Chapter 36; move on

2.3K 281 23
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak🐾

Selamat membaca~








Author's POV

Seorang gadis berambut pirang keperakan tengah berjalan di tengah terangnya siang yang tidak panas. Kalau kalian bingung, itu karena saat itu sedang musim gugur. Tentu saja dia tidak akan bisa berjalan selepas ini jika itu malam hari karena dewa posesif kesayangannya itu akan menemani malamnya tanpa berniat melepaskannya sedikit pun. Di lain sisi, kalau siang hari, ia hanya perlu sedikit membohongi pelayannya itu.

Gadis itu berjalan mengarah ke suara air yang semakin lama semakin besar volumenya. Ia tahu seseorang sedang menunggunya di sana. Seseorang yang menemaninya di kehidupan sebelumnya dan mencintainya dengan sepenuh hati. Dia tahu kalau orang itu bereinkarnasi juga ke dunia ini sesuai dengan omongannya sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Feira, reinkarnasi ketiga Lilith.

"Aku berjanji akan tetap mencintaimu jika suatu saat nanti kita bertemu lagi. Terima kasih sudah menjadi sumber kebahagiaanku di kehidupan ini. Jika suatu saat kita bertemu lagi, percayalah itu pertanda bahwa kita adalah pasangan yang ditakdirkan bersama," ucapnya dengan tangan penuh dengan bintik-bintik berisi air.

Pada saat itu, penyakit cacar menyerang daerah Yunani dan menewaskan puluhan ribu masyarakat sehingga pemerintah mengecapnya sebagai penyakit mematikan. Pria dalam rengkuhan Feira saat itu adalah pria yang menjadi temannya di panti asuhan. Suatu hari, mereka terpisah karena ternyata pria itu adalah putera raja yang hilang.

Beberapa tahun kemudian, pria itu kembali ke panti asuhan untuk menjemput Feira dan meminangnya. Awalnya Feira menolak, karena tentu saja di hatinya sudah ada sosok yang seakan-akan membuat hatinya beku, tetapi pria bernama Arian itu pantang menyerah. Hingga suatu hari karena kasihan terhadap keadaan Arian yang semakin hari semakin menyedihkan, Feira menerima pinangan pria itu dengan syarat agar pria itu tidak mengharapkan cinta darinya.

Klasik bukan?

Lilith tersenyum memikirkan kisahnya sebagai Feira. Seharusnya, kisah Feira dan Arian dicatat dalam sejarah sebagai kisah cinta yang menyedihkan. Antara wanita yang tidak bisa mencintai dan pria yang terlanjur mencintai, bukankah akan laku di pasaran?

Sekarang Lilith tahu mengapa Arian di dunia ini tidak pernah memotong rambutnya. Pasti alam bawah sadarnya masih mengingat salah satu janjinya kepada Feira.

"Arian, rambutmu semakin panjang. Apakah kau tidak ingin memotongnya?"

"Aku tidak memberi izin siapapun memotong rambutku, Fei. Hanya kamu yang boleh melakukannya," ucapnya tulus.

Feira hanya membalas tatapannya dengan rasa tidak enak, "kau tidak perlu segitunya denganku, Arian."

Arian tersenyum, "aku yang memilih jalan hidupku, Feira, dan aku memilihmu. Lagipula, daripada kau terus mengomel tentang rambutku yang memanjang, mengapa tidak kau saja yang memotongnya?"

"Bilang saja kau memang ingin aku yang memotong. Dasar pria ambigu," omel Feira lalu mengambil gunting dan mulai memotong rambut suaminya.

"Aku berjanji, Fei, hanya kau yang boleh melakukan ini kepadaku. Sampai kapanpun," ucap Arian sambil menutup mata menikmati sensasi tangan Feira yang sedang bekerja memotong rambutnya.

Di depan Lilith, seorang pria sedang memandang ke arah laut dan membelakanginya. Lilith tahu, pria itu bukan takdirnya, dan pria itu pasti juga tahu walau berusaha tidak tahu, bahwa Lilith bukanlah takdirnya. Lilith berjalan pelan mendekati sosok itu dan berdiri di sampingnya tanpa mengeluarkan suara.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang