Chapter 35; what fate do to us

2.1K 321 60
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak🐾
Selamat membaca~






Author's POV

Angin malam pada malam itu entah mengapa terasa lebih dingin bagi Lilith. Padahal ia sudah menggunakan mantel yang terbuat dari bulu domba yang seharusnya dipakai untuk musim dingin.

'Ah, mungkin karena aku memakai gaun malam yang cukup tipis,' ucapnya dalam hati.

Namun, tidak. Tentu saja tidak. Penyebab dinginnya malam ini adalah pria di depannya. Tidak, pria di depannya tidak marah ataupun meledak seperti para pria egois yang mementingkan egonya di novel sebelah. Pria di depannya menunjukkan ekspresi rindu dan kesepian yang cenderung menyedihkan. Namun, entah mengapa tubuhnya malah mengeluarkan keringat dingin yang menambah dinginnya malam musim gugur.

Rambut pirang pria itu bercahaya dibawah cahaya bulan sabit dan terbang mengikuti angin musim gugur. Sama. Warnanya sama walaupun rupanya sedikit berbeda dengan dia yang berada di hatinya selama ribuan tahun. Tentu saja itu karena seorang dewa tidak boleh sembarangan menunjukkan rupanya di hadapan manusia.

"Daphne," pria itu memanggil nama aslinya dengan suara bergetar.

Lilith terdiam. Ini yang ia takuti. Fakta bahwa rasa rindunya lebih besar daripada segala hal yang sudah ia rencanakan selama beberapa tahun kemarin. Rencananya sangat matang, sebelum hatinya mengacaukan segalanya.

"Sayang," panggilnya.

"Maaf. Seingatku namaku Lilith, bukan Daphne," sungguh. Lilith tidak dapat mengontrol bibirnya. Seolah-olah ia kehilangan kontrol saraf lidahnya.

Pria itu terdiam, "aku tahu kau sudah mendapatkan ingatanmu."

"Ingatan? Ingatan apa maksudmu?"

"Daphne, aku tidak bercanda,"

"Aku juga, Dion. Seingatku sejak lahir aku tidak pernah berganti nama,"

Mata pria itu tiba-tiba menajam. Apakah Lilith pernah memberitahu bahwa Apollo membenci kebohongan? Ya, sayangnya dia malah melakukan hal yang pria itu benci.

"Kau berbohong. Kau tahu aku benci kebohongan," tekannya. Kan, Lilith tidak pernah salah mengenai prianya.

Kali ini Lilith memilih diam. Tidak jujur dan tidak bohong. Kadang diam adalah emas kan?

Dion mengambil kedua tangan gadis itu dan mengecup punggung tangannya sungguh-sungguh, "akhirnya kau kembali."

Lilith menatap kedua tangannya yang dikecup Dion. Ia bingung. Antara gengsi memberitahu bahwa ingatannya kembali dan ingin memborbardir pria itu dengan pelukan hangat. Ah, sepertinya dia memilih untuk menikmati permainan pria itu.

"Kau masih mau diam?"

"...,"

"Tadi aku bertemu dengan Eros dan Psyche. Apakah lebih baik aku menolak izin pernikahan mereka di dunia ini? Kau tahu kan pernikahan Psyche dengan duke tunangannya itu sangat bermanfaat bagi kerajaan,"

Lilith membelalakkan matanya, "tidak! Ophelia harus menikah dengan Elois!"

"Darimana kau tahu itu Elois dan Ophelia? Seingatku aku tidak memanggil nama mereka," ucap Dion dengan senyum kemenangan.

Lilith tersenyum samar. Ah, dasar. Mulut spontannya selalu mengkhianati niat hatinya. Selamat tinggal rasa gengsi! Sampai bertemu lagi:")

Dion langsung memeluk Lilith dengan rengkuhan hangat, "aku merindukanmu. Aromamu, rasa keberadaanmu, dan segalanya tentangmu. Kau membuatku gila, Daph."

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang