"she loves me like a woman
she looks like a lady
but she laughs like a child
and I love her."
[and I love her, passenger][]
SOUTH KOREA
SUZY
Desau kekecewaan kembali lolos dari mulutku, bersamaan dengan jemariku yang bergerak di atas layar ponsel, memilih menu keluar dari aplikasi media sosial yang biasa digunakan untuk membagikan foto. Profil milik Han So-hee masih belum berubah ataupun memperlihatkan pertambahan jumlah unggah foto dari satu bulan yang lalu.
Terakhir yang aku tahu, dia bilang dia akan pergi ke New York untuk urusan bisnis dan juga keluarga. Namun, aku yakin dia pasti bertemu dengan Joo-hyuk di sana. Tiba-tiba aku merasa seperti orang yang paling tidak beruntung di dunia, juga yang paling bodoh. Aku tidak tahu kenapa aku harus terjebak dalam perasaanku sendiri, menanti sesuatu yang sebenarnya tidak pasti.
Minggu lalu aku sudah menyelesaikan tanggung jawab terakhirku sebelum hiatus, yaitu konser. Aku rasa aku sudah melakukannya dengan baik. Minggu ini aku masih mengerjakan sisa-sisa pekerjaan seperti syuting iklan dan juga wawancara majalah mengenai hiatus-ku.
Kabar burung berterbangan di luar sana, mengatakan bahwa aku hiatus karena sedang depresi. Bahkan beberapa berkata bahwa aku terlihat seperti seseorang yang rentan untuk menyudahi nyawanya sendiri. Uh, itu terdengar menyeramkan untukku. Mungkin aku memang trauma dan berada di bawah tekanan besar yang membuatku merasakan stress, tapi tidak semudah itu untukku mengakhiri hidupku sendiri. Setidaknya aku masih ingin menghabiskan masa tuaku sebagai pensiunan artis yang kaya raya dan hidup di tempat yang tenang, jauh dari Kota Seoul.
"Suzy!" Sebuah suara dari arah kiri membuatku menolehkan wajahku. Aku melambaikan tanganku pelan. Pria yang memakai masker, topi, juga kacamata hitam itu mempercepat langkahnya mendekatiku, kemudian duduk di tempat kosong di sebelahku.
"Lama tidak bertemu. Terima kasih sudah mau menemuiku," ucap Park Bo-gum, pria yang ada di sebelahku.
Setelah insiden itu, kami tidak pernah berkomunikasi lagi. Aku sendiri memang tidak merasa butuh berkomunikasi dengannya, dan Bo-gum juga sepertinya merasakan hal yang sama, ditambah juga perintah dari management kami masing-masing yang mewanti-wanti untuk tidak membahas tentang insiden itu lagi. Namun, kemarin malam, Bo-gum menghubungiku dan berkata bahwa Ia ingin membicarakan sesuatu. Aku menyetujuinya dan sekarang kami berada di taman yang ada di dalam kawasan gedung apartemenku.
"Kebetulan aku juga tidak punya banyak pekerjaan untuk dikerjakan, jadi, why not?" ucapku.
Bo-gum menganggukkan kepalanya. "Gwaenchayo?" tanya pria itu.
Aku tertawa kecil mendengarnya bertanya seperti itu. Ia mengatakannya dengan kikuk. "Gwaenchana. Bagaimana denganmu?"
"Sebenarnya, semenjak kejadian itu, pikiranku benar-benar terganggu. Aku merasa seperti mengambil bagian dari sebuah kisah yang begitu tragis," ucap Bo-gum dengan pelan. Aku terdiam, membiarkannya melanjutkan ucapannya. "Aku menyesal pernah bertindak egois dan semauku. Setelah mulai mengerti dan memahami semuanya dari berbagai sisi, aku sadar bahwa yang aku lakukan saat itu hanya berdasarkan ego. Ego untuk memiliki dan membuatmu menyukaiku."
"Aku terus menerus memikirkan bagaimana keadaan Joo-hyuk. Aku menyalahkan diriku sendiri karena tidak berani berbuat apapun saat itu. Aku merasa bodoh."
"Aku minta maaf," ucap Bo-gum mengakhiri ceritanya.
Aku menghela napas pendek, kemudian menolehkan wajahku untuk menatapnya yang sedang menunduk. Ternyata semua yang terjadi meninggalkan luka tersendiri untuk setiap orang yang menjadi bagian di dalamnya, bukan hanya aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Fame
FanfictionNam Joo-hyuk sudah memprediksikan bahwa hidupnya akan kembali dibanjiri masalah ketika Ia ditugaskan untuk menjadi bodyguard utama seorang selebriti papan atas di Korea Selatan, Bae Suzy. Bae Suzy sendiri tidak pernah membayangkan bahwa mengenal bod...