Chapter 27; the threat

5.3K 596 118
                                    

Selamat hari Minggu~

Selamat membaca dan jangan lupa tunjukkan dukungan kalian untuk cerita ini;)




Author's POV

Suara ketukan sepatu berhak memenuhi lorong istana yang sepi. Suara itu sangat keras sehingga siapapun dapat menebak bahwa orang yang memakai sepatu tersebut sedang berjalan dengan kemarahan yang memuncak. Setelah sampai di ruangan tujuannya, ia membuka pintu ruangan dan terpampanglah seorang lainnya yang memiliki muka mirip dengannya.

PLAK

"Kakak! Apa yang kau lakukan?" tanya seorang yang lain itu tidak terima karena ia tidak tahu alasan mengapa ia harus menerima tindakan keji tersebut.

PLAK

"Kak--,"

"Kau bertanya?" akhirnya si pemukul angkat suara.

"Kau sungguh-sungguh bertanya?!" nadanya semakin tinggi diikuti dengan amarahnya yang semakin membuncah.

"Jika kakak mengangkat suara kakak setinggi itu hanya karena aku menyetujui pembatalan pertunangan mereka, maka teruskan kak. Tampar aku sampai tangan kakak tidak bisa merasakan sentuhan lagi!" teriak si adik.

Si kakak pun menghentikan kegiatan menamparnya dan merubuhkan dirinya di atas sofa sedangkan si adik hanya bisa menatap kakaknya dengan sendu.

"Aku sudah bilang aku akan setuju dengan rencanamu mentunangkan mereka secara paksa, tetapi kegiatan Eduard kali ini benar-benar tidak bisa dimaafkan. Dia menghamili adik tunangannya sendiri, demi dewa!"

Si kakak menatap adiknya lurus, "aku sudah bilang berkali-kali. Apapun kondisinya, separah apapun alasannya, jangan sampai pertunangan mereka dibatalkan!" teriaknya.

"Dia anakku kak. Kumohon, kali ini saja, biarkan dia bahagia,"

"Rayina Inette de Lebeau! Kau benar-benar tidak tahu terima kasih ya?" tatapnya bengis.

Wanita bernama Rayina itu hanya menunduk.

"Sudah susah-susah aku memanipulasi raja budak cinta itu serta membunuh ratu lemah itu untuk meraih gelar ratu agar kita berdua bisa hidup enak dan kau ingin merecokinya begitu saja? Kau ingin kembali kepada ayahmu yang kerjaannya berjudi sambil mabuk-mabukan itu?"

Rayina menatap kakaknya kaget, "kau benar-benar membunuh Ratu Delica?"

Reyana mendesah keras, "aku yakin itu bukan hal penting untuk saat ini. Dan apa maksudmu ia menghamili gadis lain? Justru bagus jika gadis itu semakin menderita," sang ratu tersenyum sadis sambil memikirkan penderitaan yang ia bayangkan.

"Kak, kau juga seorang perempuan. Bagaimana bisa kau mengharapkan penderitaan perempuan lain?"

"Kau tidak tahu, Rayina. Kau tidak akan pernah tahu penderitaan dan rasa malu yang aku rasakan saat itu. Bahkan sampai sekarang, aku masih bisa merasakannya. Pembunuhan tidak adil itu, perempuan itu harus menanggungnya juga. Ia harus membalasnya," ujar Reyana misterius.

"Apa maksudmu kak? Perempuan itu masih sangat muda, bagaimana mungkin kakak bisa menemuinya di masa lalu jika umur kalian cukup terpaut jauh?"

"Kau adalah jiwa baru di dunia ini, Rayina. Kau tidak akan mengerti. Kurasa ini adalah terakhir kalinya aku memaafkanmu atas perbuatanmu yang mengacaukan rencanaku. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melakukannya lagi, walau kau adik kandungku sekalipun,"

Rayina sebenarnya tidak mengerti. Ia hanya mengiyakan omongan sang ibu negeri ini yang lalu pergi dari ruangan itu. Kakaknya itu sangat aneh. Dari kecil ia sudah membicarakan mengenai hal-hal yang tidak dapat ia terima di akalnya. Seolah-olah kakaknya itu sudah memiliki dendam bahkan sebelum ia dilahirkan ke dunia.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang