01. glazed eyes, empty hearts

1.2K 144 37
                                    

[happy little pills, troye sivan]

[]

SUZY

Aku merasakan kilauan cahaya langsung menyambut pengelihatanku saat aku membuka mataku perlahan. Pandanganku masih kabur, tapi aku yakin ini bukan kamarku. Aku dapat mencium bau obat yang sangat kuat memenuhi hidungku. Setelah melihat keadaan ruangan serba putih ini, aku dapat memastikan bahwa aku sedang berada di rumah sakit.

Saat pandanganku sudah benar-benar jelas, baru lah aku bisa merasakan badanku yang terasa kaku dan ngilu. Tenggorokkan ku kering dan lengan kananku dibalut oleh gips berwarna putih, menutupi seluruh bagian lengah bagian bawah. Apakah aku patah tulang? Aku bahkan tidak berani menggerakkan tanganku.

"Suji-yaa? Ah, Suzy sudah sadar," suara seseorang membuat aku segera keluar dari pikiranku sendiri. Masih linglung, aku menemukan Eomma, manajerku, dan Sang-moon, adikku.

"Wae geurae? Apakah aku patah tulang?" itu adalah hal pertama yang keluar dari mulutku. Aku cukup ingat kejadian terakhir yang kemungkinan besar menjadi alasan kenapa aku terbaring di sini, tapi kepalaku rasanya pening sekali jika dipaksa harus mengingat kejadian detilnya.

"Kita bicara nanti, sayang. Eomma akan panggilkan dokter untuk memeriksamu," ucap Eomma.

Beberapa saat kemudian, dokter dan beberapa suster datang. Aku sempat merengut kesilauan saat dokter menyorotkan lampu senter ke arah mataku. Tapi aku terlalu lemas untuk protes, jadi aku biarkan saja mereka melakukan apapun padaku.

Tidak lama setelah itu, mereka selesai memeriksaku dan meminta Eomma untuk menemui dokter di ruangannya. Eomma pergi dan manajerku mulai mendekatiku.

"Gwaenchana?" tanyanya.

Aku mengangguk pelan, merasakan rasa ngilu mencuat dari lenganku yang dibalut gips. "Oppa, apakah Oh Ahjussi baik-baik saja?"

"Ne, Suji-yaa. Jangan terlalu khawatir. Lukanya memang lebih parah darimu, tapi masih bisa diatasi. Aku sudah mengunjunginya tadi sore, dan keadaannya sudah stabil. Kau fokuslah beristirahat."

Jawaban dari manajerku membuatku semakin merasa bersalah kepada supirku itu. Bagaimana pun, ini terjadi karena Ia bekerja denganku. Kemarin, aku melakukan sebuah syuting untuk iklan di daerah Gwa-cheon dan syutingnya melebihi perkiraanku sehingga aku baru selesai saat larut malam. Hwan-joon oppa sudah pulang terlebih dahulu karena harus mengurus hal lain. Malam itu aku pulang hanya bersama dengan supirku, Oh Ahjussi.

Saat itu jalanan sepi dan aku masih ingat sekali mobil merah yang bergerak zig-zag di belakang mobil kami, sampai akhirnya mobil itu menyerempet dan ingin mengambil jalur, membuat Oh Ahjussi kehilangan kendali dan hal yang terakhir aku ingat, kami menabrak pembatas jalan di sisi kanan. Cukup keras sampai kaca depan mobil pecah dan tubuhku terantuk ke depan. Hal terakhir yang aku ingat hanya itu.

"Jja, sudahlah. Lebih baik noona makan sekarang," Sang-moon mengeluarkan suaranya, membuatku kembali ke dunia nyata.

Aku menoleh pelan ke arah masakan rumah sakit yang tersaji di atas meja sebelah kasurku. Meskipun aku sudah bisa merasakan rasa hambar itu di mulutku, aku tidak menolak ketika Sang-moon mulai mendekat dan membuka plastic wrap di setiap piring.

Malamnya, Eomma sedang menonton siaran di TV dan Sang-moon sudah pulang. Manajerku masih mengutak-ngatik ponselnya dari tadi. Terkadang berbicara lewat telepon, mengurus jadwalku yang harus diatur ulang atau bahkan dibatalkan karena kejadian ini.

"Management akan mengajukan kasus ini ke polisi. Mencari tahu siapa penyebabnya," ucap Hwan-joon oppa tiba-tiba. Membuat aku dan Eomma menujukan fokus kami padanya.

Trapped in FameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang