11. be my mistake

1.1K 120 46
                                    

"take me to your finish line, my heart it breaks every step that I take"
[born to die, lana del rey]

[]

SUZY

"Joo-hyuk-ah! Apakah kau baik-baik saja? Kau di mana?" aku memanggilnya sekali lagi. Aku sudah sampai di ruang TV karena bisa melihat sepercik pantulan cahaya di layar TV.

"Jangan ke sini! Tetaplah di sana!" suara Joo-hyuk terdengar dari arah ruang tamu. Suaranya terdengar seperti tertekan, seperti Ia sedang menahan sesuatu.

Aku tidak mengindahkan perintahnya. Meskipun aku sendiri takut, aku tetap bergerak dalam gelap untuk menuju ruang tamu.

"Suzy! Aku bilang jangan ke sini!" ucap Joo-hyuk lagi.

Aku sedikit terkesiap ketika lampu tiba-tiba menyala, perlahan-lahan setiap ruangan kembali tersinari. Aku semakin mempercepat langkahku untuk menuju ruang tamu.

"Joo-hyuk-ah!" aku memekik keras ketika melihat Joo-hyuk sedang duduk sembari memegangi lehernya. Namun kenapa keluar darah dari sana?

"Astaga! Astaga, apa yang terjadi?" dengan napas tersenggal aku mendekatinya dan mencoba untuk menarik tangannya yang menutupi sisi kiri lehernya.

Wajah Joo-hyuk memperlihatkan dengan jelas bahwa Ia sedang kesakitan. Jemariku masih bergetar, bingung apa yang baru saja terjadi. Aku melihat beberapa meter dari Joo-hyuk ada sebuah benda hitam. Aku tidak yakin apa benda itu, karena bentuknya sudah tidak beraturan dan terlihat seperti baru saja meledak. Apakah itu yang melukai Joo-hyuk?

Aku hendak mendekati benda itu ketika Joo-hyuk menarik lenganku dengan cukup keras, membuatku ikut terjatuh ke sebelahnya.

"Mian, jangan dekati benda itu," ucap Joo-hyuk.

Aku menatapnya dengan cemas, kemudian mencari ponsel yang Joo-hyuk bawa. Aku menemukannya tidak jauh dari tempat kami, mungkin terlempar. Aku meraih itu dan meminta Joo-hyuk untuk membuka kodenya.

"Tahan sebentar, aku akan panggil Hwan-joon-oppa dan kita akan pergi ke rumah sakit," ucapku.

Joo-hyuk menggeleng sembari menggenggam tanganku dengan tangannya yang lain. "Jangan. Panggil ambulance saja, bahaya jika kita berdua yang pergi sendiri ke rumah sakit."

Untuk sepersekian detik aku merenungi perkataan Joo-hyuk, tapi kemudian aku mengangguk dan segera melakukan apa yang Joo-hyuk katakan.

Ambulance datang setelah beberapa menit kami menunggu dan Joo-hyuk sudah benar-benar pucat. Aku tidak tahu pasti seberapa besar dan dalam luka di lehernya, tetapi yang pasti darah yang keluar cukup banyak. Hwan-joon-oppa masih dalam perjalanan saat kami sudah sampai di rumah sakit. Aku bergegas keluar untuk langsung mengurus administrasi. Beberapa orang melihatku dengan tatapan aneh, mungkin mereka mengenalku atau mereka bingung dengan pakaianku yang hanya memakai setelan jumper dengan sepasang sandal rumah.

Setelah selesai dengan administrasi, aku segera menunggu di depan ruang IGD. Aku duduk di kursi yang berjajar di depan ruangan, menenggelamkan wajahku di kedua telapak tangan. Hatiku rasanya sesak, mendesak air mataku untuk keluar. Aku benar-benar khawatir pada pria itu. Bagaimana jika ini adalah kelakuan sasaeng-nya lagi?

Aku mendesah cemas, masih menahan air mataku untuk keluar dengan mengusap wajahku berkali-kali.

"Suji-yaa!" suara Hwan-joon-oppa yang aku kenali membuatku mendongakkan wajah.

Ia dengan tergesa-gesa mendekatiku dan setelah kami cukup dekat, aku memeluknya. Tangisanku pecah, dan aku merengek-rengek pada managerku tentang apa yang harus aku lakukan dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Trapped in FameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang