In Between (1)

121 17 7
                                    

Clarissa's POV

"Clarissa, jika ada saat dimana kamu merasa sendirian, merasa seperti kamu tidak punya siapapun yang ada di dekatmu, lakukan satu hal."

"Apa itu?" jawabku.

"Tidur." 

Aku tercengang sesaat lalu tersenyum lebar-lebar setelahnya. Aku menunggunya berkata lanjut.

"Kok nggak nanya kenapa?" protesnya.

Aku tertawa lagi. 

"Emang apa yang bisa aku lakukan dengan tidur. Toh aku tetap sendirian juga saat tidur."

"Saat tidur, mimpi-mimpi akan datang jadi temanmu."

Betapa menenangkannya mendapati dia ada di sampingku. 

"Kalau yang datang mimpi buruk gimana?"

"Kalau yang datang malah mimpi buruk, usahakan bangun secepatnya. Minum air secukupnya. Lalu tidur lagi. Pasti yang datang berikutnya itu mimpi indah."

"Kalau aku ngerasa sendirinya di siang bolong, gimana?"

"Tetap aja, cari tempat buat tidur biarpun cuma sebentar."

"Kalau aku udah ngelakuin itu semua dan masih tetap ngerasa sendiri?"

"Telpon aku." 

"Kalau kamu nggak bisa dihubungi?"

"Kamu nggak akan tahu kalau nggak nyoba kan?" 

Aku merindukannya. Lebih dari yang aku inginkan.  Aku tidak bisa merencanakan berapa jumlah rindu yang seharusnya ku produksi saat tidak bersamanya, tapi sayangnya, rindu tak punya ukuran kompromi. Datang tanpa diminta, dan paling susah beranjak pergi.

Joshua, ternyata bahkan di siang ini, saat aku merasa paling sendiri, aku tidak ingin tertidur buat berteman dengan mimpi-mimpi itu, karena yang datang kebanyakan tak ingin berteman balik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joshua, ternyata bahkan di siang ini, saat aku merasa paling sendiri, aku tidak ingin tertidur buat berteman dengan mimpi-mimpi itu, karena yang datang kebanyakan tak ingin berteman balik. 

Joshua, ternyata bahkan di siang ini, saat aku merasa paling sendiri, aku bahkan tak bisa menghubungimu, meski ingin. Jemariku jadi kaku, dan aku tidak punya kata yang tepat untuk ku-ucapkan, meski otakku bisa memproduksi jutaan kata dalam semenit.  

Joshua, aku merasa teramat kesal dengan "waktu" yang tahu benar caranya bagaimana bisa melewati hari denganmu, tapi tidak bisa langsung memberitahuku bagaimana caranya melewati hari saat tidak denganmu. 

Drrrtt.

Notifikasi pesan yang baru saja masuk ke hpku memunculkan gambaran roller coaster paling berbahaya untuk hatiku. Aku membuka dan membacanya.

Apa untuk bertemu denganmu lagi di waktu lainnya memerlukan alasan? Jika iya, bagaimana dengan ini,  aku kangen kamu', bisakah kita bertemu?  

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang