Chapter 24; finding information

5.8K 787 47
                                    

Happy Sunday!!!
Sebenernya Hye lagi minggu UTS, tapi Hye tetep sempetin nulis buat kalian karena chapter minggu ini seru banget:")

Selamat membaca dan mohon dukungannya ya untuk karya ini~


Author's POV

Memang dasar tipikal manusia modern yang harus mengorek fakta dari sumbernya langsung baru percaya dengan berita yang sedang panas, sekarang Lilith sudah berdiri di depan satu-satunya kuil yang berada di ibu kota Kerajaan Soleil. Kuil Apollo.

"Tunggu, nona. Apakah Anda memiliki izin masuk kuil?" seorang penjaga kuil menghentikan langkah Lilith untuk masuk bangunan tersebut.

Lilith dan Kai saling berpandangan. Ia benar-benar tidak tahu kalau masuk kuil harus memiliki izin. Bukankah kuil harusnya terbuka untuk umum bagi seluruh pemeluk kepercayaannya?

"Kuil macam apa yang harus memiliki izin?" sewot Lilith.

"Anda baru pertama kali masuk ya? Padahal biasanya bangsawan seperti Anda paling rajin pergi ke kuil. Ini pintu belakang, nona. Pintu ini khusus orang-orang yang memiliki izin," 

Lilith menunduk malu dan spontan menyalahkan Kai, "mengapa kau tidak bilang padaku, sih?"

Kai juga ikut-ikutan berbisik, "aku juga pertama kali datang ke sini, Ly."

Oke, jadi yang dapat Lilith simpulkan adalah Kai itu bukan pemeluk kepercayaan itu. Atau mungkin ia pemeluk, tetapi imannya memang tidak sekuat itu alias ...

Kalian bisa isi sendiri:)

"Sampai kapan Anda mau terus di sini? Anda menghalangi jalan para pelayan kuil lainnya, nona," ucapan penjaga tersebut membuat Lilith melihat ke belakang dan menyadari barisan orang dengan jubah putih memandangnya dengan kesal.

Lilith menyengir sendiri dan mereka berdua spontan menyingkir dari barisan lalu berjalan mengelilingi kuil. Sungguh, kuil ini sangat megah. Pilar-pilarnya benar-benar mengingatkannya pada kuil-kuil Yunani yang sering ia lihat di tangkapan layar di masa modern. Namun bedanya, yang versi di depannya terlihat lebih baru.

"Bola matamu bisa lepas jika terus melihat seperti itu," celetuk sebuah suara familiar.

"AAA," teriak Lilith.

Lilith hampir terjatuh lagi. Untung saja kali ini Lilith bisa mengontrol kestabilan tubuhnya. Ia benar-benar tidak ingin menjadi tokoh utama baik drama, maupun sinetron Indonesia yang jatuh cinta karena ditangkap sang pujaan hati.

Lilith menyerngit sinis kepada si pelaku yang hampir membuatnya bernasib sama dengan bintang sinetron Indosiar, "Pangeran Dion?"

"Kau berjanji hanya memanggil namaku, Ly,"

'Ingin sekali aku menjitak kepala tampannya, tapi sayang aku masih mencintai nyawaku,' pikir Lilith dan berusaha tenang sambil mencerna perkataan Dion. Sebenarnya Lilith tidak pernah berjanji sih, tetapi ia sedang tidak dalam mood berdebat.

"Baiklah, Dion. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lilith dengan nada sewot.

"Aku tahu kau tipikal orang yang mudah penasaran dengan banyak hal dan sudah kuduga kau ada di sini. Jadi tidak ada alasan lain aku di sini selain untuk menemuimu," ujar Dion sambil tersenyum simpul.

Wow, lancar sekali rayuanmu lucinta luna.

"Dan aku tidak nyaman dengan melihatmu berduaan dengan pria asing," tambah Dion sambil melirik Kai sekilas.

"Dia bukan pria asing. Dia pengawalku," balas Lilith memutar bola matanya. Adanya juga yang pria asing teh si Dion atuh, baru juga ketemu berapa kali.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang