa untuk menjagamu."

Wooyoung terkesiap dengan penuturan ayahnya yang tak pernah ia duga sebelumnya.

  "Alih-alih menjagamu, papa justru membuat hidupmu berat. Kamu patut marah pada papa. Memang seharusnya pula kamu melupakan papa. Tak akan ada gunanya mengingat orang seburuk papa sebagai orang tuamu, Young. Pamanmu lebih berhak mendapat perhatianmu daripada papa. Pa-"
  "Papa.."

Ucapan Tn.Jeong terhenti saat Wooyoung memanggilnya. Dilihatnya anak satu-satunya ini kini tengah tersenyum padanya, dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Ia tau ia sering melihat wajah ini. Ia ingat itu. Wooyoung sering memberikan wajah ini padanya saat ia akan terlelap setelah bekerja.

  "Tak apa. Wooyoung tak pernah marah pada papa. Untuk semua yang sudah terjadi, Wooyoung akan melupakannya. Lagipula papa sudah mendapat hukuman yang cukup berat. Wooyoung tak ingin menambah hukuman untuk papa."
  "Paman memang memperlakukan Wooyoung lebih baik dari papa. Tapi bukan alasan bagi Wooyoung untuk melupakan papa."

Wooyoung merogoh saku hoodie nya, lalu mengeluarkan sebuah foto kecil dimana terdapat wajah seorang bayi disana. Tn.Jeong dapat dengan mudah mengenali anak di dalam foto tersebut. Itu Wooyoung sendiri.

  "Pa, Wooyoung ada disini juga karena papa. Wooyoung bisa sebesar ini juga karena papa."

Tn.Jeong tengah berusaha menahan air mata yang mulai memberat di pelupuknya.

Jasmine | Yungi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang