"remember all the things we wanted?
now all our memories, they're haaunted
we were always meant to say goodbye."
[already gone, sleeping at last (cover) ][]
NEW YORK
2 MONTHS LATERNam Joo-hyuk masih mencoba menyesuaikan segala indra yang bekerja di tubuhnya dengan situasinya saat ini. Tubuhnya benar-benar kaku, bibirnya kering, matanya masih kabur. Seperti baru melihat dunia untuk pertama kalinya lagi, untuk beberapa menit Joo-hyuk masih bingung akan apa yang harus Ia lakukan setelah membuka mata.
Sekelebat ingatan tentang memori terakhir yang terekam di kepalanya membuatnya meringis. Joo-hyuk mencoba untuk menggerakkan otot-otot lehernya untuk sekedar menoleh ke arah kanan. Hanya ada sofa panjang berwarna cokelat lengkap dengan meja panjang di depannya. Ia coba gerakan ke arah kiri, dan Ia menemukan sebuah pintu yang dapat Ia tebak adalah jalan menuju toilet, dan beberapa sofa tunggal. Ruangannya didominasi oleh warna putih. Namun, Ia tidak menemukan tulisan hangul sama sekali, semuanya dalam bahasa Inggris.
Ia masih mencoba untuk beradaptasi dengan suasana sekitarnya ketika kenop pintu diputar dan pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang dibalut dengan seragam perawat berwarna ungu itu memasuki ruangan. Melihat wajahnya, Joo-hyuk yakin Ia sudah bukan berada di Korea.
Perawat itu membelalakan matanya ketika melihat Joo-hyuk yang sudah sadar, kemudian tersenyum lebar dan melangkah cepat mendekati Joo-hyuk. Samar-samar Joo-hyuk dapat mendengar perawat itu mengatakan sesuatu kepadanya, sebelum akhirnya setengah berlari keluar dari kamar.
Beberapa saat setelahnya, seorang dokter dan beberapa suster memasuki ruangan Joo-hyuk. Di situ Joo-hyuk sudah dapat mendengar perintah-perintah dokter yang ditujukan pada suster untuk ikut memeriksa keadaannya. Beberapa menit berlalu, dan proses pemeriksaan sudah selesai. Dokter bermata biru itu tersenyum pada Joo-hyuk.
"Kami memang sudah yakin anda akan kembali sadar dalam waktu cepat, ternyata hari ini adalah waktu yang tepat itu," ucap Dokter itu.
"Keluargaku?" Joo-hyuk berkata pelan dengan suara paraunya.
Dokter itu tersenyum. "Kami sudah menghubungi keluargamu. Biasanya, mereka bergantian menjagamu di sini, bahkan Mrs. Nam selalu menemanimu, tadi pagi beliau pulang karena harus istirahat," ucapnya.
Joo-hyuk mengangguk pelan. Seluruh indranya sudah mulai berfungsi dengan baik, matanya bisa melihat dengan jelas sekarang. Seratus persen bukan di Korea Selatan, batinnya.
Kepalanya mulai pening, Bertubi-tubi memori seakan menyeruak dan saling berebutan memaksa untuk diingat melalui bagian kecil di otaknya. Joo-hyuk mendesis dan memejamkan matanya kuat-kuat.
"Joo-hyuk-ah?" Suara seorang pria diikuti dengan langkah kaki di belakangnya membuat Joo-hyuk kembali membuka kedua matanya. Itu Ayahnya.
"Astaga, akhirnya. Apa yang kau rasakan? Kau baik-baik saja?" Joo-hyuk menatap sang Ayah melalui sudut matanya, kemudian mengangguk pelan.
"Thank god. Eomma sedang ada di perjalanan, kau istirahat sebaik-baiknya, ya." Mr. Nam berkata seraya memainkan ponselnya, menghubungi seseorang.
Dengan suara yang masih serak, Joo-hyuk berkata. "What happened to everyone?" tanya Joo-hyuk.
Ayahnya itu terdiam dan memandanginya. "Sebaiknya jangan bicarakan itu sekarang. Lukamu sudah hampir penuh sepenuhnya, tapi kondisimu masih lemah. Istirahat dulu."
Wajah seseorang terpatri jelas di ingatannya. Bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Sudah berapa lama Joo-hyuk tidak sadarkan diri dan meninggalkan Suzy?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Fame
Fiksi PenggemarNam Joo-hyuk sudah memprediksikan bahwa hidupnya akan kembali dibanjiri masalah ketika Ia ditugaskan untuk menjadi bodyguard utama seorang selebriti papan atas di Korea Selatan, Bae Suzy. Bae Suzy sendiri tidak pernah membayangkan bahwa mengenal bod...