Chapter 10; before the party

9.9K 1.3K 62
                                    

Jadi ini rasanya gajadi libur cuti bersama:")

Untuk hiburan hari ini, Lilith is back!
Oh iya, jangan lupa vote dan comment ya untuk mendukung cerita ini!
Hye beneran nunggu komen kalian soalnya sepi banget:")

Anyway, happy reading!

Lilith's POV

"Lily, selamat pagi," suara Sofie terdengar samar-samar di pendengaranku.

"Lily, bangunlah, sudah waktunya sarapan," ah aku masih di tubuh Lilith ya?

"Lily, mengapa kamu membuka jendelanya? Nanti kamu bisa sakit," hah jendela?

Aku langsung membuka mataku. Jadi semalam bukan mimpi? Beneran ada orang yang menyusup ke kamarku? Wah benar-benar, bahkan kehidupan putri Count saja bisa diserang secara diam-diam.

Aku mendudukan diri, "Sofie, apakah Kai di luar?"

"Iya, ia sudah ada sejak subuh tadi,"

Tunggu, apakah dia tidak tidur?

"Dari mana kau tau kalau dia sudah ada di depan sejak subuh?"

"Tadi subuh seorang pelayan bernama Hill tidak sengaja melihatnya saat sedang pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ia melihat Kai berdiri sambil memandangi pintu kamarmu,"

Untuk apa orang itu...

...atau jangan-jangan dia...

Aku menatap Sofie yang sedang berjalan ke arah pintu untuk memanggil Kai, "Sofie tunggu!"

Ia memandangku bingung.

"Tidak jadi, tidak usah panggil Kai," sebaiknya jangan melibatkan banyak orang dulu.

Aku memandang Sofie serius, "apakah seseorang pernah mengincar nyawaku?"

"Nyawa?" Sofie terdiam bingung. Pertanyaanku terlalu gamblang ya?

Tiba-tiba ia berlari dan memegang tanganku.

"Apakah kamu diserang semalam? Atau jangan-jangan...," tanyanya panik. Sofie memperhatikan jendela yang terbuka itu. Sepertinya gadis ini lebih pintar dari dugaanku.

"Sepertinya seseorang menyelinap ke kamarku semalam. Aku kira itu mimpi, tapi mimpi itu terasa sangat nyata,"

"Dan kamu tidak jadi memanggil Kai karena--,"

"Lebih baik tidak terlalu mempercayai orang," di kehidupan sebelumnya juga perilaku Kai masih abu-abu bagi Lilith, "tapi aku tahu aku bisa mempercayaimu Sofie," hanya Sofie yang benar-benar dipercaya Lilith. Ia bahkan rela meninggal demi nonanya.

"Baik, aku tidak akan mengatakan ini kepada siapa-siapa,"

Aku menunjukkan kelingkingku, "janji?"

Sofie sepertinya bingung jadi aku bergerak mengambil kelingkingnya untuk dikaitkan ke kelingkingku, "oke, dengan ini kita memiliki janji kecil yang tidak bisa diingkari."

Sofie tersenyum dan mengangguk-angguk, "aku berjanji, Lily."

---

Beberapa hari kemudian

Tidak terasa bahwa hari ini adalah pesta debutanteku. Sofie sudah membangunkanku sejak pagi untuk berdandan, padahal acaranya malam hari. Jika biasanya Sofie sendiri, kini ia membawa 10 pelayan lainnya untuk mengurus penampilanku.

Aku membanting diriku di sofa kamar. Ayolah, kulitku sudah keriput karena mandi lama sekali. Entah minyak apa saja yang mereka gosokkan di tubuhku, belum lagi wewangian rambut. Bisa-bisa orang-orang mengiraku parfum berjalan.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang