Pertama Lainnya (Yang Tak Terduga)

311 38 3
                                    

Dalam English Grammar Tenses, salah satu bentuk tenses lainnya adalah Present Continuous Tense. Bentuk ini digunakan untuk mengekspresikan sebuah kejadian yang sedang terjadi pada saat si speaker menyatakannya. "I am looking at him" menunjukan bahwa saat aku mengungkapkan kalimat itu, aku sedang menatap pria itu. Dan anehnya, sangat aneh, jantungku berdebar kencang. What is happening to me?

-------

"Namanya Joshua Sebastian Hammal, panggilan Joshua. Umur 19 tahun. Blasteran London, China, dan Indonesia. Ayahnya pemimpin Group Hammal, tahu kan, itu group swasta terbesar yang menangani pertambangan Indonesia. Dia anak tunggal. Jago main basket. Pintarnya gak pake otak. Dia baru balik dari Prancis dan ngejuarin kompetisi Matematika Internasional disana. Lupa aku apa nama contest-nya. Anak management bisnis semester 5 tapi ngambil double degree di Matematika sekarang semester 3. Gantengnya pake banget. ..."

Ocehan Erfam tidak ada habis-habisnya tentang si Joshua entahlah yang aku bahkan tidak tahu batang hidungnya.

"Ada efeknya buat aku?" tanyaku dengan nada malas.

"Hm, entahlah. Aku hanya merasa kamu perlu tahu", sahut Erfam.

"Aku bahkan nggak peduli dengan anak-anak di kelas kita, Fam. Apalagi senior yang bahkan beda prodi."

"Well, whatever. Aku hanya pengen kamu tahu aja."

"Sudahlah ayok pulang," ajakku.

Ketika tengah berjalan bersama Erfam, aku melihat begitu banyak kerumunan mahasiswa di student hall, suatu titik yang harus aku lewati supaya aku bisa mencapai gerbang keluar kampus. Dengan cepat aku memperhatikan sekelilingku dan mencari jalan lainnya.

"Erfam, aku mau mencari jalan lain. Kamu duluan aja. Aku ... hm... mau duduk-duduk dulu di... hm di sana," seruku sambil menunjuk ke arah sebuah taman kecil yang terlihat dari tempatku berdiri saat itu. Letak taman itu berada di belakang Fakultas Matematika.

"Hey, you're okay?" tanyanya.

"Yeah. Kita ketemu lagi besok ya." Dan aku segera berlalu melewatinya, berjalan menuju ke taman kecil itu.

Aku berjalan tanpa menoleh ke belakang, suatu tindakan yang pastinya akan menimbulkan banyak pertanyaan di benak Erfam. Untungnya dia tidak mengejarku. Aku berjalan dan berjalan terus, melewati satu dua mahasiswa yang tengah duduk membaca buku di selasar Fakultas Matematika.

Taman itu sepi. Hanya ada satu mahasiswa yang tengah duduk mengenakan jaket jeans kehitaman dengan headset di kepalanya, sepertinya sedang sibuk dengan laptopnya. Aku duduk di titik sejauh mungkin dan mengambil posisi membelakangi orang itu. Aku mengatur napasku dan menghapus keringat dingin yang mulai membasahi leherku. Ya, itu alasan lainnya; mungkin ada di antara kalian yang sudah mulai menduganya. Selain tidak suka berinteraksi dengan manusia-manusia yang terlihat sopan di depan dan menusuk di belakang, aku juga menderita ochlophobia, sebuah bentuk fobia terhadap keramaian atau kerumunan. Aku lupa pastinya sejak kapan aku merasakan hal itu, tapi sejauh ini aku bisa mengatasinya dengan baik. Asalkan aku tidak terjebak di tengah keramaian, maka aku akan baik-baik saja.

Iya, aku akan baik-baik saja.

Mungkin itu juga salah satu alasan kak Carlos merekomendasikan kampus ini. UniPhil menyediakan kelas-kelas private yang dihadiri paling banyak 10 mahasiswa dalam satu kelas. Aku mendaftarkan diri di semua kelas sejenis itu. Erfam akan sekelas denganku di beberapa mata kuliah, karena, ya, dia tidak sepertiku. Dia belum tahu apa-apa soal keanehan ini. Memberitahunya hanya akan menambah daftar keanehanku di mata orang-orang. Aku hanya perlu menjaga diri baik-baik.

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang