Clarissa's POV
"Clarissa, sampai saat ini aku merasa bahwa ini tindakan gila. Kita pergi murni karna instingmu. Bepergian ke kutub utara gara-gara dikirimi gelang tanpa pesan apapun? Oh that's damn crazy." Rain menyambutku di bandara dengan kalimat itu.
"Well, thank you for doing this crazy trip with me."
"Kamu secinta itukah dengan Joshua?" Erfam bertanya dengan wajah sangat serius, tapi ditemani dengan Rain yang menahan tawa, karena tentu mereka tahu apa jawabannya.
"Iya. Sangat."
"Okay, gadis bandara.
Ayo kita pergi ke kutub utara.
Menuju kekasih hati yang mungkin tak ada.
Tapi mungkin saja ada"Aku tersenyum dengan sajak singkat berima a-a-a-a yang dibuat-buat si Rain. Dan dengan semua kemungkinan ya dan tidak itu, kami pun pergi.
Devon Island, tanah tak bertuan, dunia asing, wilayah antah berantah, Mars di Bumi. Oh ya aku gila.
Buat kalian yang mungkin belum tahu tentang Devon Island, adalah pulau terbesar bumi yang tidak terpenghuni, terletak di Canada, area Arctic atau Kutub Utara. Pulau ini hanyalah hamparan gurun pasir berbatu dengan struktur alam menyerupai deskripsi planet Mars, sehingga banyak peneliti atau astronot yang melakukan penelitian di tempat ini.
Ini bulan Desember, dan mengambil perjalanan ke area kutub utara, ada hal gila lainnya. Kami memang tidak akan sampai di tempat itu, pastinya, karena di musim dingin daratan itu pasti tertutup es setebal puluhan meter.
Maka kami pun memutuskan mendatangi kota terbesar dan terdekat ke Devon Island, bernama Iqaluit.
Dengan Cathay Pasific kami menuju Hong Kong, dengan Air Canada kami menuju Toronto dari Hong Kong dengan total perjalanan 21 jam dari Jakarta hingga Toronto. Tidak sampai di situ saja, ada 8 jam perjalanan tambahan dengan pesawat dari Toronto ke Iqaluit. Itu bukan sesuatu yang gampang dilalui, tapi tekatku memudahkan semuanya.
Dulu, ketika ochlophia masih menggerogotiku dengan parahnya, jangankan perjalanan lintas negara, lintas rumah aja pun aku nggak bakal berani. Bahkan dengan pengalaman 2017 silam ketika nekat menuju Jakarta, dan meninggalkan Seoul, seorang diri, aku masih bersikeras tidak akan melakukannya lagi. Tapi lihat diriku sekarang, melintasi setengah bumi menuju negeri antah berantah demi seseorang yang bahkan mungkin tak bisa kutemui disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BETWEEN
General FictionSebuah "in between" menempatkan seseorang di antara dua kondisi yang ekstrem. Kisah "in between" pun bisa berbeda versinya; ada yang bisa saja terhimpit pada rasa bahagia yang teramat kuat, pada kesedihan yang mencekam, atau ada pada kegelisahan ya...