Chapter 32; revenge plan

2.5K 320 17
                                    

Selamat Hari Sabtu!
Jangan lupa tinggalkan jejak oke;)

Happy reading~





Author's POV

Aleena terbangun di sebuah kamar asing. Ah, ia hampir lupa kalau dirinya sedang berada di negeri yang sama sekali tidak ia ketahui sebelumnya. Aleena benar-benar tidak tahu apakah keputusan ayahnya saat ini baik atau tidak untuk dirinya. Ia mendesah pasrah. Lagipula selama ini ayahnya juga tidak pernah melakukan sesuatu yang terlalu berpengaruh kepada kehidupannya.

Tiba-tiba pintu diketuk dan muncullah pelayan yang bertugas untuk melayani dirinya. Tidak, bukan pelayan dari Kerajaan Terra. Ya, semenyedihkan itu nasibnya sampai ayahnya bahkan tidak mengirimkan satu pelayan wanita pun dari negeri asalnya. Ditambah lagi, tentu saja wanita-wanita di negerinya itu juga tidak akan mau melayani seorang anak selir tidak penting, apalagi di negeri yang belum terlalu menerima orang asing seperti Kerajaan Soleil.

"Selamat pagi, Puteri Aleena. Hari ini, Yang Mulia, Ratu Reyana ingin bertemu dengan Anda," ucap pelayan bernama Nea itu.

Aleena memandang pelayan itu datar. Nea bukanlah seorang pelayan muda, tetapi tidak cukup senior untuk dapat berlaku semena-mena kepada Aleena. Yah walau Aleena sama sekali tidak mempercayai pelayan itu.

Dan tadi apa katanya? Ratu mengundangnya? Aleena memiliki perasaan buruk tentang hal ini.

Ia memiliki kekuatan yang tidak diketahui semua orang. Ia bisa meramal walaupun faktanya tidak ada yang percaya dengan ramalannya. Padahal ramalannya sudah jelas pernah terbukti dan orang-orang malah lebih percaya kepada ramalan seorang peramal gadungan di ujung jalan. Namun, kekuatan itu memiliki satu kelemahan. Ia tidak dapat meramal masa depannya sendiri, maka ia tidak tahu apakah menikahi Marquess Fabron akan mendatangkan hal baik atau buruk baginya.

"Kalau begitu, bantu aku bersiap," ujar Aleena sambil mendudukan dirinya di atas kasur. Ia harus terbiasa dengan adat Kerajaan Soleil, di mana seorang bangsawan akan selalu dilayani.

"Baik, puteri," Nea langsung membantu Aleena membasuh wajahnya dengan air hangat sebelum menuju ke kamar mandi.

———

Reyana sedang menyesap teh paginya sambil menunggu kehadiran Aleena. Karena perbedaan waktu antara dua kerajaan, saat waktu sarapan tadi, Aleena masih tertidur dan Jackson tetap keras kepala untuk membiarkannya karena menurutnya Aleena masih lelah akibat perjalanan yang cukup panjang.

"Apakah puteri itu belum bangun juga?" tanya Reyana kepada lady-in-waitingnya, Baroness Poppy de Flea.

Poppy hanya mampu membalas dengan gelengan, "Puteri Aleena sudah bangun dari beberapa menit yang lalu, Yang Mulia, beliau sedang bersiap menemui Anda."

Ah, jangan tanya bagaimana Poppy mengetahui berita itu dengan cepat. Tentu saja bukan via mindlink karena ia bukan bangsa werewolf. Jawabannya adalah: apakah kalian tahu bahwa tembok istana dapat berbicara?

"Baru bangun?! Kalau ia bukan seorang puteri pasti sudah aku marahi dia," geram Reyana, "tetapi kan dia hanya seorang anak selir. Apakah aku harus sedikit memberikannya pelajaran ya?" ujar Reyana dengan senyum licik.

Tidak lama kemudian, seorang pengawal yang berada di depan pintu ruang tamu kastil Ratu memberi pengumuman bahwa Aleena sudah datang. Aleena masuk ruangan dan memberikan salam kepada Reyana yang dibalas dengan senyuman manis—yang tentu saja palsu—milik ratu itu.

Reyana pun mempersilahkan Aleena untuk duduk di sofa tepat di depannya dan mempersilahkannya ikut mengkonsumsi camilan dan teh yang telah disiapkan.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang